Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang dari sisi out put, maka produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi input dan sisi out put. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi (barang dan jasa).
Dimana:
Q = Produktivitas
O = Output yang dihasilkan
I = Input yang dipergunakan
T = Pencapaian tujuan
S = Penggunaan sumber daya
Ev = Efektivitas
Es = Efisiensi
...................................................................................................... (2.4)
Dimana:
IP = Indeks produktivitas
S = Jumlah jam-orang yang sesungguhnya digunakan
T = Jumlah jam-orang yang diperlukan
Sumanth (1985) dalam Sahid (2003) memperkenalkan suatu konsep format yang disebut sebagai siklus produktivitas (productivity cycle) untuk dipergunakan dalam peningkatan produktivitas terus-menerus. Adapun konsep siklus produktivitas terdiri dari empat tahap dengan penjelasan sebagai berikut ini.
a. Pengukuran Produktivitas
Secara formal program peningkatan produktivitas harus dimulai melalui pengukuran produktivitas dari sistem industri itu sendiri.
b. Evaluasi Produktivitas
Mengevaluasi tingkat produktivitas aktual untuk diperbandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Perbedaan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dan rencana merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebabnya.
c. Perencanaan Produktivitas
Berdasarkan evaluasi selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
d. Peningkatan Produktivitas
Target produktivitas yang telah direncanakan itu, berbagai program formal dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas terus-menerus.
Untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas perusahaan adalah membangun suatu sistem industri yang memperhatikan secara terfokus dan bersama sekaligus pada aspek-aspek kualitas, efektivitas pencapaian tujuan dan efisiensi penggunaan sumber-sumber daya.
e. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Untuk melaksanakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Bertolak dari kenyataan tersebut bahwa jenis dan identitas kegiatan proyek tepat sepanjang siklusnya, sehingga penyediaan jumlah tenaga, jenis keterampilan dan keahlian harus mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang berlangsung. Perencanaan tenaga kerja proyek harus menyeluruh dan terinci meliputi perkiraan, jenis dan kapan keperluan tenaga kerja, seperti tenaga ahli dan berbagai disiplin ilmu pada tahap desain engineering dan pembelian, supervisor dan pekerjaan lapangan untuk pabrikasi dan konstruksi.
Secara teoritis keperluan rata-rata jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam – orang atau bulan – orang (man – month) dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan. Faktor yang mempengaruhi perencanaan tenaga kerja proyek antara lain :
a. produktivitas tenaga kerja,
b. tenaga kerja periode puncak (peak),
c. jumlah tenaga kerja kantor pusat,
d. perkiraan jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan, dan
e. meratakan jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak (fluctuation) yang tajam.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dilapangan dikelompokkan menjadi :
a. kondisi fisik dilapangan dan sarana bantu,
b. supervisi, perencanaan dan koordinasi,
c. komposisi kelompok kerja,
d. kerja lembur,
e. kepadatan tenaga kerja,
f. kurva pengalaman (learning curve),
g. pekerja langsung versus sub kontraktor, dan
h. ukuran besar proyek.
Berikut ini adalah penjelasan 8 (delapan) item tersebut.
a. Kondisi Fisik Lapangan dan Sarana bantu
Kondisi fisik geografis lokasi proyek, tempat penampungan tenaga kerja yang terawat serta sarana bantu yang berupa peralatan konstruksi amat berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja. Kondisi fisik ini berupa :
1) iklim, musim atau keadaan cuaca,
2) misalnya : adanya temperatur udara panas dan dingin, salju serta hujan dan lain-lain.
3) keadaan fisik lapangan, kondisi fisik lapangan kerja seperti rawa-rawa, padang pasir dan lain-lain, dan
4) sarana bantu, kurangnya kelengkapan sarana bantu peralatan konstruksi.
b. Supervisi, Perencanaan dan Koordinasi
Pengawasan adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan tugas pengelola para tenaga kerja, memimpin para pekerja dalam pelaksanaan tugas, termasuk menjabarkan perencanaan dan pengendalian menjadi langkah-langkah pelaksanaan jangka pendek, serta mengkoordinasikan dengan rekan terkait. Tugas menjabarkan perencanaan ini memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan derajat keterampilan tenaga kerja yang akan melaksanakannya.
c. Komposisi Kelompok Kerja
Pada kegiatan konstruksi, seorang pengawas lapangan memimpin satu kelompok kerja yang terdiri dari bermacam-macam pekerja lapangan (labour craft), seperti tukang batu, tukang besi, tukang kayu dan lain-lain. Yang dimaksud dengan komposisi kelompok kerja adalah :
1) perbandingan jam-orang yang berhubungan langsung dan pekerja yang dipimpinnya,
2) perbandingan jam-orang untuk disiplin kerja dalam kelompok kerja.
Perbandingan jam – orang yang berhubungan langsung terhadap total jam – orang kelompok kerja yang dipimpinnya, menunjukkan indikasi besarnya rentang kendali (span of control) yang dimiliki.
d. Produktivitas Kerja Lembur
Seringkali pekerjaan lembur tidak dapat dihindari, untuk mengejar sasaran jadwal.
e. Produktivitas Penambahan Tenaga kerja
Percepatan jadwal, diperlukan penambahan tenaga kerja, namun hal ini akan menimbulkan penurunan produktivitas kerja. Makin banyak jumlah tenaga kerja per area atau makin sempitnya area untuk setiap pekerja, maka makin sibuk kegiatan per area tersebut, yang akhirnya akan mencapai titik dimana kelancaran pekerjaan terganggu dan mengakibatkan penurunan produktivitas, titik ini disebut titik jenuh. Gambar 3.7 menunjukkan pengaruh kepadatan tenaga kerja terhadap produktivitas.
f. Pengendalian Tenaga kerja
Untuk menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Jenis kegiatan dan intensitas proyek berubah cepat sepanjang siklusnya, sehingga penyediaan jumlah tenaga kerja, jenis keterampilan dan keahlian harus mengikuti perubahan kegiatan yang sedang berlangsung.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka suatu perencanaan tenaga kerja proyek yang menyeluruh dan terinci harus meliputi perkiraan jenis dan kapan keperluan tenaga kerja, seperti tanaga ahli dari berbagai disiplin ilmu pada tahap desain engineering dan pembelian, supervisor dan pekerja lapangan untuk pabrikasi dan konstruksi didatangkan. Cara memperkirakan jumlah tenaga kerja yang diperlukan, yaitu dengan mengkonversikan lingkup proyek dari jumlah jam-orang menjadi jumlah tenaga kerja atau keperluan rata-rata jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup proyek yang dinyatakan dalam jam – orang atau bulan – orang dibagi kurun waktu pelaksanaan.
g. Pekerja Langsung versus Subkontraktor
Dikenal dua cara bagi kontraktor utama dalam melakasanakan pekerjaan lapangan, yaitu dengan merekrut langsung tenaga kerja dan memberikan kepenyeliaan (direct hire) atau menyerahkan paket kerja tertentu kepada subkontraktor. Dari segi produktivitas umumnya subkontraktor lebih tinggi 5 – 10 % dibandingkan pekerja langsung. Hal ini disebabkan tenaga kerja subkontraktor telah terbiasa dalam pekerjaan yang relatif terbatas lingkup dan jenisnya, ditambah lagi prosedur dan kerjasama telah dikuasai dan terjalin lama antara para pekerja maupun dengan penyelia. Meskipun produktivitas lebih tinggi dan jadwal penyelenyelesaian pekerjaan potensial dapat lebih singkat, tetapi dari segi biaya belum tentu rendah dibanding memakai pekerja langsung, karena adanya biaya overhead dari perusahaan subkontraktor.
h. Ukuran Besar Proyek
Menunjukkan bahwa besar proyek (dinyatakan dalam jam – orang) juga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan, dalam arti makin besar ukuran proyek produktivitas menurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar