Senin, 05 Desember 2016

Pengertian Metode Pembelajaran Dengan Strategi REACT (relating, experiencing, applying, cooperating, and transferring). (skripsi dan tesis)


Strategi pembelajaran yang digunakan oleh sebagian besar guru, yang mungkin telah digunakan dengan cukup baik pada masa lalu belum tentu cukup baik untuk digunakan pada masa sekarang. Guru perlu mengubah strategi-strategi pembelajaran untuk mencapai hasil yang lebih baik, dan tempat untuk memulainya adalah di dalam kelas. Crawford (2001) menjelaskan bahwa kelas merupakan tempat yang paling efektif untuk perubahan, dan inti perubahan untuk mencapai hasil yang lebih baik adalah strategi pembelajaran itu sendiri.
Pada dasarnya semua strategi yang searah dengan penciptaan suasana pembelajaran yang konteks merupakan elemen pembelajaran kontekstual. Ada lima strategi yang harus tampak yaitu (1) mengaitkan/menghubungkan (relating); (2) mengalami (experiencing); (3) menerapkan (applying); (4) bekerjasama (cooperating) dan (5) mentransfer (transferring). Strategi tersebut disingkat REACT (Cord, 1999) yang terfokus pada pembelajaran konteks. Semua strategi tersebut harus digunakan selama proses pembelajaran.
a.       Relating (mengaitkan/menghubungkan)
Relating (mengaitkan/menghubungkan) merupakan strategi pembelajaran kontekstual yang paling kuat, sekaligus inti konstruktivis (Crawford, 2001). Dalam pembelajaran siswa melihat dan memperhatikan keadaan lingkungan dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dikaitkan ke dalam informasi baru atau persoalan yang akan dipecahkan. Jadi mengaitkan adalah belajar dalam konteks pengalaman kehidupan nyata seseorang atau pengetahuan yang ada sebelumnya.
Guru yang menggunakan strategi relating ketika siswa mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang benar-benar sudah tidak asing lagi bagi siswa, dengan mengaitkan apa yang telah diketahui oleh siswa dengan informasi yang baru. Dalam memulai pembelajaran, guru yang menggunakan strategi relating harus selalu mengawali dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat dijawab oleh hampir semua siswa dari pengalaman hidupnya di luar kelas (Clawford, 2001).
Jadi pertanyaan yang diajukan selalu dalam fenomena-fenomena yang menarik dan tidak asing lagi bagi siswa, bukan menyampaikan sesuatu yang abstrak atau fenomena yang berada di luar jangkauan persepsi, pemahaman dan pengetahuan para siswa, (American Association for the Advancement of Science, dalam Clawford, 2001)
Ada tiga sumber utama untuk mengetahui pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki siswa sebelumnya (Crawford, 2001) yaitu :
-          Pengalaman, yaitu pengalaman guru sendiri dengan siswa yang memiliki latar belakang serupa atau dari pengalaman kolektif guru dan para koleganya.
-          Peneliti, yaitu bukti yang didokumentasikan tentang gagasan-gagasan yang dipegang siswa secara umum.
-          Penyelidikan, yaitu suatu bentuk pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang dirancang secara cermat yang mengungkapkan pengetahuan dan keyakinan siswa sebelumnya.
b.      Experiencing (mengalami)
Dalam mempelajari suatu konsep, siswa mempunyai pengalaman terutama langkah-langkah dalam mempelajari konsep tersebut. Hal ini bisa diperoleh pada saat siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS), latihan penugasan, dan kegiatan lain yang melibatkan keaktifan siswa dalam belajar, sehingga dengan mengalami siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep. Pembelajaran menekankan pada penggalian (exploration), penemuan (discovery) dan penciptaan (invention) (Crawford, 2001).
Relating dan experiencing merupakan dua strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari berbagai konsep baru. Tetapi guru harus tahu kapan dan bagaimana caranya mengintegrasikan strategi-strategi dalam pembelajaran dan hal tersebut tidaklah sederhana (Crawford, 2001). Di sini guru memerlukan ketelitian, kolaborasi, cermat dalam menyajikan materi-materi pembelajaran yang sangat tepat untuk mengetahui kapan saatnya mengaktifkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, sehingga dapat membantu menyusun pengetahuan baru bagi siswa.
c.       Applying (menerapkan)
Pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan adalah belajar untuk menerapkan konsep-konsep ketika melaksanakan aktivitas pemecahan soalsoal, baik melalui LKS, latihan penugasan, maupun kegiatan lain yang melibatkan keaktifan siswa dalam belajar. Untuk lebih memotivasi dalam memahami konsep-konsep, guru dapat memberikan latihan-latihan yang realistik, relevan, dan menunjukkan manfaat (utilitas) dalam suatu bidang kehidupan (Crawford, 2001). Agar proses pembelajaran dapat menunjukkan motivasi siswa dalam mempelajari konsepkonsep serta pemahaman yang lebih mendalam, Crawford (2001) merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
-          Fokuskan pada aspek-aspek aktivitas pembelajaran yang bermakna
-          Rancanglah tugas-tugas untuk sesuatu yang baru., variasi, keragaman dan menarik
-          Rancanglah tugas-tugas yang menantang tetapi masuk akal dalam kaitannya dengan kemampuan siswa
d.      Cooperating (bekerja Sama)
Belajar dengan bekerjasama, saling tukar pendapat (sharing), merespon, dan berkomunikasi dengan pembelajar lainnya akan sangat membantu siswa dalam mempelajari suatu konsep. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (1995) yang memberi pengertian bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian basil belajar, secara individu maupun kelompok.
Selanjutnya Davidson dan Kroll (dalam Crawford, 2001) mendefinisikan belajar koperatif adalah kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan tugas akademik. Untuk menghindari adanya siswa yang tidak berpartisipasi dalam aktivitas kelompok, menolak atau menerima tanggung jawab atas pekerjaan kelompok, kelompok mungkin terlalu tergantung pada bimbingan guru, atau kelompok dapat terlibat dalam konflik. Oleh karena itu Johnson dan Johnson (dalam Crawford, 2001) memberikan beberapa petunjuk untuk menghindari berbagai kondisi negatif dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep yang lebih mendalam. Adapun petunjuk tersebut adalah :
-          Menyusun kesaling ketergantungan positif dalam kelompok belajar siswa. Kesaling ketergantungan positif berarti bahwa masing-masing siswa merasa bahwa dia tidak dapat sukses jika para anggota kelompok semuanya tidak sukses. Dengan demikian siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok dan juga mempunyai andil suksesnya kelompok.
-          Meminta siswa berinteraksi dalam menyelesaikan tugas - tugas dan memastikan bahwa interaksi-interaksi tersebut berkaitan dengan tugas. Interaksi mencakup pemberian bantuan dan dorongan dari siswa ke siswa, penjelasan gagasan gagasan dan berbagai strategi pemecahan soal, dan pembahasan terhadap gagasan-gagasan lain yang berkaitan dengan tugas.
-          Membuat semua siswa berakuntabilitas (tanggung jawab) secara individu untuk menyelesaikan tugas-tugas dan bukan membiarkan mereka terlalu mengandalkan pekerjaan siswa lainnya.
-          Menyuruh para siswa belajar menggunakan keterampilan interpersonal dan keterampilan kelompok kecil. Dalam hal ini dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya dan bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok.
-          Memastikan semua kelompok belajar membahas seberapa efektif kelompok berfungsi. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik
Dari pandangan di atas, sesungguhnya pembelajaran koperatif menempatkan berbagai tuntutan baru pada guru. Guru harus membentuk kelompok-kelompok yang efektif, memberikan tugas-tugas yang sesuai, menjadi pengamat yang jeli selama aktivitas kelompok, mendiagnosis berbagai persoalan dengan cepat, dan menyediakan informasi atau petunjuk yang diperlukan untuk menjaga semua kelompok terus maju (Crawford, 2001).
a.       Transferring (mentransfer)
Pembelajaran sebagai penggunaan pengetahuan dalam konteks baru atau situasi baru (Crawford, 2001). Pembelajaran diarahkan untuk menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan seharihari di lingkungan dengan menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dalam pembelajaran ini guru dituntut merancang tugas-tugas untuk mencapai sesuatu yang baru dan keanekaragaman sehingga tujuan-tujuan minat, motivasi, keterlibatan dan penguasaan siswa terhadap matematika dapat meningkat (Crawford, 2001).
Selain hal di atas, guru tampaknya memiliki kemampuan alamiah untuk memperkenalkan gagasan-gagasan baru yang dapat memberikan motivasi terhadap siswa secara intrinsik dengan memancing rasa penasaran atau emosi. Oleh karena itu, guru secara efektif menggunakan latihan-latihan untuk memancing rasa penasaran dan emosi sebagai motivator dalam mentransfer gagasan-gagasan matematika dari satu konteks ke konteks lain (Crawford, 2001). Dengan demikian rasa bermakna yang timbul dalam pernbelajaran dengan strategi ini dapat melibatkan emosi siswa.


Tidak ada komentar: