Pembuatan
jadwal proyek secara keseluruhan sangat sulit untuk dilakukan karena menyangkut
aktivitas proyek secara keseluruhan. Namun demikian pembuatan schedule menjadi salah satu kunci
keberhasilan meningkatkan efisiensi dalam proyek. Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk menyusun jadwal proyek
dapat diuraikan berikut ini beserta kelebihan dan kekurangannya :
1. Metode Jalur Kritis (Critical Path Method / CPM)
Metode
jalur kritis (CPM) dikembangkan tahun 1957 oleh E.I. du pont Nemours & Company untuk pengawasan proyek
konstruksi, dalam metode ini waktu untuk melaksanakan kegiatan sudah pasti dan
penentuan jalur kritis dibuat dengan diagram network dengan menggunakan simbol sebagai berikut
-
Anak panah ( ® ) melambangkan kegiatan, di atas anak panah ditulis
simbol kegiatan sedangkan di bawah anak panah ditulis waktu kegiatan. Setiap
kegiatan dalam network selalu
terletak dalam 2 peristiwa.
-
Lingkaran,
melambangkan peristiwa di mana lingkaran di terbagi dalam 3 bidang yaitu
sebelah kiri disebut nomer peristiwa, sebelah kanan atas disebut saat paling
cepat (SPC) dan di sebelah kanan bawah disebut saat paling lambat (SPL).Jika
dalam lingkaran terdapat SPC = SPL
berarti peristiwa tersebut dikatakan peristiwa yang kritis yaitu peristiwa yang
tidak memiliki tenggang waktu antara SPC dan SPL. Dalam diagram network sangat dimugkinkan terdapat lebih
dari satu kegiatan yang menuju dan keluar dari peristiwa tapi diantara dua
peristiwa hanya boleh ada satu kegiatan.
-
Anak panah
putus-putus melambangkan kegiatan semu (dummy)
dalam diagram network kegiatan semu boleh ada dan boleh tidak,
karena kegiatan semu dimunculkan untuk menghindari di antara dua peristiwa
terdapat lebih dari satu kegaitan. Apabila diagram network tanpa melanggar ketentuan maka kegiatan semu tidak
diperlukan dalam diagram network
(Bhattacharya, 1997 dan Stevens, 1990)
2.
Program Evaluation Review Technique (PERT)
Metode yang telah
dirancang untuk menentukan lama pengerjaan adalah variabel random yang disebut
dengan Program Evaluation Review
Technique (PERT). Waktu setiap
kegiatan dihitung atas dasar tiga perkiraan, yaitu waktu optimis, waktu
pesimistis, dan waktu yang paling mungkin. Notasi yang digunakan untuk ketiga
waktu perkiraan tersebut adalah:
-
Waktu pesimis = b
-
Waktu paling memungkinkan = m
Secara singkat ketiga definisi waktu di
atas dapat diuraikan sebagai berikut (Levin, 1981) :
1. Waktu Optimis :
Waktu optimis adalah
perkiraan waktu yang memiliki kemungkinan sangat kecil untuk dapat dicapai,
yaitu kemungkinan terjadinya hanya 1 kali dalam 100 kemungkinan. Perkiraan ini
menggambarkan waktu untuk menyelesaikan proyek jika segala sesuatunya berjala
lancar, tanpa persoalan-persoalan maupun cuaca yang tidak cocok, dan
sebagainya. Kita tahu bahwa hal ini sangat jarang terjadi, tetapi ia juga
mungkin terjadi dalam kemungkinan 1 dalam 100.
2. Waktu Pesimis :
Waktu pesimis adalah
suatu perkiraan waktu yang lain yang mempunyai kemungkinan sangat kecil untuk
dilaksanakan, kemungkinan terjadinya juga hanya 1 dalam 100. Perkiraan waktu
ini menggambarkan waktu yang kita butuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas
tertentu jika diganggu terus-menerus oleh cuaca yang tidak cocok,
kerusakan-kerusakan, bencana alam, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan
kejadian yang jarang namun bisa saja terjadi, namun setidaknya harus tetap
dipertimbangkan dalam perhitungan sekecil apapun kemungkinannya.
3. Waktu Paling Memungkinkan :
Waktu yang paling
memungkinkan adalah waktu yang berdasarkan pikiran estimator, menggambarkan
lamanya waktu yang berdasarkan pikiran estimator, menggambarkan waktu yang paling sering untuk
menyelesaikan suatu aktivitas jika pekerjaan tersebut dilakukan berulang-ulang
dalam kndisi yang sama
Distribusi
waktu optimis (a), pesimis (b), dan waktu paling memungkinkan (m) mengikuti
distribusi beta berbentuk lonceng yang a-simetris ke satu arah.
Gambar 1. Distribusi Beta Waktu Estimasi PERT.
Metode
PERT dan CPM masing-masing menggunakan prinsip-prinsip pembentukan jaringan
dalam perhitungannya sehingga baik metode PERT maupun CPM memiliki urut-urutan
yang sama dalam membentuk jaringan awal penyelesaian suatu proyek ataupun
kegiatan.Dalam visualisasi penyajian PERT sama halnya dengan CPM, yaitu dengan
menggunakan diagram anak panah (activity
on arrow) untuk menggambarkan kegiatan proyek. Demikian pula pengertian dan
perhitungan mengenai kegiatan kritis, jalur kritis dan float dalam CPM atau slack dalam
PERT (waktu luang).
Perbedaan
pokok metode PERT dan CPM adalah bahwa CPM memasukkan konsep biaya dalam proses perencanaan dan pengendalian,
PERT bukannya sama sekali mengabaikan faktor biaya namun dalam PERT besarnya
biaya diasumsikan berubah ubah sesuai dengan lamanya waktu dari semua aktivitas
dalam suatu proyek. Sehingga jika waktu pengerjaan proyek dapat dipersingkat maka
dapat diasumsikan bahwa biaya yang untuk proyek tersebut dapat diperkecil.
Selanjutnya
dapat pula diasumsikan bahwa penyingkatan waktu selama satu minggu yang
dilakukan terhadap aktivitas yang terletak dalam waktu kritis, secara ekonomis
adalah sama produktifnya dengan penyingkatan waktu selama satu minggu yang
dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas lain yan gterletak pada jalur-jalur
kritis yang lain. Jika waktu tercepat yang diharapkan untuk event akhir
jaringan telah berhasil dikurangi, maka dianggap bahwa biaya juga berhasil
dikurangi.
Perbedaan
penting lain antar PERT dan CPM terletak pada metode untuk memperkirakan waktu.
Dalam sistem CPM ditentukan dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap
aktivitas yang terdapat dalam jaringan yaitu perkiraan normal (normal estimat) dan perkiraan cepat (crash estimate). Sedangkan PERT
menggunakan tiga perkiraan krurun waktu yaitu optimis (a), pesimis (b), dan
waktu yang paling memungkinkan (m).
Metode
CPM lebih tepat digunakan untuk suatu kegiatan yang waktu, biaya, tenaga kerja
dapat diperkirakan dengan tepat. Namun jika waktu penyelesaian memiliki tingkat
ketidak pastian yang besar seperti adanya faktor bencana alam dan cuaca yang
tidak dapat diprediksi dengan tepat maka metode PERT lebih tepat digunakan.
(Soeharto,1997)
Probabilitas Umur Proyek
Seperti
telah diuraikan terdahulu, umur proyek ditentukan oleh lintasan yang paling
lama waktu pengerjaannya (jalur kritis), dan untuk mengetahui jalur kritis
tersebut digunakan data lama kegiatan perkiraan (expected time). Probabilitas waktu pengerjaan proyek dari data expected time, diperkirakan sebesar 50%
berhasil dan 50% gagal.
Dalam
berbagai proyek kemungkinan sebesar 50% tersebut sangatlah riskan, sehingga
perlu ditingkatkan nilainya sampai dengan di atas 80% atau kemungkinan gagal
lebih kecil dari 20%, dan untuk mewujudkan hal tersbut diperlukan syarat-syarat
sebagi berikut (Tubagus, 1984) :
o
Telah ada network
diagram yang tepat
o
Data
masing-masing kegiatan harus dinyatakan dalam bentuk 3 perkiraan atau
berdasarkan metode PERT.
o
Tingkat
probabilitas kemungkinan berhasil atau kemungkinan gagal yang dinginkan telah
ditetapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar