Flipped classroom menjadi pendekatan pembelajaran yang menarik perhatian para peneliti, akademisi, dan
guru. Hwang et al. (2019) melaporkan adanya tren yang naik terhadap penelitian mengenai flipped
classroom. Dari penelitian-penelitian ini, beragam definisi telah ditawarkan untuk pendekatan
pembelajaran yang juga sering disebut dengan flipped learning (Bond, 2019) dan inverted classroom (Lage
et al., 2000) ini. Dua definisi yang sering digunakan oleh para peneliti untuk mendefinisikan pendekatan
ini adalah definisi yang diajukan oleh Bishop & Verleger (2013) dan Flipped Learning Network (FLN,
2014).
Bishop & Verleger (2013) mendefinisikan flipped classroom sebagai strategi pembelajaran yang terdiri
dari dua bagian, yaitu aktivitas-aktivitas pembelajaran kelompok interaktif di dalam kelas, dan pengajaran
langsung berbasis komputer yang dilakukan secara individual dan dilaksanakan di luar kelas. Definisi ini
secara jelas membedakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa ketika di dalam kelas dan di luar
kelas. Secara garis besar, aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh siswa ketika di dalam kelas adalah
belajar secara berkelompok. Selain itu, pembelajaran di dalam kelas dilakukan secara interaktif. Artinya,
flipped classroom menekankan interaksi antar pelaku pembelajaran.
Sebaliknya, kegiatan pembelajaran di
luar kelas menekankan pembelajaran langsung yang dilakukan secara individual. Kegiatan di luar kelas
Y. semacam ini didukung oleh komputer sebagai media penyampai pesan pembelajarannya. Media berbasis
komputer yang digunakan dalam kegiatan di luar kelas merupakan video-video pembelajaran.
Definisi flipped learning yang lebih komprehensif diusulkan oleh FLN (2014). Definisi tersebut adalah
sebagai berikut.
[A] pedagogical approach in which direct instruction moves from the group learning space to
the individual learning space, and the resulting group space is transformed into a dynamic,
interactive learning environment where the educator guides students as they apply concepts and
engage creatively in the subject matter.
Untuk mengimplementasikan pendekatan flipped learning seperti yang didefinisikan oleh FLN (2014)
tersebut, guru harus menggabungkan empat pilar pendekatan pembelajaran tersebut, yaitu (1) lingkungan
belajar yang fleksibel, (2) budaya belajar berpusat siswa, (3) konten pembelajaran yang terencana, dan (4)
guru yang profesional. Dengan lingkungan belajar yang fleksibel, siswa mendapatkan moda pembelajaran
yang bervariasi, dan dapat memilih kapan dan di mana mereka belajar. Budaya belajar dalam pendekatan
flipped learning harus bergeser dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Dengan budaya ini, siswa akan menggunakan waktu belajar di kelas untuk mengeksplorasi
topik secara mendalam dan mendapatkan kesempatan belajar yang lebih kaya. Selanjutnya, guru harus
memilih dan memilah konten pembelajaran mana yang akan diajarkan secara langsung dan konten mana
yang diletakkan pada lingkungan belajar individu. Di pilar terakhir, guru harus profesional. Artinya, peran
guru tidak dapat digantikan oleh flipped learning, tetapi peran guru dalam pendekatan ini semakin krusial
dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar