Tabel 2.1. Unsur Kimia Fe dan Mn
Unsur | Presipitat | Kondisi |
Fe2+ | Fe(OH)2 | Tidak adanya O2 dan CO32- (pH 10) |
Fe2+ | FeCO3 | Tidak adanya O2 dan S2- (pH 8, alk > 10-2 eq/L) |
Fe2+ Fe3+ | Fe(OH)3 | 1. 4 Fe2+ + 2H+ + O2 4Fe3+ + 2OH- atau 7 mg Fe/mg O2 2. 2Fe2+ + Cl2 2Fe3+ + 2Cl- atau 1,6 mg Fe/mg Cl2 3. 3Fe2+ + MnO4- + 4 H+ 3Fe3+ + MnO2 + 2H2O atau 1,06 mg Fe/mg MnO4 |
Mn2+ Mn4+ | MnOOH | 1. 2H+ + Mn2+ + ½ O2 Mn4+ + H2O atau 3,5 mg Mn/mg O2 2. Mn2+ + Cl2 Mn4+ + 2Cl- atau 1,3 mg Mn/mg Cl2 3. 3Mn2+ + 2Mn7+ 5Mn4+ atau 0,52 mg Mn/mg MnO4 |
Menurut Berthouex (1998), pencemaran alamiah terjadi karena pelapukan biogeokimia di dalam tanah akibat proses pencucian (leaching) bahan organik dari top soil pada proses perkolasi. Proses oksidasi biokimia akan menipiskan oksigen tanah dan memproduksi karbondioksida (CO2) yang semakin lama menghabiskan oksigen terlarut di dalam air dan akan digantikan oleh proses anaerobik (reduksi) atau proses fermentasi biokimia. Dalam kondisi yang demikian ini CO2 akan bereaksi dengan senyawa-senyawa karbonat pada batuan alam seperti CaCO3 (Calcite), FeCO3 (Siderit) dan MnCO3 (Rhodochrosite) menghasilkan mineral-mineral terlarut. Hal ini akan dipercepat lagi apabila terjadi keronggaan lapisan tanah dalam dan pergeseran lapisan tanah oleh gempa, sehingga dapat menyebabkan kandungan mineral besi, mangan dan kalsium di dalam air tanah menjadi meningkat seperti terlihat dalam reaksi di bawah ini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar