Konfusianisme
dipakai untuk menyebut semua falsafah yang berasal dari Kung-tze atau
Kung-fu-tze, artinya guru atau Master Kung. Istilah ini kemudian dilatinkan
menjadi konfusius. Filsuf ini hidup antara 551 dan 478 sebelum Masehi. Kung
atau Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini tetapi beliau hanya
menyempurnakan agama atau ajaran yang sudah ada dalam kehidupan bermasyaraakat
Cina saat itu seperti beliau sabdakan:
"Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka
akan ajaran-ajaran kuno tersebut".
Meskipun
orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah suatu pengajaran filsafat untuk
meningkatkan moral dan menjaga etika manusia namun sebenarnya kalau dipahami
secara benar dan utuh, maka orang akan tahu bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga menyangkut ritual yang
harus dilakukan oleh para penganutnya. Konfusius tidak menghalangi orang
Tionghoa menyembah keramat dan penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan
menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang
dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa setiap manusia perlu berusaha
memperbaiki moral. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan
antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan
hubungan dengan Sang Khalik atau Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut
dengan istilah "Tian" atau "Shang Di"[1].
Ajaran
ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa
perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi
agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar
biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan
diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu[2].
Konfusianisme
sebagai suatu aliran filsafat Cina bersifat humanistik yang tidak diartikan
sebagai humanisme yang meremehkan Yang Maha Kuasa atau hanya menekankan segi
kemanusiaan saja, namun merupakan keastuan dengan surga (Tien).[3] Konfusianisme
berkembang pesat sejak abad kelima sebelum Masehi sampai abad kedelapan Masehi.
Aliran ini sudah bertahan dalam kurun waktu yang sangat lama ditengah-tengah
munculnya ajaran-ajaran baru seperti Taoisme, Legalisme, dan Budhisme. Pada
awalnya memang Konfusianisme beorientasi pada segi kemanusiaan saja secara
harafiah, namun dala, perjalanannya berbagai telah memsaukkan unsur-unsur dari
berbagai aliran yang berkembang di Cina, sehingga pada zaman pertengahan mulai
menyentuh hal-hal yang bersifat metafisik dan supernatural. Gejala ini terus
berkembang dari masa pemerintahan Dinasti Sung sampai abad saat ini di bawah
pimpinan K’ang Yu-wei memberi jawaban secara lebih terperinci mengenai
kedudukan Konfusianisme sebagai agama ataukan sebagai filsafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar