Learned helplessness (ketidakberdayaan yang dipelajari) menjelaskan bahwa ketika seseorang
dihadapkan pada tantangan hidup ada banyak orang yang menyerah atau gagal. Learned helplessness tersebut dapat
menghilangkan kemampuan seseorang untuk mengendalikan peristiwa-peristiwa yang
sulit, dan memberikan keyakinan bahwa segala usaha itu tidak berguna dalam
menghadapi permasalahan (Stoltz, 2000). Menurut Stoltz (2000), learned helplessness (ketidakberdayaan
yang dipelajari) berhubungan secara negatif dengan pemberdayaan diri. Individu
yang tidak dapat diberdayakan secara optimal (individu yang mengalami learned helplessness) tidak dapat
mengaktualisasikan diri secara optimal pula. Oleh karena itu ketidakberdayaan
yang dipelajari merupakan hambatan tetap bagi pemberdayaan (Stoltz, 2000).
Meskipun begitu menurut Stoltz (2000), beberapa orang dapat saja kebal terhadap
ketidakberdayaan. Berdasarkan penelitian Seligman (Stoltz, 2000) individu yang
menjadi kebal terhadap ketidakberdayaan dan keputusasaan telah diajarkan
sebelumnya tentang tindakan-tindakan “untuk terus berusaha” (imunisasi terhadap
ketidakberdayaan dan keputusasaan), yang merupakan karakteristik seorang climber, yang dapat membentengi dari
ketidakberdayaan dan keputusasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar