Sabtu, 12 November 2016

Pengertian Pembelajaran


Belajar menurut Gagne dalam Majid (2008) dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu oganisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar (Diknas, 2004) Dari konsep belajar muncul istilah pembelajaran. Degeng  dalam Wena (2009) mengartikan pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi, peristiwa, kejadian, dsb) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung mudah (Diknas, 2004)
Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kegiatan yang dilakukan guru, seperti halnya dengan konsep mengajar. Pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belejar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide maupun kombinasi dari bahan–bahan itu. Bahkan saat ini berkembang pembelajaran dengan pemanfaatan berbagai program komputer untuk pembelajaran atau dikenal dengan e–learning.
Gagne dalam Abdul Majid (2008:69) menyatakan bahwa fase dalam kegiatan membelajarkan adalah sebagai berikut:
1.        Fase motivasi
Siswa akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri. Hal ini sangat berperan, karena siswa harus berusaha memeras otaknya sendiri. Karena kadar motivasinya lemah, siswa akan cenderung membiarkan permasalahan yang diajukan. Peran guru dalam hal ini adalah menimbulkan motivasi belajar siswa dan menyadarkan siswa akan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
2.        Fase menaruh perhatian (Attention, Alertness)
Siswa memperhatikan unsur-unsur yang relevan sehingga membentuk pola-pola perseptual tertentu. Siswa secara khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari, sehingga konsentrasi terjamin.
3.        Fase pengolahan
Siswa memahami informasi dalam Short Term Memory atau memori jangka pendek dan mengolah informasi untuk diambil maknanya. Dalam hal ini siswa harus menggali ingatan siasat-siasat yang pernah digunakannya; mana yang cocok untuk problem ini. Kalau tidak tersedia siasat (strategi) dalam ingatan, siswa hatus menciptakan siasat baru dan ini membutuhkan pikiran kreatif, paling sedikit pikiran terarah.
4.        Fase umpan balik (Feedback, Reinforcement)
Siswa dapatkan informasi, sejauh prestasinya tepat. Siswa konfirmasi tentang tidaknya penyelesaian yang ditemukannya; komunikasi ini dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi siswa untuk berusaha memeras otak lagi pada lain kesempatan.
Fase-fase tersebut dapat diaplikasikan pada kegiatan. Kegiatan pada kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Gagne dalam abdul Majid (2008:70) mengemukakan penyempurnaan rangkaian fase dalam proses belajar siswa tersebut di atas, yaitu:
a)
Perhatian (Attention, Alertness)
Siswa khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari
b)
Menyadari tujuan belajar (Motivation, Expectancy)
Siswa sadar akan tujuan instruksional dan bersedia melibatkan diri
c)
Menggali (Retrieval To Working Memory)
Siswa mengingat kembali dari ingatan jangka panjang apa yang sudah diketahui, dipahami, dikuasai tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari
d)
Berpersepsi selektif ( Selective Perception)
Siswa mengamati unsur-unsur dalam perangsang yang relevan bagi pokok bahasan. Siswa memperoleh pola perseptual.
e)
Mengolah informasi (Encoding, Entry To Storage)
Siswa memberikan makna pada pola perseptual dengan membuat informasi sungguh berarti, antara lain dengan menghubungkan dengan infoemasi lama yang sudah digali dari ingatan jangka panjang
f)
Menggali informasi (Responding To Question Or Task)
Siswa membuktikan melalui suatuprestasi kepada guru dan diri sendiri bahwa pokok bahasan telah dikuasai; memberikan indikasi bahan dasarnya telah dicapai
g)
Mendapatkan umpan balik (Feedback; Reinforcement)
Siswa dapat mendapat penguat dari guru kalau prestasinya tepat, mendapat koreksi kalau prestasinya salah
h)
Memantapkan hasil belajar (Retrieval Transfer)
Siswa mengerjakan berbagai tugas untuk mengakarkan hasil belajar. Siswa mengadakan transfer belajar. Siswa mengulang-ulang kembali.
Berdasarkan rangkaian fase itu mencerminkan rangkaian kejadian internal yang dialami oleh siswa yang sedang belajar. Rangkaian fase-fase itu akan dikemukakan pada setiap jalur belajar, namun mengingat ciri khas dari setiap jalur belajar, akan nampak perbedaan antara dalam tekanan yang harus diberikan pada fase tertentu.
Kejadian eksternal dapat mendukung atau menghambat proses belajar yang dilalui siswa. Kondisi-kondisi eksternal dapat dipenuhi dengan sendirinya, tetapi biasanya diatur. Terutama gurulah yang harus menciptakan dan mengatur kondisi eksternal itu, supaya siswa yang belajar mendapat dukungan dari lingkungan.
Lawrence T. Alexander dan Robert H. Davis dalam Suprihadi (1993) menyebutkan ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran. Faktor tersebut adalah (1) tujuan pembelajaran khusus, (2) keadaan siswa (karakteristik siswa), (3) sumber dan fasilitas untuk melaksremajaan dari suatu strategi tertentu, dan (4) karakteristik teknik penyajian tertentu.
Keempat faktor tersebut diatas oleh Lawrence T. Alexander dan Robert H. Davis selanjutnya dijelaskan secara rinci sebagaimana uraian di bawah ini. Faktor pertama, yang mempengaruhi pemilihan strategi adalah tujuan pembelajaran khusus. Seperti disebut di dalam bahasan di atas, bahwa strategi kegiatan pembelajaran presentasi tepat apabila digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran aspek kognitif dan psikomotor, tetapi hal ini tidak tepat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran segi afektif. Tujuan pembelajaran aspek afektif lebih tepat menggunakan pola kegiatan interaktif. Tujuan-tujuan pembelajaran segi kognitif tingkat rendah "recall" penggunnaan metode pembelajaran yang bermacam-macam dapat digunakan dengan hasil yang relatif sama. Tetapi apabila tujuan pembelajaran tingkat tinggi seperti, mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah, teknik diskusi adalah tepat. Metode diskusi juga tepat digunakan untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi antar pribadi, mengembangkan kemampuan berfikir secara logis dan sebagainya.
Faktor kedua, yang mempengaruhi pemilihan strategi pembela jaran adalah keadaan siswa yang mengikuti proses belajar. Setiap guru harus menyadari adanya kenyataan bahwa senantiasa terdapat perbedaan individual dikalangan siswa. Berbeda dalam kemampuan belajar, cara belajar, latar belakang, pengalaman mereka dan kepribadian mereka. Kecuali apabila kelas yang dihadapi guru tidak cukup untuk melayani kebutuhan individual siswa, maka masalah utama yang biasa dijumpai guru adalah sangat heteroginitas keadaan kelasnya.
Problem yang muncul terutama jika guru menggunakan metode ceramah. Jika ceramah dilakukan dengan standart remaja-remaja yang mampu mempunyai motivasi tinggi maka remaja-remaja yang lemah akan tertinggal. Sebaliknya jika standar ceramah remaja-remaja yang kurang mampu menjadi bosan. Ada dua strategi yang dapat digunakan untuk pembelajaran kelas besar. Pertama digunakan sejumlah metode yang bervariasi sehingga setiap siswa akan mengalami paling sedikit sebuah metode yang sesuai deangan gaya belajarnya. Kedua digunakan metode tertentu yang dapat menampung pribadi individu diantara siswa, misalnya menggunakan model untuk pembelajaran mandiri, diskusi dalam kelompok kecil, atau simulasi. Contoh: Bagaimana menggunakan metode yang berbeda dapat menampung perbedaan individual siswa adalah sebagai berikut:
a.       Gunakan metode untuk pembelajaran mandiri dalam membantu murid yang belum sepenuhnya siap untuk suatu ceramah diskusi atau praktek laboratorium.
b.      Gunakan metode ceramah atau diskusi kelompok sesudah praktek laboratorium atau simulasi untuk mengumpulkan, menjelaskan, dan saling tukar pengalaman apa yang sudah dipelajari.
c.       Sajikan informasi dalam suatu ceramah dan kemudian latihan mengamplikasikan informasi dalam suatu diskusi kerja laboratorium atau simulasi
d.      Gunakan modul sebagai pelengkap siswa yang ingin menyelidiki topik lebih lanjut.
Faktor ketiga, yang mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran adalah sumber atau fasilitator untuk melaksremajaan strategi pembelajaran tersebut. Sumber atau fasilitator disini menyangkut peralatan, ruangan. Strategi pembelajaran sangat ditentukan oleh jenis dan jumlah sumber yang tersedia untuk melaksremajaan strategi tersebut secara efektif. Misalnya strategi pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah untuk kelas besar membutuhkan sedikit sumber dan fasilitas dibanding suatu kerja laboratorium yang membutuhkan peralatan yang cukup banyak dan ruangan yang mencukupi. Dengan begitu nampak jelas bahwa dipengaruhi oleh bagaimana tersedianya sumber dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksremajaan strategi tersebut
Faktor keempat, pemilihan strategi pembelajaran ditentukan tidak saja oleh kemampuan guru di dalam menggunakan metode pembelajaran, akan tetapi juga oleh sifat dan karakteristik masing-masing metode yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, unsur pokok yang harus diketahui oleh guru adalah sifat dan karakteristik masing-masing metode pembelajaran. Tentunya dapat difahami bahwa metode tersebut dapat mempengaruhi pemilihan strategi, sebab realisasi penggunaan metode ataupun teknik pembelajaran. Karenanya adalah wajar untuk dapat menentukan pilihan tentang metode tertentu untuk kegiatan pembelajaran didahului dengan pemahaman tentang sifat dan karakteristik metode-metode tersebut. 

Tidak ada komentar: