Minggu, 13 November 2016

Keefektifan Pembelajaran


Sudarsono (1994: 33) menjelaskan keefektifan merupakan rasio antara output terhadap inputnya. keefektifan merupakan ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran dalam hal ini kuantitas, kualitas, dan waktu yang telah dicapai. Paradigma keefektifan bertumpu pada pengukuran yang valid atas kinerja dalam suatu organisasi atau dalam suatu unit yang ada di dalamnya. Kinerja yang diukur merupakan hasil kerja yang telah dicapai dari tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam bentuk persamaan keefektifan sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan (Depdiknas, 2001: 32)
Bush dan Coleman (200: 47) menyatakan “effetiveness may be largely associated with classroom factors directly affecting teaching and learning” Hal ini berarti bahwa keefektifan terkait dengan faktor-faktor kelas yang secara langsung mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
Proses belajar mengajar yang keefektifannya tinggi, adalah proses belajar mengajar yang menekankan pada peningkatan pemberdayaan siswa. Proses PBM bukan sekedar memorisasi dan recall, bukan sekedar penekanan pada penguasaan tentang materi yag diajarkan (logos), akan tetapi lebih menekankan pada proses internalisasi materi yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati (ethos) serta dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Proses Belajar mengajar yang efektif juga lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:12-13). Keefektifan pembelajaran ercermin pada hasil belajar baik aspek kognitif, afektif,  maupun psikomotorik. Bila hasil belajarnya memiliki nilai tinggi maka keefektifan pembelajaran dinyatakan tinggi

Tidak ada komentar: