Setelah suatu network ditentukan dan digambarkan, maka langkah berikutnya adalah mengestimasi waktu yang diperlukan untuk masing-masing aktivitas, dan menganalisis seluruh diagram network untuk menentukan waktu terjadinya masing-masing kejadian (event).
Dalam menganalisis dan mengestimasi waktu, maka akan didapatkan suatu lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network, yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek.
Lintasan yang dimaksud adalah lintasan kritis (critical path). Selain lintasan kritis, masih terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek daripada lintasan kritis, dan biasa disebut dengan float, di mana float mempunyai waktu untuk bisa terlambat, sehingga berapapun panjangnya float tidak akan mempengaruhi proyek yang telah dijadwalkan.
Float sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu: total float dan free float. Float memberikan kelonggaran waktu pada sebuah network. Float juga digunakan pada waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja.
Total float adalah jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan. Sedangkan yang dimaksud dengan free float adalah jumlah waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat terjadinya event lain pada network.
Untuk memudahkan perhitungan penentuan waktu, maka digunakan notasi-notasi sebagai berikut:
§ TE = earliest event occurrence time, yaitu saat tercepat terjadinya event/aktivitas.
§ TL = lates event occurrence time, yaitu saat paling lambat terjadinya event.
§ ES = earliest activity start time, yaitu saat tercepat dimulainya aktivitas.
§ EF = earliest activity finish time, yaitu saat paling lambat dimulainya aktivitas.
§ LS = latest activity start time, yaitu saat paling lambat dimulainya aktivitas.
§ LF = latest activity finish time, yaitu saat paling lambat diselesaikannya aktivitas.
§ t = activity duration time, yaitu waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas (biasa dinyatakan dalam hari).
§ S = total slack/total float
§ SF = free slack/free float
Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu digunakan tiga buah asumsi dasar, yaitu:
a. Proyek hanya memiliki satu initial event (titik awal) dan satu terminal event (titik akhir).
b. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol.
c. Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah TL = 0 untuk event ini.
Adapun perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu cara perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation).
Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur, digunakan lingkaran kejadian (event), lingkaran kejadian ini dibagi atas tiga bagian dan digambarkan seperti Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Lingkaran kejadian.
(Ervianto, 2004)
Keterangan:
a. ruang untuk nomor event.
b. ruang untuk menunjukkan saat paling cepat terjadinya event (TE), yang merupakan hasil perhitungan maju.
c. ruang untuk menunjukkan saat paling lambat terjadinya event (TL), yang merupakan hasil perhitungan mundur.
Setelah network dari suatu proyek digambarkan, dan setiap node dibagi menjadi tiga bagian, maka langkah selanjutnya adalah memberi nomor pada masing-masing node. Kemudian mencantumkan pada setiap anak panah (kegiatan) perkiraan waktu pelaksanaan masing-masing kegiatan.
Letak angka yang menunjukkan waktu kegiatan, terletak di bawah anak panah. Satuan waktu yang digunakan pada seluruh proyek harus sama, sebagai contoh pemakaian minggu, hari dan lain-lain. Yang paling penting adalah, apabila perhitungan dilakukan dengan tidak menggunakan komputer, maka sebaiknya duration ini menggunakan angka-angka yang bulat.
Setelah menentukan network, langkah selanjutnya adalah menentukan perhitungan maju dan mundur. Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju terminal event (maksudnya ialah menghitung saat yang paling tercepat terjadinya events).
Setelah melakukan perhitungan maju, langkah selanjutnya melakukan perhitungan mundur, pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju ke initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TL,LS, dan LF). Seperti halnya pada perhitungan maju, pada perhitungan mundur ini pun terdapat tiga langkah, yaitu:
b. Saat paling lambat untuk memulai suatu aktivitas sama dengan saat paling lambat untuk menyelesaikan aktivitas itu dikurangi dengan duration aktivitas tersebut,
Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event yang mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling lambat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terkecil dari saat-saat paling lambat untuk memulai aktivitas-aktivitas yang berpangkal pada event tersebut.
Setelah kedua perhitungan diatas (perhitungan maju dan perhitungan mundur) selesai, barulah float dapat dihitung.
Setelah perhitungan maju dan perhitungan mundur selesai dilakukan, maka langkah berikutnya harus dilakukan perhitungan kelonggaran waktu dari aktivitas (i,j) yang terdiri dari total float dan free float.
Dalam perhitungan float terdapat suatu aktivitas yang tidak mempunyai kelonggaran (float), yang biasa disebut sebagai aktivitas/kegiatan kritis. Dengan kata lain, aktivitas kritis mempunyai S(i,j)=SF(i,j )=0.
Aktivitas-aktivitas kritis akan membentuk lintasan kritis yang dimulai dari initial event sampai ke terminal event. Aktivitas-aktivitas inilah yang tidak boleh ditunda pelaksanaannya, sehingga jika pelaksanaannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar