Menurut
Semi (1993: 61-62) secara umum, media dapat dikelompokan menjadi beberapa
kelompok besar, yakni: (1) pengalaman aktual, (2) pengalaman buatan, seperti
permainan, dan bermain peran (3) media radio, tape recorder, dan piringan
hitam, (4) media viusual, seperti foto, grafik, bangun, dan flash card, (5)
media audio-visual, seperti kombinasi silide dan tape, tv, (6) media cetak,
seperti surat kabar, buku, dan majalah, (7) model, seperti kerangka manusia.
Media
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan media karikatur. Dalam Penelitian
Sortino (2003) dengan judul “The comic
of Clamat’: the use of a comic as a
linguistic mediator” menunjukkan bahwa dengan menggunakan media komik dapat
mendorong perkembangan diagram mental atau logika yang menggunakan simbol bahasa
Jawa tertentu, mendorong untuk mengingat
suatu formula atau untuk memahami suatu situasi masalah secara lebih baik dan
hubungan antar data pada masalah tertentu.
Komik
juga dapat menimbulkan imajinasi dan mempersiapkan stimulus berpikir kreatif.
Komik juga dapat memberikan apresiasi bahasa dan mengembangkan komunikasi
lisan, mengembangkan proses berpikir kognitif, ungkapan perasaan, dan
meningkatkan kepekaan seni (Rothlein dan Meinbach: 1991). Sedangkan menurut
Davis (1997) komik yang begitu menarik
sebagai suatu alat pendidikan disebabkan karena: (a) a built-in desire to learn
through comics; (b) easy accessibility ini daily newspaper and bookstands; (c)
the novel and ingenious way ini which this authentic medium depicts real-life
language and “every facet of people and society”; and (d) the variety of visual and linguistic element and
codes tahet appeal to student with different learning style.
Hasil
penelitian Muliyardi (1999) menunjukkan bahwa soal cerita yang disajikan dalam
bentuk komik disukai oleh anak-anak kelas 1 SD, serta dapat mengurangi rasa
takut mereka terhadap pekerjaan rumah, selain itu penyajian dalam bentuk komik
dapat membantu anak dalam melancarkan membaca, serta dapat mengurangi rasa
bosan terhadap pelajaran bahasa Jawa. Sedangkan hasil penelitian Ramlan (2004)
menunjukkan: (1) agar gambar seni rupa yang digunakan untuk media pembelajaran bahasa
Jawa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, harus memenuhi
peryaratan-persyaratan, antara lain illustrasi gambar harus erat kaitanya
dengan kehidupan sehari-hari, diproduksi bagus, menyatu dengan teks, ukurannya
besar, komposisi yang baik, berwarna dan bervariasi; (2) apabila gambar seni rupa
digunakan sebagai media pembelajaran bahasa Jawa, akan melahirkan aktivitas
pada proses pembelajaran.
Anak-anak
usia sekolah menyukai komik karena beberapa hal diantaranya: (1) melalui
identifikasi dengan karakter di dalam komik, anak memperoleh kesempatan yang
baik untuk mendapat wawasan mengenal masalah pribadi dan sosialnya. Hal ini
akan membantu memecahkan masalahnya, (2) komik menarik imajinasi anak dan rasa
ingin tahu tentang masalah supranatural, (3) komik memberi anak pelarian
sementara hirup pikuk hidup sehari-hari, (4) komik mudah dibaca, bahkan anak
yang kurang mampu membaca dapat memahami arti dari gambarnya, (5) karena komik
tidak mahal dan juga ditayangkan di televisi sehingga semua anak mengenalnya,
(6) karena banyak komik yang menggairahkan, misterius, dan lucu, komik
mendorong anak untuk membaca yang tidak banyak diberikan buku lain, (7) bila
berbentuk serial, komik memberi sesuatu yang diharapkan, (8) dalam komik, tokoh
sering melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak berani mereka lakukan
sendiri, walaupun mereka ingin melakukannya, ini memberikan kegembiraan, (9)
gambar dalam komik berwarna-warni dan cukup sederhana untuk dimengerti
anak-anak (dalam Hurlock, 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar