Minggu, 31 Mei 2020

Hubungan Kemampuan Resiliensi pada Mahasiswa Perantau dengan Tipe Kepribadian (skripsi dan tesis)

Setiap manusia terlahir dengan kemampuan tertentu dan dalam berbagai macam bentuk, salah satunya adalah kemampuan yang tidak tampak secara nyata ketika tidak diperlukan atau tidak rangsang. Kemampuan ini disebut dengan potensi, potensi ini memiliki berbagai macam fungsi salah satunya adalah sebagai upaya pertahanan diri dan menjaga kelangsungan hidup seseorang. Resiliensi merupakan salah satu dari bagian potensi individu yang berfungsi sebagai upaya untuk mempertahankan diri. Resiliensi merupakan suatu suatu proses dinamis dimana individu menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi permasalahan yang signifikan (Schoon, 2006). Resiliensi akan berkembang menjadi sebuah kemampuan ketika individu berada dalam keadaan tertekan, misalnya trauma pasca bencana, drop out dari bangku perkuliahan. Muncul dan berkembangnya resiliensi juga disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal, salah satunya adalah kepribadian yang dimiliki individu (Mancini & Bonano, 2006). Kepribadian merupakan penanda atau identitas yang dimiliki oleh setiap individu. Kepribadian merupakan salah satu bagian diri individu yang menjadikan individu tersebut khas dan berbeda dengan individu lainnya. Kepribadian merupakan sebuah sistem yang dihasilkan dari proses interaksi berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Pengalaman, norma, budaya, kondisi lingkungan,   kesempatan, cara berpikir, cara bersikap, perasaaan – perasaan serta kondisi fisik maupun psikis individu merupakan faktor – faktor yang saling berinteraksi dan membentuk sistem tersebut. Kepribadian merupakan ciri yang unik dalam setiap individu, sehingga ada berbagai macam kepribadian yang diklasifikasikan kedalam berbagai tipe berdasarkan kategori tertentu. Salah satu dari sekian banyak tipe kepribadian adalah kepribadian ekstravert atau tipe A dan kepribadian introvert atau tipe B (Alwisol, 2011). Setiap kepribadian memiliki ciri kepribadian tertentu yang digunakan untuk menggambarkan siapa dirinya dan bagaimana dia bersikap. Selain dari perilaku sehari – hari, ciri kepribadian ini akan terlihat perbedaanya ketika menghadapi situasi atau permasalahan tertentu. Chen (2002), mengatakan bahwa individu dengan kepribadian ekstravert cenderung menggunakan cara penyelesaian masalah yang bersifat maladaptif, hal ini mungkin disebabkan oleh karakteristik kepribadian ekstravert yang cenderung meledak – ledak dibandingkan individu dengan kepribadian introvert yang lebih tenang dan terkontrol. 
Selain itu Eysenck juga mengatakan bahwa individu ekstravert cenderung agresif dan tidak berhati hati, sedangkan individu introvert lebih tenang dan memikirkan semuanya dengan hati - hati ketika mnghadapi permasalahan (Alwisol, 2011). 47 Selain faktor psikis, faktor fisiologis juga menentukan bagaimana cara individu memberikan respon terhadap stimulus. Seperti yang dikatakan Eysenck bahwa individu ekstravert memiliki CAL (Cortical Arousal Level) sangat rendah artinya tidak peka dan lemah sehingga membutuhkan banyak rangsangan dibandingkan individu introvert yang CALnya tinggi. Werner (Friborg, 2005) mengatakan bahwa individu yang resilien memiliki orientasi sosial yang tinggi, sehingga mereka mampu membangun kesan yang positif terhadap dirinya sendiri melalui interaksi sosial yang dilakukannya. Oleh karena itu, tipe kepribadian memiliki kaitan yang erat dengan resiliensi dalam tugas fungsinya sebagai faktor pendukung pemenuhan syarat kemampuan untuk menjadi resilien pada individu.

Tidak ada komentar: