Pembelajaran
bukan hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru saja, melainkan
mencakup semua peristiwa yang
mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup
pula peristiwa-peristiwa yang dimuat dalam bahan-bahan cetak, gambar, program
radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari
bahan-bahan tersebut (Depdiknas. 2006 : 4).
Pembelajaran diambil dari terjemahan kata "Instructional".
Seringkali orang membedakan kata pembelajaran ini dengan
"pengajaran", akan tetapi tidak jarang pula orang memberikan
pengertian yang sama untuk kedua kata tersebut.... Kalau kata pengajaran hanya
ada di dalam konteks guru-murid di kelas formal, sedangkan kata pembelajaran
tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga
meliputi kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik di
dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui
usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar
terjadi proses belajar. Dengan definisi seperti ini, kata pengajaran lingkupnya
lebih sempit dibanding kata pembelajaran. Di pihak lain ada yang berpandangan
bahwa pembelajaran dan kata pengajaran pada hakekatnya sama, yaitu suatu proses
interaksi antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
(Cepi Riyana.2005 : 1).
Kedua pandangan tersebut dapat digunakan, intinya interaksi yang terjadi
antara guru dan siswa harus adil, yakni adanya komunikasi yang timbal balik di
antara keduanya, baik secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media.
Siswa jangan selalu dianggap sebagai subjek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia
memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan, serta kemampuan yang berbeda.
Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu
pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola
kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
disengaja. Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik,
sehingga dapat menimbulkan dan mendorong
anak didik melakukan proses belajar. Menurut Hamalik (2002:58) mengemukakan,
pembelajaran adalah aktivitas menorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses
belajar secara efektif.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie (2005: 12), dalam bukunya “Cooperative Learning”,
bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar
kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu
harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
a. Saling
ketergantungan positif
Keberhasilan
suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang
lain dapat mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung
jawab perseorangan
Jika tugas
dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative
Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning
membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing
anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c. Tatap
muka
Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini
akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan
semua anggota. Inti dari
sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi
kekurangan.
d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga
merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat
bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan
perkembangan mental dan emosional para siswa.
e. Evaluasi
proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar