Minggu, 25 Agustus 2019
Pendekatan Behavioral (skripsi dan tesis)
Pendekatan konseling behavioral adalah pendekatan yang berfokus pada
tingkah laku klien yang luas cakupannya. Sering kali seseorang mengalami
kesulitan karena tingkah laku yang kurang atau berlebihan dari kelaziman.
Konselor yang mengambil pendekatan tingkah laku berupaya membantu klien
mempelajari cara bertindak yang baru dan tepat, atau membantunya
mengubah atau menghilangkan tindakan yang berlebihan. Cormier dkk
(dalam Gladding, 2012), mengungkapkan bahwa pendekatan behavioral juga
berguna dalam menangani kesulitan yang berhubungan dengan kegelisahan,
stres, kepercayaan diri, hubungan dengan orang tua, dan interaksi sosial.
James & Gilliland (dalam Gladding. 2012) menjelaskan bahwa Pada
dasarnya, pendekatan behavioral diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh
tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta
memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Seorang
konselor dapat mengambil beberapa peranan, bergantung pada orientasi
tingkah lakunya dan tujuan klien. Bagaimanapun juga umumnya konselor
yang menggunakan pendekatan behavioral, aktif di dalam sesi konseling.
Sebagai hasilnya, klien belajar, tidak belajar, atau mempelajari ulang cara
19
berperilaku yang spesifik. Dalam proses itu, konselor berfungsi sebagai
konsultan, guru, penasihat, fasilitator, dan pendukung.
Konselor behavioral memberikan instruksi atau memberikan tenaga
pendukung di lingkungan klien yang membantu proses perubahan. Konselor
behavioral yang efektif bekerja dari suatu perspektif yang luas dan
melibatkan klien di dalam setiap tahapan konseling. Pada dasarnya konselor
ingin membantu klien untuk menyesuaikan diri dengan baik terhadap kondisi
kehidupannya, dan mencapai tujuan pribadi dan profesionalnya. Langkah
besar dalam pendekatan behavioral adalah bahwa konselor dan klien
mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Satu aspek yang penting dari peran klien dalam pendekatan behavioral adalah
klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru dengan
maksud memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya. Dalam terpi,
klien dibantu untuk menggeneralisasikan dan mentransfer belajar yang
diperoleh di dalam situasi konseling ke dalam situasi di luar konseling.
konseling ini belum lengkap apabila verbalisasi-verbalisasi tidak atau belum
diikuti oleh tindakan-tindakan. Klien harus berbuat lebih dari sekedar
memperoleh pemahaman-pemahaman, sebab dalam pendekatan ini klien
harus bersedia mengambil resiko. Masalah-masalah dalam kehidupan nyata
harus dipecahkan dengan tingkah laku baru di luar konseling,berarti fase
tindakan merupakan hal yang esensial. Keberhasilan dan kegagalan usahausaha menjalankan tingkah laku baru adalah bagian yang vital dari perjalanan
konseling
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar