Sebagai tenaga profesional guru merupakan pemegang peranan
penting dalam upaya peningkatan keefektifan pembelajaran . Berbagai
perkembangan paradigma terhadap pandangan belajar-mengajar membawa konsekuensi
kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya. Guru yang kompeten
akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa akan optimal.
Keefektifan pembelajaran
dapat dinilai dari semakin meningkatnya
gairah, keaktifan dan konsentrasi siswa, saling berbicara dan
mendengarkan tetapi tidak saling bertengkar dan ingin pelajaran berlangsung
terus: “…..they saw children who were excitef, active, engaged,
concentrating, talking and listening but no bickering, and wanting the task
continue”, (Antil, Jenkins, Wayne, & Vadasy, 1998: 430).
Menurut Sujana (1991:
35-36), keefektifan pembelajaran dapat dinilai dari: (1) konsistensi kegiatan
belajar-mengajar dengan kurikulum, (2) keterlaksanaanya oleh guru, (3)
keterlaksanaannya oleh siswa, (4) motivasi belajar siswa, (5) keefektifan
belajar siswa dalam kegiatan belajar-mengajar, (6) interaksi guru-siswa, (7)
kemampuan guru dalam hal penguasaan bahan pembelajaran, penetapan
metode-strategi dan media,dan penerapan evaluasi pembelajaran, (8) kualitas
hasil belajar yang dicapai siswa.
Penerapan berbagai model
pembelajaran diyakini akan meningkatkan keefektifan pembelajaran Biologi. Salah
satu model yang menonjol diantaranya model
inquiry, model ini dikembangkan oleh Suchman (1962). Pada proses
pembelajaran dengan model ini, siswa dilatih menyelidiki dan menjelaskan
fenomena secara baik dan benar. Inquiry didesain untuk memberikan bimbingan
kepada siswa dalam proses ilmiah melalui latihan bahkan banyak memberikan
aktivitas proses IPA dalam waktu yang pendek. Dampak dari pelatihan ini telah
dilaporkan oleh Schlanker (Joyce & Weil, 1996), latihan inquiry telah
meningkatkan pemahaman pada pengetahuan, produktivitas dalam menciptakan
pemikiran dan terampil untuk memilih dan
menganalisa informasi. Biologi sendiri
lebih menekankan pada sistem akan gambaran sesungguhnya tentang alam dan
makhluk hidup. Pembelajarannya lebih
memberikan kesempatan secara alami pada siswa untuk berkembang dengan kemampuan memecahkan masalah.
Mills & Dean (Mouly,
1973), mendefinisikan pendekatan problem
solving meliputi: (1) mengamati permasalahan, dengan menganalisa situasi
permasalahan yang potensial untuk diteliti, (2) mendeskripsikan problem, dengan
pernyataan yang jelas untuk diteliti, (3) mendiskusikan masalah, dengan membuat
kepastian bahwa siswa mengerti apa yang termasuk dalam permasalahan, (4)
membatasi, memisahkan bagian permasalahan yang dapat dipecahkan secara menguntungkan,
(5) merencanakan tindakan, dengan menyiapkan hipotesa yang sesuai untuk
penyelidikan, (6) analisis dan pembatasan lebih lanjut, yaitu dengan mengadakan
tes kesementaraan pada hipotesis untuk mengidentifikasi cara yang lebih baik
untuk menghasilkan solusi, merupakan
salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran Biologi. Pendekatan
tersebut diatas semirip pendekatan ilmiah yang dicapai dengan langkah-langkah
ilimiah, pendekatan ilmiah yang diterapkan dalam proses pembelajaran disebut
dengan model pembelajaran inquiry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar