Berdasar
pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang
berkaitan dengan PBI.
a. Belajar
adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan.
Pembelajaran
tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan
pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak
kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih
diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti
menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung
pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam
mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa
memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar
konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru
digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak
hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi
itu diinterpretasikan dan dipanggil.
b. Knowing
About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip
kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar
mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada
metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai
elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to
do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?).
Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan
konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah
untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi
kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana
suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?
c. Faktor-faktor
Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip
ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk
memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah
merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan
penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai
dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan
pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan
serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga
menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman
masalah-maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya,
Clement, 1990).
Dalam
melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges dan Charlin telah
menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut (Bridges dan Charlin,
1998)
a. Pembelajaran
berpusat dengan masalah.
b. Masalah
yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi
oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.
c. Pengetahuan
yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan
masalah.
d. Para
siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
e. Siswa
aktif dengan proses bersama.
f. Pengetahuan
menyokong pengetahuan yang baru.
g. Pengetahuan
diperoleh dalam konteks yang bermakna.
h. Siswa
berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
i.
Kebanyakan pembelajaran
dilaksanakan dalam kelompok kecil.
Kriteria
Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Bahan
pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber
dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
b. Bahan
yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga setiap
siswa dapat mengikutinya dengan baik.
c. Bahan
yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang
banyak,sehingga terasa manfaatnya.
d. Bahan
yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
e. Bahan
yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk
mempelajarinya.
Langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Masalah
Langkah-langkah
pemecahan masalah dalam pembelajaran PBI
paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu (Pannen, 2001)
:
a. mengidentifikasi
masalah,
b. mengumpulkan
data,
c. menganalisis
data,
d. memecahkan
masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
e. memilih
cara untuk memecahkan masalah,
f. merencanakan
penerapan pemecahan masalah,
g. melakukan
ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
h. melakukan
tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Menurut
Arends (2004), ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk
mengimplementasikan PBI :
Fase
Aktivitas guru
Fase
1: Mengorientasikan siswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran,
logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih
Fase
2: Mengorganisasi siswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase
3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk
penjelasan dan pemecahan
Fase
4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase
5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa
melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan
selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Berikut
langkah-langkah PBM.
a. Guru
memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan dihadapi oleh
siswa.
b. Siswa
terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
c. Siswa
mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan mencoba
mengidentifikasi hal-hal terkait.
d. Siswa
berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka
pahami.
e. Guru
mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap penting.
f. Setelah
periode self-study, sesi kedua dilakukan.
g. Pada
awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka
peroleh.
h. Siswa
menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
i.
Siswa berlatih
mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar