Penilaian
kinerja merupakan suatu proses organisasi untuk menilai kinerja pegawainya.
Tujuan dilakukannya penilaian kinerja secara umum adalah untuk memberikan umpan
balik kepada karyawan dalam upaya memperbaiki kinerjanya dan meningkatkan
produktivitas organisasi, khususnya yang berkaitan dengan kebijaksanaan
terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan
latihan. Saat sekarang ini dengan lingkungan bisnis yang bersifat dinamis
penilaian kinerja merupakan suatu yang sangat berarti bagi organisasi.
Organisasi haruslah memilih kriteria secara subyektif maupun obyektif. Kriteria
kinerja secara obyektif adalah evaluasi kinerja terhadap standar-standar
spesifik, sedangkan ukuran secara subyektif adalah seberapa baik seorang
karyawan bekerja keseluruhan.
Penilaian
kinerja (performance appraisal, PA) adalah
proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan, ketika dibandingkan dengan
satu set standar dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan.
Penilaian kinerja merupakan landasan penilaian kegiatan manajemen sumber daya
manusia seperti perekrutan, seleksi, penempatan, pelatihan, penggajian, dan
pengembangan karir. Kegiatan penilaian kinerja sangat erat kaitannya dengan
kelangsungan organisasi. Data atau informasi tentang kinerja karyawan terdiri
dari tiga kategori (Mathis dan Jackson, 2002 ), yaitu :
a. Informasi berdasarkan ciri-ciri seperti
kepribadian yang menyenangkan, inisiatif atau kreatifitas dan mungkin sedikit
pengaruhnya pada pekerjaan tertentu.
b.
Informasi
berdasarkan tingkah laku memfokuskan pada perilaku yang spesifik yang mengarah
pada keberhasilan pekerjaan. Informan perilaku lebih sulit diidentifikasikan
dan mempunyai keuntungan yang secara jelas memberikan gambaran akan perilaku
apa yang ingin dilihat oleh pihak manajemen.
c.
Informasi
berdasarkan hasil mempertimbangkan apa yang telah dilakukan karyawan atau apa
yang telah dicapai karyawan. Untuk pekerjaan-pekerjaan dimana pengukuran itu
mudah dan tepat, pendekatan hasil ini adalah cara yang terbaik. Akan tetapi,
apa-apa yang akan diukur cenderung ditekankan, dan apa yang sama-sama
pentingnya dan tidak merupakan bagian yang diukur mungkin akan diabaikan
karyawan. Sebagi contoh, seorang tenaga penjualan mobil yang hanya dibayar
berdasarkan penjualan mungkin tidak berkeinginan untuk mengerjakan tugas-tugas
administrasi atau pekerjaan lain yang tidak berhubungan secara langsung dengan
penjualan mobil. Lebih jauh lagi, masalah etis atau legal bisa jadi timbul
ketika hasilnya saja yang ditekankan dan bukannya bagaimana hasil itu
diperoleh.
Rahmanto
(2002) mengemukakan bahwa sistem penilaian kinerja mempunyai dua elemen pokok,
yakni :
a. Spesifikasi pekerjaan yaang harus
dikerjakan oleh bawahan dan criteria yang memberikan penjelasan bagaimana
kinerja yang baik (good performance) dapat dicapai, sebagai contoh : anggaran
operasi, target produksi tertentu dan sebagainya.
b.
Adanya
mekanisme untuk pengumpulan informasi dan pelaporan mengenai cukup tidaknya
perilaku yang terjadi dalam kenyataan dibandingkan dengan kriteria yang berlaku
sebagai contoh laporan bulanan manager dibandingkan dengan anggaran dan
realisasi kinerja (budgeted and actual performance) atau tingkat produksi
dibandingkan dengan angka penunjuk atau meteran suatu mesin.
Penilaian
kinerja dapat terjadi dalam dua cara, secara informal dan secara sistimatis
(Mathis dan Jackson, 2002). Penilaian informal dapat dilaksanakan setiap waktu
dimana pihak atasan merasa perlu. Hubungan sehari-hari antara manajer dan
karyawan memberikan kesempatan bagi kinerja karyawan untuk dinilai. Penilaian
sistimatis digunakan ketika kontak antara manajer dan karyawan bersifat
formal,dan sistemnya digunakan secara benar dengan melaporkan kesan dan
observasi manajerial terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan bagian
integral dari proses penilaian yang meliputi : penerapan sasaran kinerja yang
spesifik, terukur, memiliki tingkat perubahan, terbatas waktu, adanya
pengarahan dan dukungan atasan. Karyawan bersama atasan masing-masing dapat
menetapkan sasaran dan standar kinerja yang harus dicapai dalam kurun waktu
tertentu. Peningkatan kinerja karyawan perseorangan pada gilirannya akan
mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan.
Dharma, (2001) menyatakan bahwa hampir seluruh cara
penilaian kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
a.
Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikan
b.
Kualitas yaitu mutu yang dihasilkan
c.
Ketepatan
waktu yaitu sesuai
atau tidaknya dengan
waktu yang telah direncanakan.
Selanjutnya
Simamora, (2004) menyatakan
bahwa : “Penilaian
kinerja seyogyanya tidak dipahami
secara sempit, tetapi dapat menghasilkan beraneka ragam jenis kinerja yang
diukur melalui berbagai cara. Kuncinya
adalah dengan sering mengukur kinerja
dan menggunakan informasi
tersebut untuk koreksi pertengahan periode”. Mitchell (dalam
Sedarmayanti, 2001) menyatakan
bahwa : “kinerja meliputi beberapa aspek, sebagai
berikut.
a.
Quality of work (kualitas kerja)
Kualitas kerja lebih menekankan pada hasil atau yang diperoleh dari
sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada perusahaan atau standar pencapaian
hasil akhir dari pegawai yang ada di perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
konsumen.
b.
Promptness (ketepatan)
Ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas diartikan sebagai sikap
seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah
ditetapkan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, pengertian ketepatan waktu
atau disiplin kerja adalah suatu sikap
dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan karyawan terhadap peraturan organisasi.
c.
Initiative (inisiatif)
Inisiatif berarti usaha sendiri, langkah awal, ide baru. Berinisiatif
berarti mengembangkan dan memberdayakan sektor kreatifitas daya pikir manusia,
untuk merencanakan idea atau buah pikiran menjadi konsep yang baru yang pada
gilirannya diharapkan dapat berdaya guna dan bermanfaat.
d.
Capability (kemampuan)
Kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kemampuan merupakan salah
satu hal yang harus dimiliki dalam jenjang apapun karena kemampuan memiliki
kepentingan tersendiri dan sangat penting untuk dimiliki oleh pegawai.
e.
Communication (komunikasi)
Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja. Hal ini
mudah dipahami sebab komunikasi yang tidak baik bisa mempunyai dampak yang luas
terhadap kehidupan organisasi , misalnya konflik antar pegawai, dan sebaliknya
komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian, kerjasama dan juga
kepuasan kerja.
Sedangkan
Simamora, (2004) menyatakan
bahwa kinerja karyawan sesungguhnya dinilai atas lima
dimensi.
a.
Mutu
Mutu pekerjaan yang dihasilkan berdasarkan syarat-syarat yang telah
ditetapkan (quality of work)
b.
Kuantitas
Jumlah pekerjaan yang mampu dilakukan dalam suatu periode waktu yang
telah ditentukan (quantity of work)
c.
Penyelesaian proyek
Penyelesaian pekerjaan yang dibebankan sesuai waktu yang telah ditetapkan
(time of work).
d.
Kerjasama
Kesadaran untuk bekerja sama dengan unit kerja masing-masing
(cooperation)
e.
Kepemimpinan
Kemampuan untuk mendelegasikan tugas serta mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan.
Menurut Hasibuan (2003:95), unsur-unsur yang dinilai
pada penilaian prestasi kerja adalah:
a.
Kesetiaan
Penilai mengukur kesetiaan pegawai terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan
organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan pegawai menjaga dan
membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang yang
tidak bertanggung jawab.
b.
Prestasi kerja
Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat
dihasilkan pegawai tersebut dari uraian pekerjaannya.
c.
Kejujuran
Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi
perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada
para bawahannya.
d.
Kedisiplinan
Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang
ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan
kepadanya.
e.
Kreativitas
Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya
untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih efektif.
f.
Kerjasama
Penilai menilai kesediaan pegawai berpartisipasi dan bekerjasama dengan
pegawai lainnnya secara vertikal atau horizontal di dalam maupun di luar
pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
g.
Kepemimpinan
Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi
yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau
bawahannya untuk bekerja secara efektif.
h.
Kepribadian
Penilai menilai pegawai dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai,
memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, dan lain-lain.
i.
Prakarsa
Penilai menilai kemampuan berpikir yang logis dan berdasarkan inisiatif
sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan,
mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang
dihadapinya.
j.
Kecakapan
Penilai menilai kecakapan pegawai dalam menyatukan dan menyelaraskan
bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaan
dan di dalam situasi manajemen.
k.
Tanggung jawab
Penilai menilai kesediaan pegawai dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya,
pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta
perilaku kerjanya.
Menurut
Handoko (2000) ada enam metode penilaian kinerja karyawan:
a.
Rating
Scale, evaluasi hanya didasarkan pada pendapat penilai, yang membandingkan
hasil pekerjaan karyawan dengan kriteria yang dianggap penting bagi pelaksanaan
kerja.
b.
Checklist,
yang dimaksudkan dengan metode ini adalah untuk mengurangi beban penilai.
Penilai tinggal memilih kalimat-kalimal atau kata-kata yang menggambarkan
kinerja karyawan. Penilai biasanya atasan langsung. Pemberian bobot sehingga
dapat di skor. Metode ini bias memberikan suatu gambaran prestasi kerja secara
akurat, bila daftar penilaian berisi item-item yang memadai.
b.
Metode
peristiwa kritis (critical incident method), penilaian yang berdasarkan
catatan-catatan penilai yang menggambarkan perilaku karyawan sangat baik atau
jelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja. Catatan-catatan ini disebut
peristiwa kitis. Metode ini sangat berguna dalam memberikan umpan balik kepada
karyawan, dan mengurangi kesalahan kesan terakhir.
c. Metode peninjauan lapangan (field review
method), seseorang ahli departemen main lapangan dan membantu para penyelia
dalam penilaian karyawan. Spesialis personalia mendapatkan informasi khusus
dari atasan langsung tentang kinerja karyawan. Kemudian ahli itu mempersiapkan
evaluasi atas dasar informasi tersebut. Evaluasi dikirim kepada penyelia untuk
di review, perubahan, persetujuan dan serubahan dengan karyawan yang dinilai.
Spesialis personalia bisa mencatat penilaian pada tipe formulir penilaian
apapun yang digunakan perusahaan.
d.
Tes dan
observasi prestasi kerja, bila jumlah pekerja terbatas, penilaian irestasi
kerja bisa didasarkan pada tes pengetahuan dan ketrarnpilan. Tes mungkin
tertulis atau peragaan ketrampilan. Agar berguna tes harus reliable dan valid.
Metode evaluasi kelompok ada tiga: ranking, grading, point allocation method.
e. Method ranking, penilai membandingkan satu
dengan karyawan lain siapa yang paling baik dan menempatkan setiap karyawan
dalam urutan terbaik sampai terjelek. Kelemahan metode ini adalah kesulitan
untuk menentukan faktor-faktor pembanding, subyek kesalahan kesan terakhir dan
halo effect, kebaikannya menyangkut kemudahan administrasi dan penjelasannya.
Grading, metode penilaian ini memisah-misahkan atau menyortir para karyawan
dalam berbagai klasifikasi yang berbeda, biasanya suatu proposi tertentu harus
diletakkan pada setiap kategori. Point location, merupakan bentuk lain dari
grading penilai dibenkan sejumlah nifai total dialokasikan di antara para
karyawan dalam kelompok. Para karyawan diberi nilai lebih besar dan pada para
karyawan dengan kinerja lebih jelek. Kebaikan dari rnetode ini, penilai dapat
mengevaluasi perbedaan rclatif di antara para karyawan, meskipun
kelemahan-kelemahan efek halo (halo effect) dan bias kesan terakhir masih ada.
Manfaat
penilaian kinerja yaitu :
a.
Perbaikan
prestasi kerja atau kinerja.Umpan balik pelaksanaan kerja mernungkinkan karyawan,
manajer dan departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan karyawan,
manajer dan departemen personalia untuk meningkatkan prestasi.
b.
Penyesuaian-penyesuaian
kompensasi. Evaluasi prestasi keja membantu para pengambil keputusan dalam
mcnentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
c.
Keputusan-keputusan
penempatan. Promosi dan transfer biasanya didasarkan atas prestasi kerja atau
kinerja masa lalu atau antisipasinya.
d.
Perencanaan
kebutuhan latihan dan pengembangan. Prestasi kerja atau kinerja yang jelek
mungkin menunjukkan perlunya latihan. Demikian pula sebaliknya, kinerja yang
baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.
e.
Perencanaan
dan pengembangan karir. Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan
karir, yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti.
f.
Mendeteksi
penyimpangan proses staffing. Prestasi kerja yang baik atau buruk adaiah
mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia.
g.
Melihat
ketidakakuratan informasional. Prestasi kerja yanng jelek mungkin menunjukkan
kesalahan-kesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana sumberdaya
manusia, atau komponen-komponen lain sistem informasi manajemcn personalia.
Menggantungkan pada informasi yang tidakakurat dapat rnenyebabkan
keputusan-kcpulusan personalia tidak tepat.
h.
Mendeteksi
kesalahan-kesalahan desain pekerjaan. Prestasi kerja yang jelek mungkin
merupakan tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu
diagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.
i.
Menjamin
kesempatan kerja yang adil. Penilaian prestasi kerja yang akurat akan menjamin
keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.
j.
Melihat
tanlangan-tantangan ekternal. Kadang-kadang prestasi seseorang dipengaruhi oleh
faktor-faktor diluar lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, dan
masalah-masalah pribadi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar