Senin, 03 Desember 2012

Judul Skripsi Psikologi: Manajemen Stres

Walt Schafer (2000) mengemukakan beberapa cara untuk memanajemen stres, antara lain: (1) Strategi koping. Koping adalah usaha merubah perilaku dan kognitif untuk mengelola tuntutan yang spesifik baik dari dalam diri maupun luar, yang dinilai melebihi kemampuan seseorang (Lazarus & Folkman, 1984). Koping bukanlah apa yang sebaiknya, seharusnya, atau yang bisa dilakukan. Koping adalah apa yang seseorang lakukan secara nyata, yang merupakan reaksi dari kondisi atau tuntutan tertentu. Lazarus & Folkman (1984) menandai bahwa besarnya keanekaragaman sumber koping seseorang dan lingkungan itu berpotensi ada sebagai mana seseorang menilai pilihan-pilihan yang ada. Beberapa penulis telah mengidentifikasi dua pilihan koping yang umum, yaitu: (a) koping yang berfokus pada emosi, intinya adalah berunding dengan rasa takut, marah, dan bersalah diri sendiri sebagai reaksi dari situasi yang ada; (b) koping yang berfokus pada masalah, intinya koping sebagai percobaan untuk berunding dengan stresor atau keadaan itu sendiri; (2) Self-talk. Dua poin sederhana tentang self-talk: (a) interpretasi seseorang terhadap stresor, bukan stresor itu sendiri, yang menyebabkan stres (yang sifatnya negatif). Dalam hal ini pikiran-pikiran yang ada menyebabkan munculnya perasaan-perasaan tertentu; (b) seseorang mampu mengontrol interpretasinya terhadap stresor. Self-talk tidak hanya mencakup pikiran, tetapi juga emosi, gambaran mental, keadaan fisik, dan perilaku. Self-talk bisa diatur sendiri, meskipun ini tidak mudah. Merubah kebiasaan self-talk seringkali membutuhkan kerja keras dan kesabaran yang besar; (3) Managing Anger (mengontrol amarah). Ada dua jenis kemarahan, yaitu kemarahan yang positif, dan kemarahan yang negatif. Kemarahan yang negatif biasa dianggap membahayakan dan merupakan bagian yang ingin dihindari dalam kehidupan, sebaliknya kemarahan yang positif dianggap sebagai pengalaman yang baik. Sebagai catatan, kemarahan yang negatif menuntun ke permusuhan dan agresivitas, dan menyebabkan distres untuk kedua belah pihak yang bersitegang. Sedangkan kemarahan yang positif, ini memiliki motivasi untuk merubah situasi ke arah yang lebih positif, yang biasa disebut dengan bersikap asertif. Kemarahan yang negatif biasa muncul sebagai respon dari adanya ancaman, frustrasi, atau ketidakadilan. Kunci untuk berunding dengan kemarahan yang negatif adalah dengan menyembunyikan emosi untuk mencari tahu apa yang mendasari emosi tersebut, apa yang menyebabkan munculnya perasaan itu, dan apa yang bisa dilakukan pada emosi yang muncul tersebut; (4) Relaksasi. Tubuh memiliki kemampuan yang alami untuk bergerak dan bersiap melakukan aksi, selain itu tubuh juga memiliki kemampuan yang terbina untuk bersantai. Respon dari relaksasi menimbulkan respon fisik secara langsung, berbeda dengan respon dari stres. Relaksasi yang dalam (deep relaxation) yang dilakukan dua kali sehari selama 10 sampai 20 menit dalam periode berminggu-minggu atau berbulan-bulan, memberikan beberapa keuntungan yaitu gabungan dari meningkatnya kesehatan dan kemampuan mengontrol stres (Antoni, 1993; Benson & Stuart, 1992; Kabat-Zinn, 1993). Relaksasi bisa dilakukan dengan beragam cara, seperti teknik pernafasan, meditasi, visualisasi, relaksasi otot dll.   . 

Tidak ada komentar: