Lange dan Jakubowski (1978)
mengemukakan lima ciri-ciri individu dengan perilaku asertif. Ciri-ciri yang
dimaksud adalah:
a. Menghormati
hak-hak orang lain dan diri sendiri Menghormati orang lain berarti menghormati
hak-hak yang mereka miliki, tetapi tidak berarti menyerah atau selalu
menyetujui apa yang diinginkan orang lain. Artinya, individu tidak harus
menurut dan takut mengungkapkan pendapatnya kepada seseorang karena orang
tersebut lebih tua dari dirinya atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi.
b. Berani
mengemukakan pendapat secara langsung Perilaku asertif memungkinkan individu
mengkomunikasikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan lainnya secara langsung dan
jujur.
c. Kejujuran
bertindak jujur berarti mengekspresikan diri secara tepat agar dapat
mengkomunikasikan perasaan, pendapat atau pilihan tanpa merugikan diri sendiri
atau orang lain.
d. Memperhatikan
situasi dan kondisi semua jenis komunikasi melibatkan setidaknya dua orang dan
terjadi dalam konteks tertentu. Dalam bertindak asertif, seseorang harus dapat
memperhatikan lokasi, waktu, frekuensi, intensitas komunikasi dan kualitas
hubungan.
e. Bahasa
tubuh dalam bertindak asertif yang terpenting bukanlah apa yang dikatakan
tetapi bagaimana menyatakannya. Bahasa tubuh yang menghambat komunikasi,
misalnya: jarang tersenyum, terlihat kaku, mengerutkan muka, berbicara kaku,
bibir terkatup rapat, tidak berani melakukan kontak mata dan nada bicara tidak
tepat.
Alberti dan Emmons
(2002) secara umum orang yang berperilaku asertif, akan memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a) Mengekspresikan
diri sendiri.
b) Menghomati
hak-hak orang lain.
c) Jujur.
d) Langsung
dan tegas.
e) Menyetarakan,
menguntungkan kedua pihak dalam sebuah hubungan baik dengan kata-kata (termasuk
isi pesan) maupun tanpa kata-kata (termasuk gaya pesannya).
f) Positif
sesekali (mengekspresikan kasih sayang, pujian, penghargaan) dan negatif
sesekali (mengekspresikan batasan, amarah, kritik).
g) Layak
bagi orang dan situasi masing – masing, bukan universal.
h) Bertanggung
jawab secara social.
i) Belajar,
bukan pembawaan lahiriah
Karakteristik maupun
ciri-ciri di atas turut mendukung seseorang dalam menampilkan perilaku asertif,
dan turut menggambarkan bahwa asertivitas tersebut bukan pembawaan lahiriah
namun suatu ketrampilan interpersonal yang dapat dipelajari, dikembangkan dan
ditingkatkan (Alberti & Emmons, 2002; Dickson & Hargie, 2003).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar