Senin, 05 Desember 2016

Riwayat Hubungan Politik Amerika Serikat dan Filipina (skripsi dan tesis)


Hubungan Filipina dengan Amerika Serikat (AS) juga mengalami pasang surut. Pertama hubungan bilateral di antara mereka terjadi manakala AS melakukan penjajahan terhadap Filipina. Tahun 1898, Amerika Serikat (AS) menang dalam perang AS-Spanyol. Filipina akhirnya menjadi dibawah kontrol AS. Wilayah Mindanao-Sulu yang pada masa kolonialisasi Spanyol tidak berada dalam kontrol Spanyol, tetapi Spanyol memasukan wilayah ini dalam penyerahan kekuasaan Filipina ke AS. [1]
 Setelah AS memberikan kemerdekaan pada Filipina maka ia berhak memperoleh fasilitas untuk menggunakan pangkalan-pangkalan militer di Filipina tanpa pembayaran konpensasi ganti rugi. Amerika Serikat kemudian mendirikan basis militer di Filipina, yakni Clark Air Base dan Teluk Subic di Filipina menjadi pusat operasi militer Amerika Serikat. [2] Pada tahun 1947, Manila Act ditandatangani antara AS dengan Filipina sebagai Pakta Pertahanan Bersama yang memberikan jaminan AS untuk menggunakan pangkalan-pangkalan militer di Filipina untuk jangka waktu 99 tahun. Baru pada tahun 1966 dirumuskan suatu perjanjian yang merubah jangka waktu penggunaan dari 99 tahun menjadi 25 tahun, sehingga penggunaan pangkalan militer itu berakhir tahun 1991.
Dalam Military Bases Agreement (MEA) tahun 1966 disepakati, bahwa sebagai konpensasi AS membayar Security Assistance sebesar US $500 juta untuk jangka waktu 5 tahun, kemudian setiap 5 tahun berikutnya akandiadakan reorganisasi. Besaran jumlah uang konpensasi ini berbeda-beda untuk masing-masing presiden,tergantung bagaimana situasi politik dalam negeri Filipina. Misalnya pada masa Presiden Marcos, besarannya kompensasi itu berubah-ubah dimana perubahannya justru menekan pihak Marcos dan menjadi isu politik. Campur tangan AS terhadap urusan dalam negeri Filipina serta dukungannya yang banyak memberikan pengaruh dan kekuatan bagi rezim Marcos.
 Pasca Perang Dingin, hubungan Amerika Serikat-Filipina diwarnai dengan kampanye Washington’s Global Anti-terrorism. Selain itu, Amerika Serikat juga membangun kerjasama bilateral dengan Filipina sehubungan dengan isu-isu keamanan transnasional seperti perdagangan obat-obatan terlarang, manajemen bencana, dan pembajakan.[3] Dengan terjadinya serangan terhadap gedung WTC pada 11 September 2000 telah menyebabkan AS merubah haluan politik luar negerinya dengan memerangiterorisme dimana saja terutama untuk kelomok yang diduga ada hubungannya dengan Osama bin Laden. Perang melawan terorisme ini pertama kali digelar di Afghanistan lalu ada tahap berikutnya berlanjut di Filipina, Indonesia, Somalia danYaman, seperti yang dikatakan Deputi Menhan AS, Paul Wolfowitz bahwa yang menjadi prioritas utama adalah kelompok separatis di Selatan Filipina.
Sementara itu, pada saat yang bersamaan Filipina mengalami kemerosotan ekonomi akibat pengaruh dari dunia dan juga adanya pemberontakan dari suku Moro, telah menyebabkan presiden Filipina untuk kembali menerima tawaran kerjasama militerdari AS dengan harapan uang konpensasi dapat digunakan untuk memperbaiki perekonomian dalam negerinya dan militer AS dapat membantu Filipina dalam mengatasi pemberontakan suku Moro




Tidak ada komentar: