Belajar menurut
Gagne dalam Majid (2008) dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
oganisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar pada
hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada
diri individu yang sedang belajar (Diknas, 2004) Dari konsep belajar muncul
istilah pembelajaran. Degeng dalam Wena
(2009) mengartikan pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Gagne dan
Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi, peristiwa, kejadian, dsb) yang secara sengaja
dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat
berlangsung mudah (Diknas, 2004)
Pembelajaran
bukan hanya terbatas pada kegiatan yang dilakukan guru, seperti halnya dengan
konsep mengajar. Pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai
pengaruh langsung pada proses belejar manusia. Pembelajaran mencakup pula
kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program
radio, televisi, film, slide maupun kombinasi dari bahan–bahan itu. Bahkan saat
ini berkembang pembelajaran dengan pemanfaatan berbagai program komputer untuk
pembelajaran atau dikenal dengan e–learning.
Gagne dalam Abdul
Majid (2008:69) menyatakan bahwa fase dalam kegiatan membelajarkan adalah
sebagai berikut:
1.
Fase
motivasi
Siswa akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia
melibatkan diri. Hal ini sangat berperan, karena siswa harus berusaha memeras
otaknya sendiri. Karena kadar motivasinya lemah, siswa akan cenderung
membiarkan permasalahan yang diajukan. Peran guru dalam hal ini adalah
menimbulkan motivasi belajar siswa dan menyadarkan siswa akan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai.
2.
Fase
menaruh perhatian (Attention, Alertness)
Siswa memperhatikan unsur-unsur yang relevan sehingga
membentuk pola-pola perseptual tertentu. Siswa secara khusus memperhatikan hal
yang akan dipelajari, sehingga konsentrasi terjamin.
3.
Fase
pengolahan
Siswa memahami informasi dalam Short Term Memory atau memori jangka pendek dan mengolah informasi untuk diambil
maknanya. Dalam hal ini siswa harus menggali ingatan siasat-siasat yang pernah
digunakannya; mana yang cocok untuk problem ini. Kalau tidak tersedia siasat
(strategi) dalam ingatan, siswa hatus menciptakan siasat baru dan ini
membutuhkan pikiran kreatif, paling sedikit pikiran terarah.
4.
Fase
umpan balik (Feedback, Reinforcement)
Siswa dapatkan informasi, sejauh prestasinya tepat. Siswa
konfirmasi tentang tidaknya penyelesaian yang ditemukannya; komunikasi ini
dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi siswa untuk berusaha memeras otak
lagi pada lain kesempatan.
Fase-fase tersebut
dapat diaplikasikan pada kegiatan. Kegiatan pada kemampuan kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Gagne dalam abdul Majid (2008:70) mengemukakan penyempurnaan
rangkaian fase dalam proses belajar siswa tersebut di atas, yaitu:
a)
|
Perhatian (Attention, Alertness)
|
Siswa khusus memperhatikan
hal yang akan dipelajari
|
b)
|
Menyadari tujuan belajar (Motivation, Expectancy)
|
Siswa sadar akan tujuan
instruksional dan bersedia melibatkan diri
|
c)
|
Menggali (Retrieval To Working Memory)
|
Siswa mengingat kembali dari
ingatan jangka panjang apa yang sudah diketahui, dipahami, dikuasai tentang
pokok bahasan yang sedang dipelajari
|
d)
|
Berpersepsi selektif ( Selective Perception)
|
Siswa mengamati unsur-unsur
dalam perangsang yang relevan bagi pokok bahasan. Siswa memperoleh pola
perseptual.
|
e)
|
Mengolah informasi (Encoding, Entry To Storage)
|
Siswa memberikan makna pada
pola perseptual dengan membuat informasi sungguh berarti, antara lain dengan
menghubungkan dengan infoemasi lama yang sudah digali dari ingatan jangka
panjang
|
f)
|
Menggali informasi (Responding To Question Or Task)
|
Siswa membuktikan melalui
suatuprestasi kepada guru dan diri sendiri bahwa pokok bahasan telah
dikuasai; memberikan indikasi bahan dasarnya telah dicapai
|
g)
|
Mendapatkan umpan balik (Feedback; Reinforcement)
|
Siswa dapat mendapat penguat
dari guru kalau prestasinya tepat, mendapat koreksi kalau prestasinya salah
|
h)
|
Memantapkan hasil belajar (Retrieval Transfer)
|
Siswa mengerjakan berbagai
tugas untuk mengakarkan hasil belajar. Siswa mengadakan transfer belajar.
Siswa mengulang-ulang kembali.
|
Berdasarkan
rangkaian fase itu mencerminkan rangkaian kejadian internal yang dialami oleh
siswa yang sedang belajar. Rangkaian fase-fase itu akan dikemukakan pada setiap
jalur belajar, namun mengingat ciri khas dari setiap jalur belajar, akan nampak
perbedaan antara dalam tekanan yang harus diberikan pada fase tertentu.
Kejadian eksternal
dapat mendukung atau menghambat proses belajar yang dilalui siswa.
Kondisi-kondisi eksternal dapat dipenuhi dengan sendirinya, tetapi biasanya
diatur. Terutama gurulah yang harus menciptakan dan mengatur kondisi eksternal
itu, supaya siswa yang belajar mendapat dukungan dari lingkungan.
Lawrence T.
Alexander dan Robert H. Davis dalam Suprihadi (1993) menyebutkan ada empat
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran. Faktor
tersebut adalah (1) tujuan pembelajaran khusus, (2) keadaan siswa
(karakteristik siswa), (3) sumber dan fasilitas untuk melaksremajaan dari suatu
strategi tertentu, dan (4) karakteristik teknik penyajian tertentu.
Keempat faktor
tersebut diatas oleh Lawrence T. Alexander dan Robert H. Davis selanjutnya
dijelaskan secara rinci sebagaimana uraian di bawah ini. Faktor pertama, yang mempengaruhi pemilihan
strategi adalah tujuan pembelajaran khusus. Seperti disebut di dalam bahasan di
atas, bahwa strategi kegiatan pembelajaran presentasi tepat apabila digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran aspek kognitif dan psikomotor, tetapi hal
ini tidak tepat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran segi afektif.
Tujuan pembelajaran aspek afektif lebih tepat menggunakan pola kegiatan
interaktif. Tujuan-tujuan pembelajaran segi kognitif tingkat rendah
"recall" penggunnaan metode pembelajaran yang bermacam-macam dapat
digunakan dengan hasil yang relatif sama. Tetapi apabila tujuan pembelajaran
tingkat tinggi seperti, mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah, teknik
diskusi adalah tepat. Metode diskusi juga tepat digunakan untuk mengembangkan
keterampilan berkomunikasi antar pribadi, mengembangkan kemampuan berfikir
secara logis dan sebagainya.
Faktor kedua, yang mempengaruhi pemilihan
strategi pembela jaran adalah keadaan siswa yang mengikuti proses belajar.
Setiap guru harus menyadari adanya kenyataan bahwa senantiasa terdapat
perbedaan individual dikalangan siswa. Berbeda dalam kemampuan belajar, cara
belajar, latar belakang, pengalaman mereka dan kepribadian mereka. Kecuali
apabila kelas yang dihadapi guru tidak cukup untuk melayani kebutuhan
individual siswa, maka masalah utama yang biasa dijumpai guru adalah sangat
heteroginitas keadaan kelasnya.
Problem yang
muncul terutama jika guru menggunakan metode ceramah. Jika ceramah dilakukan
dengan standart remaja-remaja yang mampu mempunyai motivasi tinggi maka remaja-remaja
yang lemah akan tertinggal. Sebaliknya jika standar ceramah remaja-remaja yang
kurang mampu menjadi bosan. Ada dua strategi yang dapat digunakan untuk
pembelajaran kelas besar. Pertama
digunakan sejumlah metode yang bervariasi sehingga setiap siswa akan mengalami
paling sedikit sebuah metode yang sesuai deangan gaya belajarnya. Kedua digunakan metode tertentu yang
dapat menampung pribadi individu diantara siswa, misalnya menggunakan model
untuk pembelajaran mandiri, diskusi dalam kelompok kecil, atau simulasi.
Contoh: Bagaimana menggunakan metode yang berbeda dapat menampung perbedaan individual
siswa adalah sebagai berikut:
a.
Gunakan metode untuk pembelajaran
mandiri dalam membantu murid yang belum sepenuhnya siap untuk suatu ceramah
diskusi atau praktek laboratorium.
b.
Gunakan metode ceramah atau diskusi
kelompok sesudah praktek laboratorium atau simulasi untuk mengumpulkan,
menjelaskan, dan saling tukar pengalaman apa yang sudah dipelajari.
c.
Sajikan informasi dalam suatu ceramah
dan kemudian latihan mengamplikasikan informasi dalam suatu diskusi kerja
laboratorium atau simulasi
d.
Gunakan modul sebagai pelengkap siswa
yang ingin menyelidiki topik lebih lanjut.
Faktor ketiga, yang mempengaruhi pemilihan
strategi pembelajaran adalah sumber atau fasilitator untuk melaksremajaan
strategi pembelajaran tersebut. Sumber atau fasilitator disini menyangkut
peralatan, ruangan. Strategi pembelajaran sangat ditentukan oleh jenis dan
jumlah sumber yang tersedia untuk melaksremajaan strategi tersebut secara
efektif. Misalnya strategi pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah untuk
kelas besar membutuhkan sedikit sumber dan fasilitas dibanding suatu kerja
laboratorium yang membutuhkan peralatan yang cukup banyak dan ruangan yang
mencukupi. Dengan begitu nampak jelas bahwa dipengaruhi oleh bagaimana
tersedianya sumber dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksremajaan strategi tersebut
Faktor keempat, pemilihan strategi pembelajaran
ditentukan tidak saja oleh kemampuan guru di dalam menggunakan metode
pembelajaran, akan tetapi juga oleh sifat dan karakteristik masing-masing
metode yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,
unsur pokok yang harus diketahui oleh guru adalah sifat dan karakteristik
masing-masing metode pembelajaran. Tentunya dapat difahami bahwa metode
tersebut dapat mempengaruhi pemilihan strategi, sebab realisasi penggunaan
metode ataupun teknik pembelajaran. Karenanya adalah wajar untuk dapat
menentukan pilihan tentang metode tertentu untuk kegiatan pembelajaran
didahului dengan pemahaman tentang sifat dan karakteristik metode-metode
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar