Salah satu
metode heuristik yang terlihat amat singkat adalah Working backwards. Suherman, dkk (Mariana, 2008:12), mengemukakan
bahwa suatu masalah kadang-kadang disajikan dalam suatu cara sehingga yang
diketahui pada soal sebenarnya merupakan hasil dari suatu proses tertentu,
sedangkan komponen yang ditanyakan merupakan komponen yang seharusnya muncul
lebih awal.
Penyelesaian
masalah seperti ini biasanya menggunakan strategi mundur atau lebih dikenal
dengan strategi Working backwards. Working backwards adalah suatu strategi
heuristik dimana kita harus bergerak mundur ke belakang dari tujuan kita dalam
keadaan-keadaan tertentu.
Allen
Newell dan Herbert Simon (Nickols, 1995) mengemukakan Working backwards atau bekerja terbalik merupakan salah satu
strategi pemecahan masalah, dengan strategi ini, pencarian untuk suatu solusi
dimulai dari suatu tujuan dan kemudian bekerja mundur ke belakang (bakwards)
terhadap hal-hal yang sudah ada. Eaden (2003) mengemukakan bahwa Working backwards merupakan suatu proses
untuk memecahkan suatu masalah dengan memulai dari tujuan (goal) kemudian
bekerja terbalik kearah informasi yang diberikan (given).
Mariana
(2008: 13) mengemukakan bahwa : proses bekerja terbalik ini adalah dengan
mencari informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan melalui informasi yang
diberikan, jika hal ini belum dapat dilakukan maka dicari kembali informasi
yang mengakibatkan informasi sebelumnya dari masalah yang diberikan, jika belum
dapat dilakukan juga maka dilakukan hal yang sama dan begitu seterusnya hingga
semua informasi diperoleh. Dengan mengetahui informasi yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan, maka masalah akan terlihat lebih jelas sehingga masalah akan
lebih mudah untuk diselesaikan.
Strategi Working backwards ini digunakan ketika
suatu tujuan ternyata memiliki banyak informasi serta opersi-opersinya dapat
bekerja dengan baik, ke depan maupun ke belakang. Sebagai contoh, jika kita
ingin membelanjakan uang sebesar Rp 200.000,- untuk membeli pakaian, maka akan
terlalu sulit bila kita kemudian disuruh membeli beberapa potong pakaian dan
berharap dapat menggunakan semua uang tersebut tepat Rp 200.000,- sekaligus.
Strategi yang lebih baik dipakai adalah dengan cara membelanjakan satu pakaian
lebih dahulu, sehingga kita dapat mengurangi uang kita dengan harga pakaian
tersebut untuk menentukan berapa uang sisa yang kita miliki. Kemudian kita beli
lagi satu potong pakaian yanga kedua, kurangi jumlah uang yang kita miliki
sebelumnya dengan harga pakaian, sehingga sisa uang tersebut dapat kita gunakan
untuk membeli sepotong pakaian yang ketiga, begitu seterusnya sampai akhirnya
kita dapat menghabiskan semua uang sebesar Rp 200.000,- tersebut.
Working backwards memuat tiga komponen, yaitu:
1) Menentukan tujuan yang ingin dicapai
2) Menentukan informasi atau cara yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan
3) Menggunakan semua informasi atau cara yang
diperoleh untuk mencapai tujuan
Eaden
(2003) mengemukakan langkah-langkah dalam pemecahan masalah dengan mengguanakan
strategi Working backwards, yaitu:
1) First ask yourself ‘what is my goal?’
2) Then you ask yourself ‘what are the means
to archieve this goal?’
3) Then solve or find as much means necessary
to solve your goal.
Untuk dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, maka dalam pembelajaran
melibatkan 4 fase sebagai berikut:
1) Informasi
Pada awal
fase ini, guru dan siswa menggunakan tanya jawab dan kegiatan tentang
konsep/topik yang dipelajari. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai
langkah-langkah apa yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan kegiatan ini adalah :
a)
Guru
mempelajari pengetahuan awal yang dipunyai siswa mengenai topik yang di bahas.
b)
Guru
mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran
selanjutnya yang akan diambil.
2) Pengembangan
Pada fase
siswa mencari informasi yang berkenaan dengan topik sebanyak mungkin, yaitu
dengan cara membaca buku, modul atau sebagainya.
3) Penjelasan
Berdasarkan
informasi yang dimiliki diperoleh sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang
muncul mengenai permasalahan dan langkah-langkah cara apa yang akan diambil
sebagai penyelesaian dalam mencapai tujuan.
Di samping
itu, untuk membantu siswa menggunakan informasi tersebut dengan tepat dan
akurat, guru memberi bantuan seoptimal mungkin.
4) Penerapan
Pada fase
ini, siswa menggunakan semua informasi atau cara yang telah diperoleh untuk
mencapai tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar