Menurut para ahli, didasarkan pada hasil penelitian,
obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya adalah :
1.
Umur
Obesitas dapat terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap sebagai kelainan pada umur pertengahan
2.
Jenis kelamin
Jenis kelamin ikut berperan
dalam timbulnya obesitas terutama obesitas lebih umum dijumpai pada wanita
3.
Genetik
Kegemukan dapat diturunkan dari
generasi sebelumnya pada generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya
kita seringkali menjumpai orangtua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak yang
gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor genetik telah ikut campur
dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal ini dimungkinkan
karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak yang
berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan
kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi yang
lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar (Tambunan,
2002).
Orang yang obes lebih responsif
dibanding dengan orang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal,
seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk
cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar.
Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari
kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat
untuk mengurangi berat badan. Menurut dr. Inayah Budiasti, ahli nutrisi dari RS
Jakarta fenomena makan cepat saji merupakan sala satu penyebab utamanya. Makanan
cepat saji mengandung energy yang sangat tinggi karena 40-50% adalah lemak.sementara
kebutuhan tubuh akan lemak hanya sekitar
15% sebagian besar kebutuhan tubuh adalah karbohidrat yang mencapai 60%
dan Protein 20% (Budiasti, 2004)
4.
Kurang Gerak/Olahraga
Tingkat
pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat
tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan
olah raga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang
dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor
tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran
energi orang normal (Tambunan, 2002)
Meski
aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang
dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan
aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga
kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang
hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme
basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunan metabolisme
basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang
hebat, obesitas membuat kegiatan olah raga menjadi sangat sulit dan kurang
dapat dinikmati dan kurangnya olah raga secara tidak langsung akan mempengaruhi
turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olah raga sangat penting
dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan
juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal.
5. Pengaruh
Emosional
Sebuah
pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dari masalah emosional yang
tidak teratasi. Orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti anak-anak
makanan dianggap sebagai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah
sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam
kehidupannya. Walaupun penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus,
namun sebagian orang yang kelebihan berat badan tidaklah lebih terganggu secara
psikologis dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal. Meski
banyak pendapat yang mengatakan bahwa orang gemuk biasanya tidak bahagia, namun sebenarnya
ketidakbahagiaan /tekanan batinnya lebih diakibatkan sebagai hasil dari
kegemukannya. Hal tersebut karena dalam suatu masyarakat seringkali tubuh kurus
disamakan dengan kecantikan, sehingga orang gemuk cenderung malu dengan
penampilannya dan kesulitannya mengendalikan diri terutama dalam hal yang
berhubungan dengan perilaku makan.
Orang
gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa bila
mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang gemuk
makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam; orang dengan berat
badan yang normal makan dalam situasi yang kurang mencekam (McKenna,1999).
Dalam suatu studi yang dilakukan
White (1977) pada kelompok orang dengan berat badan berlebih dan kelompok orang
dengan berat badan yang kurang, dengan menyajikan kripik (makanan ringan)
setelah mereka menyaksikan empat jenis film yang mengundang emosi yang berbeda,
yaitu film yang tegang, ceria, merangsang gairah seksual dan sebuah ceramah
yang membosankan. Pada orang gemuk didapatkan bahwa mereka lebih banyak
menghabiskan kripik setelah menyaksikan film yang tegang dibanding setelah
menonton film yang membosankan. Sedangkan pada orang dengan berat badan
kurang selera makan kripik tetap sama setelah menonton film yang tegang maupun
film yang membosankan (Tambunan, 2002)
6.Lingkungan
Faktor
lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseorang
dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan
keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama
pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang
yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan
kegemukan (Tambunan, 2002) Aurora (2007)
berpendapat bahwa lingkungan modern
telah banyak mengurangi kesempatan untuk melakukan aktifitas fisik, trasfortasi
yang nyaman, komputer, pekerjaan rumah (PR) yang banyak, film, dan televisi,
serta makanan cepat saji telah mendorong kebiasaan hidup yang santai dan malas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar