Pembelajaran Scaffolding
merupakan praktik assisted learning, yakni teknik pemberian dukungan belajar
yang pada tahap awal diberikan secara lebih terstruktur, kemudian secara
berjenjang sebagai peranan guru dalam mendukung perkembangan siswa dan
menyediakan struktur dukungan untuk mencapai tahap atau level berikutnya.
Ketika pengetahuan dan kompetensi belajar siswa meningkat, guru secara
berangsur-angsur mengurangi pemberian dukungan.
Sesungguhnya, pembelajaran Scaffolding
mendorong siswa menjadi pelajar yang mandiri dan mengatur diri sendiri
(self-regulating). Jika siswa belum mampu mencapai kemandirian, guru kembali ke
sistem dukungan untuk membantu siswa memperoleh kemajuan sampai mereka mampu
mencapai kemandirian. Beberapa fungsi atau keuntungan pembelajaran Scaffolding adalah sebagai berikut:
1)
Memotivasi
dan mangaitkan minat siswa dengan tugas belajar.
2)
Menyederhanakan
tugas belajar sehingga bisa lebih terkelola dan bisa dicapai oleh anak.
3)
Memberi
petunjuk untuk membantu anak berfokus pada pencapaian tujuan.
4)
Secara
jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak dan solusi standar atau yang
diharapkan.
5)
Mengurangi
frustasi dan resiko.
6)
Memberi
model dan mendefenisikan dengan jelas harapan mengenai aktivitas yang akan
dilakukan.
Teknik pembelajaran Scaffolding
dapat dilakukan dengan format: (1) pemberian model perilaku yang diharapkan,
(2) pemberian penjelasan, (3) mengundang siswa berpartisipasi, (4) menjelaskan
dan mengklarifikasi pemahaman siswa, dan (5) mengundang siswa untuk
mengemukakan pendapat.
Secara operasional, teknik pembelajaran Scaffolding dapat ditempuh melalui tahapan berikut:
1)
Asesmen
kemampuan dan taraf perkembangan setiap siswa untuk menentukan Zone of Proximal Development (ZPD).
2)
Jabarkan
tugas pemecahan masalah ke dalam tahap-tahap yang rinci sehingga dapat membantu
siswa melihat zona yang akan di-scaffold.
3)
Sajikan
tugas belajar secara berjenjang sesuatu taraf perkembangan siswa. Ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui penjelasan, peringatan, dorongan
(motivasi), penguraian masalah ke dalam langkah pemecahan, dan pemberian contoh
(modeling).
4)
Dorong
siswa untuk menyelesaikan tugas belajar secara mandiri.
5)
Berikan
dukungan dalam bentuk pemberian isyarat, kata kunci, tanda mata (reminders),
dorongan, contoh, atau hal lain yang dapat memancing siswa bergerak ke arah
kemandirian belajar dan pengarahan diri.
Dalam mengimplementasikan metode-metode pembelajaran yang
disarankan, guru harus selalu mengingat bahwa kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakannya senantiasa diarahkan untuk pencapaian dampak instruksional dan
dampak pengiring. Dampak instruksional bermuara pada kecerdasan intelektual
(IQ), sedangkan dampak pengiring bermuara pada kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ). Untuk keperluan itu, diharapkan guru dapat memilih
dan merancang serta mengembangkan media pembelajaran agar dapat memudahkan
pencapaian IQ, EQ, dan SQ tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar