Minggu, 13 Januari 2019

Manajemen Konstruksi (skripsi dan tesis)


Pengetahuan tentang manajemen dalam proyek konstruksi bertujuan untuk lebih memahami peranan dari pengendalian dalam proses pengelolaan proyek. Karena dengan manajemen konstruksi yang baik akan dapat menghasilkan produk atau hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Manajemen adalah proses perencanaan dan pengawasan suatu organisasi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya. (Tabrani dkk, 2010: 1-4)
Dalam pekerjaan proyek pembangunan jalur kereta api, para pemilik proyek akan semakin menyadari pentingnya nilai waktu, dana dan tenaga kerja yang terlibat dari proses konstruksi. Untuk proyek-proyek yang memerlukan peranan investasi yang besar dengan masalah yang sangat kompleks serta tidak melibatkan tujuan yang terpenting yaitu, mencapai keuntungan ekonomis yang diharapkan maka, pengelolan proyek dan dilaksanakan secara profesional merupakan suatu hal yang terbaik. (Kuswati, 2010: 17-18)
Manajemen konstruksi (construction management) adalah suatu proses dimana suatu pemilik proyek menunjuk ahli) yang dipercaya, yang selanjutnya disebut sebagai Manajer Konstruksi untuk mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, proses seluruh kelayakan, perencanaan, perancangan, pelelangan pekerjaan, pelaksanaan konstruksi dan pemanfaatan proyek dengan tujuan untuk meminimalkan waktu dan biaya proyek serta menjaga mutu proyek. Manajemen konstruksi adalah bagaiman suatu pekerjaan pembangunan dikelola agar diperoleh hasil sesuai dengan tujuan dari pembangunan tersebut, dengan melibatkan sekelompok orang yang masing-masing mempunyai kemampuan/keahlian tertentu. Manajemen konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan sebagai: manpower, material, machines, money, method (Ervianto, 2012:1).
Jadi manajemen konstruksi adalah suatu metode untuk mengelola pelaksanan pembangunan secara disiplin profesional. yang mempunyai suatu tahapan-tahapan proses pembangunan diperlukan suatu kesatuan seoptimal mungkin dari segi biaya, waktu dan mutu. (Kuswati, 2010: 23-24)
Tujuan pokok dari manajemen konstruksi yaitu mengelola atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil sesuai dengan persyaratan (specification). Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan. (Project Management Institute, 2004: 1-2)
Perkembangan manajemen konstruksi di negara kita tidak dapat lepas dari perkembangan industri jasa konstruksi. Sedang perkembangan industri jasa konstruksi berhubungan erat dengan pelaksanaan pembangunan yang saat ini sedang giat dilaksanakan. Pada umumnya industri jasa konstruksi mencakup aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pembangunan prasarana dan sarana fisik dalam bidang gedung, bidang teknik sipil, dan bidang instalasi. Dengan meningkatnya volume pembangunan tersebut, maka diikuti pula peningkatan cara pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang berupa perkembangan dalam bidang manajemen konstruksi. Demikian pula hubungan kerja yang terjadi antara unsur-unsur pelaksana pembangunan mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan volume aktivitas untuk masing-masing jenis bangunan. Selain itu tingkat pemikiran serta tingkat kepuasan dari pemilik proyek semakin tajam, penyelesaian proyek tidak lagi diharapkan hanya diselesaikan dengan apa adanya. Konsultan manajemen konstruksi tidak lagi dituntut sebagai wakil pemilik didalam pengelolaan perencanaan dan pengawasannya saja, melainkan dituntut untuk mengelola secara keseluruhan, dalam arti mulai dari perencanaan, pengawasaan dan tahap pelaksanaan. Berdasarkan hal tersebut, kehadiran konsultan manajemen konstruksi Profesional (Profesional Construction Management)di dalam suatu proyek tidak dapat ditawar-tawar lagi keberadaannya. Pengertian Profesional dalam hal ini adalah badan usaha yang bergerak dibidang konsultan manajemen konstruksi yang berfungsi sebagai wakil pemilik secara totalitas, baik dari segi wewenang, tanggungjawab serta kemampuan dalam merencana, mengelola dan melaksanakan. (Elbetagi, 2012: 42-44)

Lingkup kerja manajemen konstruksi dengan lingkup yang luas sebagai berikut: (Project Management Institute, 2004: 17-20)
a.    Pada Tahap Pra-Konstruksi:
§  Rekayasan nilai
§  Estimasi parameter
§  Jadwal Perancangan dan Pra-Konstruksi
§  Identifikasi aktivitas-aktivitas pokok
§  Pemaketan Pelelangan
§  Penunjukan kontraktor
§  Penyerapan standar prosedur operasional dan tanggung-jawab
§  Proses administrasi proyek
b.    Pada Tahap Konstruksi:
§  Perencanaan dan penjadwalan secara detil
§  Rencana pentahapan Konstruksi
§  Pengoperasian prosedur-prosedur
§  Pengawasan
§  Pemeriksaan
§  Pengujian bahan
§  Penanganan administrasi proyek
§  Penanganan proses perubahan pekerjaan
§  Pengendalian waktu, biaya, dan mutu
§  Pemrosesan Berita Acara untuk pembayaran kontraktor
§  Pengujian terhadap sluruh proyek yang telah diselesaikan
Dengan konsep ini peran manajemen konstruksi sangat besar dalam menentukan keberhasilan proyek dari segi waktu, biaya, mutu, keamanan dan kenyamanan yang optimal. Sehingga merupakan suatu keharusan manajemen konstruksi berdiri sebagai badan usaha profesional sebagai wakil dari pemilik(Haro Dominguez, 2007: 8-10)
Dalam rangka pencapaian hasil ini, selalau diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control), pengawasan waktu pelaksanaan (time control), dan pengawasan penggunaan biaya (cost control). Ketiga kegiatan pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan . Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan (Djoyowirono, 2005;1).

Tidak ada komentar: