Dunia
pendidikan Indonesia
dewasa ini dihadapkan pada masalah yang sangat kompleks. Kurangnya sarana
pembelajaran, kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga pengajar, maupun
rendahnya motivasi internal dan
eksternal siswa sebagai objek pendidikan. Disadari bahwa kualitas pembelajaran
sangat ditentukan oleh faktor-faktor tersebut.
Menurut
Slameto (dalam Yustinus, 2006: 1) hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik faktor dari dalam (internall) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal antara lain faktor fisiologis dan psikologis (misalnya
kecerdasan, motivasi, berprestasi dan kemampuan kognitif), dan faktor eksternal antara lain faktor
lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan media pembelajaran).
Faktor-faktor yang tidak menunjang akan menyebabkan proses pembelajaran menjadi
tidak efektif, sehingga akan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Pembelajaran
yang efektif menurut Mulyasa (2004: 19) ditandai dengan adanya sikap yang
menekankan pada pembelajaran siswa secara efektif. Lebih lanjut, Mulyasa
menjelaskan bahwa pembelajaran yang efektif menekankan pada bagaimana agar
peserta didik mampu belajar cara belajar (learning
how to learn), melalui kreatifitas guru, pembelajaran di kelas menjadi
sebuah aktivitas yang menyenangkan (joyfull
learning).
Proses
pembelajaran yang efektif merupakan harapan semua pihak terkait dengan
pendidikan. Untuk mencapai hal tersebut, antara lain diperlukan adanya
partisipasi aktif dari guru, siswa dan suasana kelas yang mendukung (kondusif). Proses pembelajaran pun
harus berorientasi pada siswa (Student
oriented). Dengan demikian kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
benar-benar direncanakan untuk meningkatkan pemahaman siswa yang pada akhirnya
berdampak pada hasil belajar yang baik.
Tugas guru bukan lagi aktif menstransfer pengetahuan (transfer of knowledge) dari benaknya ke benak siswa di dalam
kelas, tetapi menciptakan kondisi belajar dan merencanakan jalannya
pembelajaran dengan pilihan materi yang cocok dan representatif, sehingga
mereka mendapat pengalaman belajar yang optimal (Marpaung, 2007: 3).
Sejalan
dengan yang digariskan dalam kurikulum, bahwa agar pelaksanaan kurikulum
berbasis kompetensi dapat dilakukan secara lebih maksimal, maka
perubahan-perubahan yang harus dilakukan adalah perubahan pada kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas,
menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, kontektual, menyediakan
pengalaman belajar yang beragam dan belajar melalui berbuat (Sumiyati, 2007: 4).
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, persiapan merupakan hal yang paling
penting, persiapan bagaimana materi dikemas, bagaimana setting pembelajaran dan
alat peraga apa yang diperlukan (Marpaung, 2006:6). Dalam hal ini Jacobsen
(1989: 9) menyatakan bahwa sebelum memulai kegiatan pembelajaran, seorang guru
haruslah bertanya pada dirinya “what do I
want the students to know, understand, appreciate, and able to do?”.
Ini
berarti ketepatan pemilihan dan penggunaan model, strategi, pendekatan, teknik,
dan sarana (media) pembelajaran sangat menentukan pencapaian tujuan
pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar