Menurut
Peterson dan Seligman (1975) teori atribusi dapat diaplikasikan untuk menolong
penderita ketidakberdayaan. Gaya atribusi yang dimiliki individu dan besarnya
kecenderungan individu dalam mengatribusikan suatu akibat atau hasil dinilai
sebagai sebab eksternal yang spesifik yang menentukan tingkat kerentanan
seseorang terhadap ketidakberdayaan (Ramirez, dkk., dalam Koswara 2000).
Dijelaskan pula, dengan mengubah gaya atribusi seseorang (mengatribusi hasil
negatif dengan sebab eksternal) dapat mengurangi kerentanan individu terhadap
perasaan tidak berdaya.
Sejalan dengan teori atribusi, Seligman
(1965) mengajukan teori gaya penjelasan yang terdiri dari dua tipe individu,
yaitu individu yang optimis dan individu yang pesimis. Individu yang optimis
menganggap bahwa kesulitan adalah hal yang bersifat sementara (temporary), terbatas atau spesifik dan
disebabkan oleh faktor di luar dirinya (eksternal). Sebaliknya individu yang
pesimis menganggap bahwa kesulitan adalah hal yang bersifat menetap (permanen),
menyebar ke area hidup yang lain dan merupakan kesalahan diri sendiri
(personal). Individu yang optimis cenderung menikmati keuntungan mulai dari
kinerja sampai kesehatan, sedangkan individu yang pesimis cenderung menderita
dalam hidupnya.Dalam bidang akademis, Dweck (Stoltz,
2000) menyatakan bahwa anak yang mempersepsikan penyebab kemalangan sebagai
sesuatu yang stabil, akan belajar lebih sedikit dari pada anak yang
mempersepsikan penyebab kemalangan sebagai sesuatu yang bersifat sementara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar