Strategi coping terbagi menjadi dua berdasarkan
fokusnya, yaitu problem focused coping
dan emotional focused coping. Problem focused coping biasanya
digunakan untuk mengatasi apa yang menjadi penyebab timbulnya stress. Individu
mengontrol hubungannya dengan lingkungan atau stressor melalui pemecahan
masalah, pembuatan keputusan, maupun tindakan langsung. Sedangkan emotional focused coping merupakan
pemecahan sementara agar individu tidak terlalu menderita terhadap stress yang
dialami untuk dicari pemecahan masalah. Individu mengelola ketegangan dengan
cara pengaturan emosi atau penilaian kembali ancaman.
Penelitian
Folkman, dkk (1986) menyimpulkan bahwa problem
focused coping akan memodifikasi beberapa aspek situasi yang penuh tekanan
(stress). Hasil positif atau adaptif akan diperoleh hanya jika usaha tersebut
secara nyata dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan pada emotional focused coping akan melakukan pengaturan emosi atau
penilaian kembali ancaman. Hasil adaptif akan diperoleh jika stressor relatif
tidak dapat dikontrol oleh individu tersebut.
Apabila
situasi secara potensial dinilai dapat berubah-rubah, seperti misalnya masalah
dalam pekerjaan atau berselisih paham dengan orang lain, coping yang adaptif
untuk menghadapinya adalah problem
focused coping. Individu dapat melakukan pemecahan masalah secara langsung,
atau melakukan negosiasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hasil negatif
akan diperoleh apabila strategi coping
yang digunakan adalah emotional focused
coping. Hal ini justru akan menambah masalah baru bagi individu tersebut,
karena stressor relatif dapat dikontrol. Sebaliknya, emotional focused coping akan adaptif untuk situasi yang dirasakan
tidak dapat berubah lagi, sehingga stressor relatif tidak dapat dikontrol.
Misalnya pada penderita kanker, akan menjadi lebih tenang jika individu
tersebut memperoleh dukungan dari orang lain atau lingkugannya dan berusaha
mengalihkan perhatiannya pada hal lain yang lebih menyenangkan
Dalam dunia
kerja, penelitian Schuler (dalam Davis, 1985) menyimpulkan bahwa stres positif
merangsang usaha individu untuk mengarahkan kemampuannya dalam memenuhi
tuntutan-tuntutan pekerjaan. Stresor dalam pekerjaan dinggap sebagai tantangan
dan bukan sebagai ancaman. Sebaliknya, apabila stres dipandang negatif maka
akan menurunkan usaha individu dalam mencapai performansi kerja yang
diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar