Menurut Hymes (1974; 54-62) bahwa
faktor-faktor yang turut menentukan pemilihan bentuk tuturan dan jenis tindak
tutur tertentu untuk menyampaikan tujuan atau fungsi tertentu di sebut dengan
komponen tutur (component of speech).
Komponen-komponen tutur tersebut biasanya bersifat di luar bahasa dan
eksternal. Umumnya diakronimkan menjadi SPEAKING (setting and scene, participates, ends, act squences, key,
intrumentalities, norm of interaction dan genre).
Setting and scene berkaitan dengan tempat dan waktu
diutarakannya tuturan tersebut. Apakah tuturan tersebut disampaikan dalam
suasana formal atau dalam siatuasi non formal. Kesemuanya menuntut tuturan yang
berbeda. Participants bersangkutan
dengan peserta tindak tutur yaitu penutur dan lawan tutur, penyapa, dan pesapa,
penulis dan pembaca, pengirim dan penerima dsb. Ends berhubungan dengan tujuan atau hasil yang hendak di capai oleh
orang-orang yang terlibat dalam pertuturan. Act
sequence menunjuk kepada bentuk atau
isi sesuatu yang dibicarakan, kata-kata yang diucapkan dan bagaimana hubungan
dengan topik yang dibicarakan. Key
berhubungan dengan nada suara, keadaan si penutur dan faktor-faktor emosional
lain yang mempengaruhi tuturan apakah serius, membual, sarkastik dsb. Situasi
penutur seringkali ditandai dengan tingkah laku, gerak-gerik dsb. Instrumentalities berkaitan dengan
saluran atau penghubung atau media (channel)
yang dipakai untuk menyampaikan infomasi penutur dapat menggunakan bahasa lisan
atau tulis lengkap dengan paralinguistiknya. Norm of interaction (norma interaksi) menunjuk pada norma-norma
kebahasaan yang di anut oleh anggotanya. Aturan-aturan ini akhirnya dapat
mempengaruhi alternatif pilihan yang akan dituturkan oleh penutur. Norma ini
berbeda antar bahasa. Genre berkaitan
dengan tipe wacana yang digunakan untuk berkomunikasi yaitu misalkan mengenai
apakah percakapan, cerita, pidato dan sebagainya. Komponen tutur yang
disebutkan oleh Hymes di sebut pula sebagai ciri-ciri konteks yang mengambil
peranan dalam peristiwa komunikasi. Peranan yang di maksud adalah turut
menentukan makna dan fungsi tuturan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ketika mempunyai suatu tujuan tertentu maka tujuan itu akan dituangkan dalam
tindak tutur tertentu. Tindak tutur tersebut akan menentukan bentuk tuturan
yang akan digunakan namun bentuk tuturan yang akan di pilih harus sesuai dengan
faktor-faktor sosial dan kultural.
a.
Kata
Kata adalah satuan bahasa yang paling kecil. Dalam bahasa Indonesia, kata
dapat dikelompokkan atas kata kata benda atau nomina, kata kerja atau verba,
kata sifat atau adjektiva, kata bilangan dsb. Menurut Mulyana (2005; 8-9) kalimat satu kata
adalah bentuk terpendek atau tuturan terpendek yang memeiliki esensi kalimat.
Kalimat sendiri memiliki pengertian sebagai satuan gramatik yang dibatasi oleh
jeda panjang yang disertai dengan nada akhir naik atau turun (Ramlan, 2001;
23). Dalam tulisan nada akhir atau naik dinyatakan dengan tanda titik, tanda
koma atau tanda seru. Jadi meskipun hanya terdiri dari satu kata, namun apabila
memiliki nada naik atau turun apalagi memiliki makna yang lengkap maka kata
tersebut merupakan kalimat satu kata.
b.
Frase
Frase adalah satuan bahsa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi klausa (Ramlan, 2001; 138). Atas penggolongan kata
menjadi benda atau nomina, kata kerja atau verba, kata sifat atau adjektiva
maka frase dapat dibagi menjadi frase nomina, frase verba, frase adjektiva.
Frase tersebut memiliki distribusi yang sama sesuai dengan jenis katanya.
Misalkan, frase nomina adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan
kata nominal. Dalam wacana peringatan,
ditemukan beberapa frase. Frase tersebut diantaranya adalah frase nomina, frase
bilangan dan frase depan.
c.
Kalimat
Sudah disampaikan di awal bahwa kalimat adalah satuan gramatik yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir atau turun (Ramlan
2001; 23). Kalimat juga diartikan sebagai satuan gramatik yang terdiri atas
satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri
sendiri (Kridalaksana, 2001; 92). Dalam tulisan, nada akhir turun atau naik
dinyatakan dengan tanda titik, tanda koma atau tanda seru. Namun tidak semua
kalimat dalam wacana peringatan disertai tanda titik, tanda tanya atau tanda
seru. Kalimat dalam bahasa Indonesia dikelompokkan berdasarkan bentuk dan nilai
komunikatifnya (Moeliono, 1988; 267-293)
Berdasarkan bentuknya, kalimat dapat digolongkan
menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat
yang terdiri atas satu klausa sehingga predikatnya juga satu. Kalimat majemuk
adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih sehingga predikatnya pun
ada dua atau lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar