Sabtu, 12 Oktober 2024

Hubungan Antara Komitmen Organisasi dan Ketidakamanan Kerja Dengan Intensi Turnover


Persoalan yang seringkali terjadi di suatu perusahaan biasanya ditimbulkan karena
perilaku karyawan atau SDM itu sendiri. Salah satu bentuk perilaku karyawan tersebut adalah
intensi turnover. intensi turnovermerupakan sinyal awal terjadinya berganti pekerjaan pada
karyawan di dalam organisasi (Mobley, 1986).
Tingkat Turnover yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif bagi organisasi,hal
ini seperti menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpastian terhadap kondisi tenagakerja dan
peningkatan biaya sumber daya manusia yakni yang berupa biaya pelatihan yangsudah
diinvestasikan pada karyawan sampai biaya rekrutmen dan pelatihan kembali.Turnover yang
tinggi juga mengakibatkan organisasi tidak efektif karena perusahaankehilangan karyawan
yang berpengalaman dan perlu melatih kembali karyawan baru.Tingkat Turnover karyawan
yang tinggi merupakan ukuran yang sering digunakan sebagaiindikasi adanya masalah yang
mendasar pada organisasi.Tingginya turnover mengindikasikan rendahnya komitmen pada
karyawan (Yunanti & Prabowo, 2014).
Handaru (2012) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa intensi
turnoverdipengaruhi oleh komitmen organisasi.Setiap karyawan memiliki dasar dan perilaku
yang berbeda tergantung padakomitmen organisasi yang dimilikinya. Karyawan yang memiliki
komitmen organisasidengan dasar afektif memiliki tingkah laku yang berbeda dengan karyawan
yangmemiliki komitmen organisasi dengan dasar continuance. Karyawan yang ingin
menjadianggota akan memiliki keinginan untuk menggunakan usaha yang sesuai dengan
tujuanorganisasi. Sebaliknya karyawan yang terpaksa menjadi anggota akan menghindarikerugian
financial dan kerugian lain, sehingga karyawan tersebut hanya melakukanusaha yang tidak
maksimal. Sementara itu, komitmen normatif yang berkembang sebagai hasil daripengalaman
sosialisasi bergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimilikikaryawan. Komitmen
normatif menimbulkan perasaan kewajiban pada karyawan untukmemberi balasan atas apa yang
telah diterima dari organisasi (Rohman, 2009).
Komitmen seseorang terhadap organisasi/perusahaan sering kali menjadi isu yang
sangat penting didalam dunia kerja.Begitu pentingnya hal tersebut, sampai-sampai beberapa
organisasi berani memasukkan unsur komitmen sebagai salah satu syarat untuk memegang
suatu jabatan/posisi yang ditawarkan dalam iklan-iklan lowongan pekerjaan. Meskipun hal
tersebut sudah sangat umum namun tidak jarang pengusaha maupun karyawan belum
memahami arti komitmen secara sungguh-sungguh. Komitmen karyawan terhadap
organisasiakan membuat karyawan setia pada organisasi dan bekerja dengan baik
untukkepentingan organisasi, jika komitmen karyawan rendah maka akan mengakibatkan
munculnya intensi turnover ( Hendrayani, 2013).
Intensi turnover karyawan juga dipengaruhi oleh ketidakamanan kerja.
Ketidakamanan kerjayang terus-menerus akan mempengaruhi kondisi psikologis karyawan
sehingga mendorong munculnya intensi turnover untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat
memberikan rasa aman.Ketidakamanan kerja ditunjukkan dengan ketakutan akan kehilangan
pekerjaan, ketakutan akan kehilangan status sosial, dan rasa tidak berdaya.Karena
ketidakamanan kerjamencerminkanserangkaian pandangan individu mengenai kemungkinan
terjadinya peristiwanegatif pada pekerjaan, maka sangat mungkin perasaan ini akan
membawa akibatnegatif pada kepuasan kerja sebagai respon emosional utama pada
pekerjaan.Timbulnya ketidakamanan kerjamencerminkan pandangan individu bahwa
organisasisudah melalaikan kontrak tersebut dalam hubungannya dengan aspek kerjatertentu,
akibatnya loyalitas akan terpengaruh secara negatif. Loyalitas yangmenurun memudahkan
individu atau karyawan mencari alternatif-alternatifpekerjaan di luar organisasi dimana ia
berada saat ini. Komponen yangdiasumsikan mendasari munculnyaketidakamanan kerja
diantaranya adalah ancamanterhadap hilangnya pekerjaandan ancaman terhadaphilangnya
dimensi-dimensi yang menyertai suatu pekerjaan.
Ketika bekerja, karyawan memiliki suatu harapan terpenuhinya semua kebutuhannya
melalui aktivitas bekerja. Apabila hal tersebut tercapai akan menimbulkan rasa puas dan
bahagia, sehingga niat turnover rendah karena karyawan akan takut kehilangan pekerjaan.
Harapan dari karyawan yang bekerja adalah terpenuhinya kebutuhan hidup dirinya dan
keluarga melalui upah atau gaji yang diperolehnya. Apabila upah atau gaji yang diperoleh
kurang mampu memenuhi kebutuhan hidup, maka hal tersebut akan menimbulkan kecemasan
dan ketakutan. Kondisi itulah yang mendorong karyawan untuk mencari pekerjaan lain yang
dianggapnya dapat memberikan upah atau gaji yang lebih tinggi.
Karyawanmembutuhkan tempat bekerja dimana dirinya bisa mengaktualisasikan
dirinya.Banyak juga karyawan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikannya, karyawan juga mengharapkan lingkungan kerja yang kondusif, baik secara
fisik maupun psikis.Karyawan ketika bekerja mengharapkan pekerjaan yang dimilikinya
dapat berlangsung selamanya. Namun adanya sistem kontrak menurunkan keberlangsungan
hidup karyawan dalam bekerja sehingga menimbulkan rasa takut kehilangan pekerjaan, status
sosial turun, dan rasa tidak berdaya karena nasibnya ditentukan oleh orang lain. Kondisi
demikianlah yang mendorong karyawan akhirnya memiliki niat untuk mencari pekerjaan lain
yang dapat memberikan jaminan untuk menjadi karyawan tetap perusahaan.kondisi yang
demikian akan membuat karyawan berpikir ulang untuk mencari pekerjaan lain yang
dianggap lebih dapat memberikan rasa aman. Hal tersebutlah yang kemudian meningkatkan
munculnya intensi turnover(Agustian, 2011).
Dalam penelitiannya Hendrayani (2013) menunjukkan bahwa komitmen organisasi
dan ketidakamanan kerja secara bersana-sama berpengaruh signifikan terhadap intensi
turnover.

Tidak ada komentar: