Sabtu, 25 Mei 2019

PENYELIDIKAN DAN PENETAPAN DALAM WAWANCARA (skripsi dan tesis)


Selama wawancara peneliti dapat menggunakan pertanyaan prompts atau probing. Ini membantu mengurangi kecemasan peneliti dan partisipan, tujuannya adalah penyelusuran untuk menguraikan arti atau alasan.
Seidman (1991 dalam Holloway & Wheeler, 1996) memilih istilah menjelajahi dan tidak menyukai istilah menyelidiki (probe) karena menekankan posisi kekuatan pewawancara dan merupakan nama untuk instrumen yang digunakan dalam investigasi medis. Pertanyaan eksplorasi dapat digunakan, seperti: Apa pengalaman yang menyenangkan? Bagaimana perasaan anda tentang hal itu? Dapatkah diceritakan lebih banyak lagi tentang itu?
Menarik sekali, mengapa anda lakukan? Pewawancara dapat menindaklanjuti poin tertentu atau kata tertentu yang diungkapkan partisipan. Partisipan
dengan lancer akan menceritakan tentang suatu kisah, merekonstruksi pengalamannya, insiden, atau perasaan mereka tentang penyakit.
Prompt non-verbal mungkin lebih bermanfaat. Cara berdiri peneliti, kontak mata dan condong ke depan akan mendorong refleksi. Sebenarnya keterampilan yang diadopsi dalam konseling yang telah dimiliki perawat akan
mempermudah melakukan hal ini. Tujuan penggunaan prompt atau probe ini adalah agar wawancara berjalan lancar dan memberikan rasa nyaman baik pada peneliti maupun partisipan tanpa keluar dari tujuan penelitian. Ini
tidak lepas dari kemampuan pewawancara itu sendiri. Seorang pewawancara yang baik harus mempunyai ketetrampilan komunikasi yang mumpuni. Ketrampilan ini meliputi ketrampilan mendengarkan, menyusun kata
(paraphrasing), probing, dan meringkas hasil wawancara (Byrne, 2001).

Tidak ada komentar: