Stres adalah terpacunya tubuh dan pikiran untuk merespon
tuntutan yang datang pada seseorang. Stres tidak bisa dan sebaiknya tidak
dihindari, sebaliknya stres harus ditahan, diatur, dan diarahkan. Respon dari stres
mempengaruhi organ dan jaringan di dalam tubuh. Pikiran dan perasaan jelas
terjalin dengan proses-proses fisiologis, tubuh mempengaruhi pikiran dan sebaliknya.
Perilaku yang sering dimunculkan karena stres misalnya, mudah marah, berbicara
dengan cepat, dan bergerak seperti terburu-buru (Schafer, 2000). Tiga tipe stres
menurut Schafer (2000), adalah: (1) Neustres
(stres yang netral). Stres menjadi sesuatu yang netral ketika seseorang
merespon tuntutan dari dalam maupun luar dirinya dengan netral. Pikiran dan
tubuh dipacu, tetapi dampak yang dirasakan dari tuntutan yang ada hanya sedikit
dan seseorang itu mampu menjalani kehidupannya seperti biasa; (2) Distres (stres yang bersifat negatif). Seseorang
menganggap pengalaman atau peristiwa yang dialaminya itu membahayakan
tergantung pada derajat apakah seseorang menerima stresor itu sebagai sesuatu yang melebihi kemampuannya untuk
ditangani, dan apakah itu mengancam kesejahteraannya (Lazarus & Folkman,
1984). Simptom-simptom distres antara lain: konsentrasi yang rendah, mudah
marah, tangan sering berkeringat, pundak terasa kaku, cemas, depresi, dan
berbicara dengan cepat. Di dalam keluarga, adanya kondisi distres pada salah satu anggota, terutama orangtua, dapat
menimbulkan masalah, seperti: ketegangan di dalam keluarga, teredamnya
kebebasan berekspresi, konflik terbuka, menjatuhkan secara psikologis,
rendahnya harga diri anggota keluarga yang lain, tidak memberikan perhatian
penuh pada kebutuhan fisik dan emosi anggota keluarga yang lain, dan
menyebabkan kehancuran dalam keluarga; (3) Positive
Stres. Stres yang memberikan manfaat ketika muncul, antara lain: (a)
membantu merespon dengan cepat dan segenap tenaga dalam keadaan darurat; (b)
membantu menyadari potensi diri yang sesungguhnya; (c) berguna untuk tampil
dengan baik ketika berada di bawah tekanan (seperti wawancara kerja); dan (d)
membantu mendorong seseorang ke titik batas.
Stres
yang positif merupakan hasil dari pengalaman yang menggembirakan, seperti
memenangkan undian, kenaikan jabatan yang tidak diduga, atau mendapat
penghargaan. Berbeda dengan stres yang bersifat negatif, dimana penyebabnya
biasanya berupa rasa kehilangan, kelemahan, dan ketidakmampuan menyelesaikan
masalah (Pecorelli, 2008). Ketika seseorang mengalami stres, hal itu bisa
menyebabkan kondisi fisiknya memburuk (Motzer, 2004). Dampak dari stres antara
lain: mudah lelah, otot-otot tegang, pola tidur yang terganggu, tidak tenang
secara emosional, ketiadaan tenaga untuk melakukan hal-hal yang ringan, tidak
bisa santai dll (Hawari, 2003).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar