Terdapat
berbagai pendekatan telah digunakan untuk memberi pengertian iklim kerjaoleh
para ahli khususnya di kalangan ahli psikologi industri dan organisasi. Mereka
cenderung menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu untuk mengukur dan
menentukan faktor-faktor atau dimensi-dimensi dalam iklim organisasi untuk
mengenal secara pasti iklim kerja dalam sebuahorganisasi. Istilah iklim kerja
banyak digunakan oleh para penulis dan peneliti dengan iklim organisasi. Jadi
kedua istilah ini sebenarnya memiliki makna yang sama dan bukan merupakan sebuah
perdebatan ilmiah.
Selanjutnya
Campbell, Dunnette, Lawler dan Weick dalam Ami Dilham (2005; 90) iklim organisasi
sebagai satu set atribusi khusus yang ada pada sebuah organisasi tertentu yang
dapatdilihat melalui cara organisasi itu bertindak dengan ahli-ahli dalam
organisasi dan lingkungannya.Menurut Saragih dan Akib (2004), Iklim organisasi
merupakan persepsi bersama secaraobjektif yang mencirikan kehidupan dalam
organisasi. Selanjutnya Sohein dalam Saragih dan Akib(2004; 49) menyatakan
bahwa iklim organisasi berbeda dengan budaya organisasi, karena
budayaorganisasi lebih memperhatikan nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya yang
mencerinkan fundamenorganisasi yang lebih dalam. Budaya organisasi berubah.
Sementara iklim organisasi menjelaskan pola perilaku relatif baru yang
diperlihatkan dalam lingkungan organisasi sehari-hari, seperti yangdialami,
dipahami, dan ditafsirkan oleh individu.
Davis
dan Newstrom (2005:20), iklim organisasi adalah lingkungan manusia di dalam
mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Sedangkan pendapat
yang senada juga diungkapkan oleh Kuncorohadi (2007:99), iklim organisasi
adalah suasana dalam suatu organisasi yang diciptakan oleh para hubungan antar
pribadi yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Sedangkan
menurut Widyarto Iklim kerja dalam suatu organisasi pada dasarnya terbentuk
karena proses menyatunya tiga unsur, yaitu karyawan, manajemen dan penjabaran
kegiatan organisasi. Hal tersebut akan berjalan baik jika semua berjalan sesuai
secara fungsional yaitu : Pertama,
karyawan dapat memahami hal-hal teknis pekerjaannya, sehingga tidak diperlukan
supervisi yang ketat dari atasannya. Kedua,
atasan sebagai bagian dari manajemen, selain memahami hal-hal teknis dari
pekerjaan dan unit kerjanya, juga harus menguasai kemampuan manajerial,
perencanaan, membagi pekerjaan memimpin dan mengarahkan serta memotivasi. Ketiga, kebijaksanaan organisasi berupa
peraturan organisasi dan kesepakatan kerja yang dijalankan dengan baik, sistem
penggajian dan pemberian tunjangan yang memadai dan adanya perhatian terhadap
karyawan (dalam Handoko, 2003:34).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar