Hubungan perusahaan berkaitan sangat erat dengan struktur modal suatu perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pendanaan diantaranya komposisi struktur modal perusahaan. Komposisi modal suatu perusahaan yang didalamnya terdapat kepemilikan manajerial tentu akan mempengaruhi keputusan pendanaan yang akan dilakukan perusahaan. Pengambilan kebijakan tersebut sangat erat kaitannya dengan keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang sangat pekat dalam masalah keagenan (agency theory).
Teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang menjelaskan tentang hubungan antara pemegang saham dan agen sebagai pihak manajemen yang mengelola perusahaan. Dalam manajemen keuangan, tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemiliknya atau pemegang saham. Maka manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Namun ternyata sering terjadi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Konflik ini disebabkan karena adanya kepentingan antara manajer dan pemegang saham.
Menurut Harahap (2012, hlm.532) teori keagenan menyebutkan bahwa perusahaan adalah tempat atau intersection point bagi hubungan kontrak yang terjadi antara manajemen, pemilik kreditor dan pemerintah. Sedangkan menurut Sartono (2010, hlm. xxi) hubungan antar agen terjadi pada saat satu orang atau lebih (principals) mengangkat satu atau lebih orang lain (agen) untuk bertindak atas nama pemberi wewenang dan memberikan kekuasaan dalam pengambilan keputusan.
Pada umumnya pertentangan kepentingan terjadi pada saat manajer menjalankan perusahaan, dimana seharusnya manajer memperhatikan kepentingan pemilik, dengan kata lain berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan. Namun dalam kenyataannya manajer belum tentu berprilaku seperti yang diharapkan pemilik perusahaan. Selain itu, terdapat pertentangan kepentingan lainnya yang juga bisa muncul yaitu pada saat keputusan pendanaan. Seperti defnisi secara garis besar profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mencapai laba, dikaitkan dengan agency problem dimana pihak manajemen tidak berani dalam berinvestasi karena kekhawatirannya dalam risiko berinvestasi. Kondisi ini terjadi karena dikarenakan adanya pemisahan antara fungsi pengambilan keputusan dan fungsi penanggung jawab risiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar