Perilaku yang berubah dari kebiasaan sebelumnya
merupakan sebuah ketrampilan yang diyakini akan berubah
karena adanya penerimaan yang dianggap benar saat menerima
sebuah informasi baru. Ini bisa didukung karena adanya
pengalaman pribadi atau orang lain yang berkaitan dengan
hal yang disampaikan dengan saat kegiatan belajar dilakukan.
Dalam hal ini, Brunner menjelaskan bahwa tingkatan dari modus
belajar dibagi atas 3 yaitu pengalaman yang didapatkan secara
langsung, pengalaman yang didapatkan karena melihat gambargambar tertentu yang ditampilkan, dan pengalaman yang muncul
karena pernah melihat secara langsung dilingkungannya. Dari 3
tingkatan pengalaman tersebutlah akan muncul pola pikir baru
serta didukung oleh tingkah laku yang baru dari sebelumnya
(Cecep Kustandi, 2013: 10).
Kegiatan belajar dapat terlaksana dengan baik jika guru
dapat memilih media yang tepat ketika hendak menyampaikan
informasi yang ada. Hal ini dijadikan pemicu karena informasi
yang diberikan bagi anak didik harus mampu merangsang dirinya
agar dapat melihat lingkungan yang saat ini terjadi disekitarnya.
Pengunaan kesadaran ini lebih banyak menggunakan indera
yang ada ditubuh seseorang. Alat indera yang menerima
rangsangan dari otak akan lebih besar jkemungkinan untuk menerima dan mau mengubah perilaku yang selama ini tidak
diterimanya dengan baik.
Kegiatan belajar yang dilaksanakan harus menimbulkan
interaksi dan memunculkan rangsangan secara khusus bagi
anak didik pada bagian tubuhnya. Hal ini dianggap membawa
dampak yang positif karena ia akan lebih mudah dalam
mengenali, merasakan, serta mengingat bahwa informasi
yang diberikan sangat berhubungan dengan fakta yang terjadi
dilingkungannya. Karena inilah dikatakan bahwa anak didik
yang dapat mempergunakan dua indera (mata dan telinga)
dengan baik akan memberikan anak didik tersebut kesempatan
menerima materi lebih besar dibanding anak lainnya (Azhar
Arsyad, 2013: 12)menerima dan mau mengubah perilaku yang selama ini tidak
diterimanya dengan baik.
Kegiatan belajar yang dilaksanakan harus menimbulkan
interaksi dan memunculkan rangsangan secara khusus bagi
anak didik pada bagian tubuhnya. Hal ini dianggap membawa
dampak yang positif karena ia akan lebih mudah dalam
mengenali, merasakan, serta mengingat bahwa informasi
yang diberikan sangat berhubungan dengan fakta yang terjadi
dilingkungannya. Karena inilah dikatakan bahwa anak didik
yang dapat mempergunakan dua indera (mata dan telinga)
dengan baik akan memberikan anak didik tersebut kesempatan
menerima materi lebih besar dibanding anak lainnya (Azhar
Arsyad, 2013: 12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar