Menurut Mobley et al (1978) tinggi rendahnya intention to quit akan
berdampak pada karyawan maupun organisasi, antara lain:
a. Beban kerja, yaitu jika intention to quit karyawan tinggi, beban kerja untuk
karyawan bertambah karena jumlah karyawan berkurang. Semakin tinggi
karyawan untuk meninggalkan perusahaan, maka semakin tinggi pula beban
karyawan selama itu.
b. Biaya penarikan karyawan yaitu menyangkut waktu dan fasilitas untuk
wawancara dalam proses seleksi karyawan, penarikan dan penggantian
karyawan yang mengundurkan diri.
c. Biaya latihan, yaitu menyangkut waktu pengawas, departemen personalia dan
karyawan yang telah dilatih. Pelatihan ini diberikan untuk karyawan baru. Jika
intention to quit tinggi dan banyak karyawan yang keluar dari perusahaan,
maka akan mengakibakan peningkatan pada biaya pelatihan karyawan.
d. Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan. Dalam hal
ini, berkurangnya jumlah karyawan akan mengurangi jumlah produksi atau
pencapaian target penjualan. Ini akibat dari tingginya intention to quit.
Terlebih bila karyawan yang keluar adalah karyawan yang memiliki tingkat
produktivitas yang tinggi.
e. Banyak pemborosan karena adanya karyawan baru. Imbas dari tingginya
intention to quit, karyawan membuat perusahaan mengeluarkan biaya-biaya
yang sebenarnya bisa dihindari jika dapat mengelola Sumber Daya Manusia
(SDM) dengan baik agar karyawan dapat bertahan lama di perusahaan.
f. Memicu stress karyawan, yaitu stres karyawan dapat terjadi karena karyawan
lama harus beradaptasi dengan karyawan baru. Dampak yang paling buruk
adalah memicu karyawan yang tinggal untuk berkeinginan keluar dari
perusahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar