Jumat, 11 Januari 2019

Kepemimpinan Manajer Proyek (skripsi dan tesis)


Salah satu karakteristik proyek konstruksi adalah adanya organisasi. Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di mana di dalamnya terlibat sejumlah individu dengan ragam kehlian, ketertarikan, kepribadian dan juga ketidak pastian. Langkah awal manajer proyek sebagai pimpinan organisasi proyek konstruksi bertugas menyatukan visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.(Ervianto, 2005) Menurut Soehardi Sigit (2003), kepemimpinan merupakan upaya untuk memepngaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan ke arah yang dikehendaki. Kepemimpinan dalam proyek konstruksi adalah kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya 5 M (men, machines, mathods, materials, money) untuk dapat menyelesaikan masalah dan menentukan arah tujuan tercapainya proyek konstruksi yang tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu.
Dalam pandangan tradisional, pemimpin dianggap sebagai hero. Pengertian pahlawan di sini menurut Yukl (1989) adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menentukan takdir organisasi yang dipimpinnya. Jadi apa yang dilakukan dan diputuskan oleh seorang pemimpin akan mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan. Hal ini seringkali disebut sebagai romantisme kepemimpinan yang menurut Thomas (1988), “Convensional leadership have generally assumed that leader have significant and crucial impact on the performance of organization they lead”. Pandangan ini kemudian disebut Thomas sebagai pandangan ‘Individualis’, yang mengandung makna bahwa individu merupakan figus yang berarti bagi kehidupan organisasi.
Salah satu elemen prinsip dalam konsep romantisme, menurut Meindl, Ehlirch dan Dukerich (1985) adalah pandangan bahwa kepemimpinan merupakan pusat dari proses organisasi dan kekuatan utama dalam skema aktivitas dan kejadian dalam organisasi.
Dalam realitasnya pandangan ini dianggap positif oleh pemimpin, bahkan memanfaatkan padangangan tersebut untuk kepentingan politisnya dengan melakukan manipulasi terhadap kinerja. Hal tersebut ditengarai oleh Yukl (1989a),
The attributional biases about leader are exploited by many political leader and top executives who seek to create the impression that are in control of events. Symbol and rituals, such as elaborate inagural ceremonies, reinforce the percieved importance of leaders (Pfeffer). Successes are announced and celebrated; filure are suppresed or downplayed”  

Namun di sisi lain, hal tersebut dapat menjadi sesuatu yang negatif bagi pertumbuhan organisasi. Anggapan bahwa pemimpin adalah segalanya dan apapun yang dilakukan dan diputuskan membawa dampak bagi kehidupan dapat menjadi bumerang bagi pemimpin dan organisasi yang dipimpinnya, yakni bila pemimpin menjadi cenderung berhati-hati, menghindari resiko dan mengambil langkah aman. Hal tersebut tentunya dapat menghambat pertumbuhan organisasi.
Seorang pemimpin yang baik harus mempunyai sifat-sifat yang baik dan terpuji sehingga menjadi teladan bagi bawahannya. Menurut Mulia Nasution (1994) kepmimpinan yang baik harus memiliki sifat-sifat yaitu:
a.       Mempunyai kemampuan melebihi orang lain. Seorang pemimpin tidak mau menjadi nomor dua, juga mempunyai keinginan mengatasi dann mengungguli orang lain. Seorang pemimpin harus penuh inisiatif dan sanggup bekerja keras serta ulet untuk mencapai tujuan.
b.      Mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Seorang pemimpin tidak akan pernah merasa takut untuk memikul tanggung jawab terhadap orang lain, atau pekerjaan yang sukara sekalipun.
c.       Mau bekerja keras. Seorang pemimpin akanselalu sanggup bekerja keras dan tidak kenal lelah, ia mempunyai daya tahan yang kuat untuk bekerja keras dakan jangka waktu yang lama. Hal ini untuk dapat memberi contoh atau motivasi bawahannya.
d.      Pandai bergaul, seorang pemimpin yang baik, selalu pandai bergaul dengan teman sejawat. Ia akan berusaha mengnal baik temannya serta memahami segala persoalannya.
e.       Memberi contoh bekerja dengan semangat pada bawahan. Seorang pemimpin selalu menjadi pelopor dan selalu menjadi contoh bagaimana cara bekerja keras dan bersemangat, sehingga bawahan dengan sendirinya termotivasi untuk ikut bekerja dengan semangat.
f.       Memiliki rasa integritas. Pemimpin harus mempunyai rasa bersatu padu dengan kelompok yang ada di dalam organisasinya.


Tidak ada komentar: