Pemecahan
masalah merupakan salah satu perhatian utama pada semua tingkatan matematika di
sekolah. The National Council of
Supervisors of Mathematics (NSCM) menyatakan, ” belajar menyelesaikan
masalah adalah alasan utama mempelajari matematika” (Wahyuddin, 2008). Branca
(dalam Sumarmo, 1994) menyatakan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan
hal yang sangat penting dan menjadi tujuan umum pengajaran matematika bahkan
sebagai jantungnya matematika, dan sebagai fokus dari matematika sekolah dan
bertujuan untuk membantu dalam mengembangkan berpikir secara matematis.
Problem
solving merupakan penyelesaian masalah (soal) cerita tak rutin, sangat
kompleks, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan
lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji konjektur (Sumarmo,1994).
Problem solving bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan dasar matematika yaitu
proses abstraksi, inventing, proving dan applying.
Sumarmo
(2002) juga menjelaskan bahwa pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika
merupakan pendekatan dan tujuan yang harus dicapai. Sebagai pendekatan,
pemecahan masalah digunakan untuk menemukan dan memahami materi atau konsep
matematika. Sedangkan sebagai tujuan, diharapkan siswa dapat
mengidentifikasikan unsur yang diketahui, ditanyakan, serta kecukupan unsur yang
diperlukan, merumuskan masalah dari situasi sehari-hari dalam matematika,
menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam atau luar
matematika, menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan
asal, menyusun model matematika dan menyelesaikannya untuk masalah masalah
nyata dan menggunakan matematika secara bermakna. Sebagai implikasinya maka kemampuan
pemecahan masalah hendaknya dimiliki oleh semua anak yang belajar matematika.
Pentingnya
kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh Hudoyo (1979) yang
menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu hal yang sangat esensial di
dalam pengajaran matematika, sebab: (1) siswa menjadi trampil menyeleksi
informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan akhirnya meneliti hasilnya;
(2) kepuasan intelektual akan timbul dari dalam; (3) potensi intelektual siswa
meningkat; (4) siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan. Hal senada juga dikemukakan oleh Branca (dalam Sumarmo, 1994),
yaitu 1) kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan yang penting
dalam pengajaran matematika bahkan sebagai jantungnya matematika, 2) pemecahan
masalah dapat meliputi metode, prosedur dan strategi atau cara yang merupakan
proses inti dan utama dalam kurikulum matematika, dan 3) pemecahan masalah
merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.
Polya
(dalam Ahmad, 2005) memberikan alternatif pemecahan masalah ditempuh melalui
empat tahap, yaitu (1) memahami persoalan; (2) membuat rencana penyelesaian;
(3) menjalankan rencana; (4) melihat kembali apa yang telah dilakukan. Polya
(dalam Marzuki, 2006) menguraikan secara rinci empat langkah di atas, sekaligus
beberapa pertanyaan pada tiap langkah, yang disajikan secara terurut agar lebih
jelas sebagai berikut :
1) Memahami masalah
-
Apa
yang ditanyakan?
-
Data
apa yang diberikan?
-
Bagaimana
kondisi soal? Mungkinkah kondisi dinyatakan dalam bentuk persamaan atau
hubungan lainnya? Apakah kondisi yang ditanyakan cukup untuk mencari apa yang
ditanyakan? Apakah kondisi itu tidak cukup, kondisi itu berlebihan atau kondisi
itu saling bertentangan?
-
Buat
gambar dan tulislah notasi yang sesuai
2) Merencanakan pemecahan
-
Pernahkah
ada soal sebelumnya? Atau pernahkah ada soal yang sama atau serupa dalam bentuk
lain?
-
Tahukah
soal yang mirip dengan soal ini? Teori mana yang dapat digunakan dalam masalah
ini?
-
Perhatikan
yang ditanyakan! Coba pikirkan soal yang pernah diketahui dengan pertanyaan
serupa atau sama!
-
Jika
ada soal serupa, dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah
sekarang? Dapatkah hasil atau metode yang lalu digunakan? Apakah harus dicari
unsur lain agar memanfaatkan soal yang terdahulu? Dapatkah menyatakannya dalam
bentuk lain? Kembalilah pada definisi!
-
Andaikan
soal baru belum dapat diselesaikan, coba pikirkan soal serupa dan selesaikan!
3) Melakukan perhitungan
-
Laksanakan
rencana pemecahan masalah, dan periksa tiap langkahnya! Periksa apakah tiap
langkah perhitungan sudah benar? Bagaimana membuktikan bahwa langkah langkah
yang dipilih sudah benar?
4) Memeriksa kembali
-
Bagaimana
cara memeriksa kebenaran hasil yang diperoleh? Dapatkah diperiksa sanggahannya?
Dapatkah dicari hasil itu dengan cara lain? Dapatkah hasil atau cara itu
digunakan untuk soal-soal lainnya.
Hal yang
sama juga dikemukakan oleh Dewey (Posamentier dan Stepelman, 2002, dalam Ahmad,
2005). Menurutnya terdapat lima langkah utama dalam pemecahan masalah, yaitu :
(1) tahu bahwa ada masalah, kesadaran tentang adanya kesukaran, rasa putus asa,
keheranan atau keraguan, (2) mengenali masalah, klasifikasi dan definisi
termasuk pemberian tanda pada tujuan yang dicari, (3) menggunakan pengalaman
yang lalu, misalnya informasi yang relevan, penyelesaian yang dulu, atau
gagasan untuk merumuskan hipotesa dan proposisi pemecahan masalah, (4) menguji
secara berturut-turut hipotesa akan kemungkinan-kemungkinan penyelesaian. Bila perlu
masalahnya dapat dirumuskan kembali, dan (5) mengeveluasi penyelesaian dan
menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ada. Hal ini meliputi
mempersatukan penyelesaian yang benar dengan pengertian yang telah ada dan
menerapkannya pada contoh lain dari masalah yang sama. Setelah menyelesaikan
masalah dengan melakukan langkah-langkah problem solving, problem solver yang
baik akan memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu mampu memahami konsep
dan istilah matematika, mengidentifikasi unsur yang kritis dan memiliki
prosedur dan data yang benar, mengestimasi dan menganalisis,
memvisualisasi/menggambarkan dan menginterpretasikan fakta kuantitatif dan
hubungan, menggeneralisasikan berdasarkan beberapa contoh, menukar, mengganti
metode/cara dengan cepat, serta memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang
kuat yang disertai hubungan baik dengan sesama siswa (Suydam, dalam Sumarmo,
1994).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar