Sudarsono
(1994: 33) menjelaskan keefektifan merupakan rasio antara output
terhadap inputnya. keefektifan merupakan ukuran yang menyatakan sejauh
mana sasaran dalam hal ini kuantitas, kualitas, dan waktu yang telah dicapai.
Paradigma keefektifan bertumpu pada pengukuran yang valid atas kinerja dalam
suatu organisasi atau dalam suatu unit yang ada di dalamnya. Kinerja yang
diukur merupakan hasil kerja yang telah dicapai dari tujuan atau sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam bentuk persamaan keefektifan sama dengan
hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan (Depdiknas, 2001: 32)
Bush dan
Coleman (200: 47) menyatakan “effetiveness may be largely associated with
classroom factors directly affecting teaching and learning” Hal ini berarti
bahwa keefektifan terkait dengan faktor-faktor kelas yang secara langsung
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
Proses belajar mengajar yang keefektifannya tinggi,
adalah proses belajar mengajar yang menekankan pada peningkatan pemberdayaan
siswa. Proses PBM bukan sekedar memorisasi dan recall, bukan sekedar penekanan
pada penguasaan tentang materi yag diajarkan (logos), akan tetapi lebih
menekankan pada proses internalisasi materi yang diajarkan sehingga tertanam
dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati (ethos) serta dipraktikan
dalam kehidupan sehari-hari. Proses Belajar mengajar yang efektif juga lebih
menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan
(learning to do), belajar hidup (learning to live together), dan
belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:12-13). Keefektifan
pembelajaran ercermin pada hasil belajar baik aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotorik. Bila hasil
belajarnya memiliki nilai tinggi maka keefektifan pembelajaran dinyatakan tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar