Teori kepemimpinan transaksional mendasarkan diri
pada asumsi bahwa kepemimpinan merupakan kontrak sosial antara pemimpin dan
pengikut. Pemimpin dan pengikut merupakan pihak-pihak yang masing-masing
mempunyai tujuan, kebutuhan dan kepemimpinan sendiri. Dalam kondisi nyata,
tujuan dan kebutuhan kadang kala saling bertentangan sehingga mengarah ke
situasi konflik antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin Transaksional berusaha
memotivasi bawahannya melalui pemberian imbalan atas apa yang telah mereka
lakukan.
Inti kepemimpinan transaksional adalah menekankan
transaksi di antara pemimpin dan bawahan. Dalam hal ini, kepemimpinan
transaksional memungkinkan pemimpin memotivasi dan mempengaruhi bawahan dengan
cara mempertukarkan reward dengan
kinerja tertentu. Artinya, dalam sebuah transaksi bawahan dijanjikan untuk
diberi reward bila bawahan mampu
menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama.
Alasan ini mendorong Burns untuk mendefinisikan kepemimpinan transaksional
sebagai bentuk hubungan yang mempertukarkan jabatan atau tugas tertentu jika
bawahan mampu menyelesaikan dengan baik tugas tersebut. Hal ini bermakna, bahwa
pandangan teori kepemimpinan transaksional mendasarkan diri pada pertimbangan
ekonomis-rasional sesuai dengan kontrak yang telah mereka setujui bersama
(Sanusi, 2009).
Kepemimpinan Transaksional timbul apabila terdapat
motivasi bawahan oleh kebutuhan pribadi mereka, sehingga seakan-akan perusahaan
melakukan proses transaksi terhadap
karyawan. Dalam hal ini perusahaan melakukan proses transaksi dengan karyawan.
Adapun hubungan dengan bawahan dapat dijelaskan sebagai berikut (Marselius dan
Rita, 2004):
1. Mengetahui
apa yang diinginkan bawahan dan menjelaskan bahwa mereka akan memperoleh apa
yang diinginkannya, apabila performance
mereka memenuhi harapan.
2. Memberikan
usaha-usaha yang dilakukan bawahan dengan imbalan atau janji untuk memperoleh
imbalan.
3. Responsif
terhadap kepentingan bawahan selama kepentingan pribadi itu sepadan dengan
nilai pekerjaan yang telah dilakukan bawahan.
4. Responsif
terhadap kepentingan pribadi bawahan selama kepentingan. pribadi itu sepadan
dengan nilai pekerjaan yang dilakukan bawahan.
Pada teori kesinambungan kepemimpinan, kepemimpinan
transaksional berletak di ujung yang berlawanan dengan kepemimpinan
transformasional. Kepemimpinan transaksional lebih sering dijumpai dari
kepemimpinan transformasional (Burns, 1978). Kepemimpinan transaksional
dideskripsikan sebagai proses pertukaran yang mana pemimpin mengidentifikasi
kebutuhan pengikutnya dan mendefinisikan proses pertukaran yang layak untuk
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan kedua belah pihak (Bass, 1985). Bentuk
dari kepemimpinan transaksional termasuk kepemimpinan penghargaan kelompok,
kepemimpinan manajemen dengan pengecualian baik aktif maupun pasif, dan
kepemimpinan kebebasan atau mengakomodasi (Bass dan Avolio, 1990).
Hubungan pemimpin transaksional dengan karyawan
tercermin dari tiga hal (Yukl, 1990) yakni:
1. Pemimpin
mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan menjelasakan apa yang akan mereka
dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan.
2. Pemimpin
menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh karyawan dengan imbalan.
3. Pemimpin
responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan selama kepentingan tersebut
sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan karyawan.
Kepemimpinan Transaksional dapat dilakukan dengan
manajemen melalui ekspensi dan imbalan kontijen (Bass, 1985).
1. Manajemen
Melalui Eksepsi (Management by Exception)
Manajemen melalui eksepsi,
merupakan praktek manajemen dimana pimpinan hanya memberikan campur tangan dan
perhatian kepada bawahannya ketika terjadi kesalahan. Pimpinan semacam ini
jarang sekali memberikan pujian atau penghargaan terhadap bawahannya. Pemimpin
biasanya membiarkannya bawahannya untuk melakukan pekerjaaanya dengan cara yang
sama setiap waktu. Tipe pemimpin seperti ini juga tidak berusaha untuk mengubah
sesuatu selama masih berjalan baik. Komunikasi dengan bawahan biasannya hanya
berupa hal-hal yang harus dilakukan oleh bawahan.
2. Perilaku
Imbalan Kontinjen (Dorongan Kontijen Positif)
Imbalan Kontijen
meliputi interaksi antara atasan dan bawahan yang di dasarkan pada asas pertukaran
atau kesepakatan, dimana bawahan akan mendapatkan penghargaan atas asas
pertukaran atau kesepakatan, dimana bawahan akan mendapatkan penghargaan,
pengakuan dan imbalan untuk setiap hasil pekerjaanya yang memenuhi informasi
yang telah ditetapkan sebelumya. Pemimpin sebagai atasan juga harus berusaha
untuk mengetahui kebutuhan pada bawahannya dan memberikan kejelasan mengenai
imbalan apa yang akan diterima oleh bawahannya apabila performasi bawahan
memuasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar