Jumat, 07 Desember 2012

Judul Skripsi Psikologi: Jenis Adversity Quotient (AQ)

Stoltz (2001) mengibaratkan manusia yang menghadapi masalah dalam kehidupannya sebagai seseorang yang menempuh perjalanan menuju puncak gunung. Oleh karena itu,  Stoltz  membaginya menjadi tiga tipe, yakni :
a.       Tipe Quitters, yakni tipe orang yang mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan dan beban hidup yg dilaluinya. Orang dengan tipe demikian akan selalu melihat kesulitan di balik peluang-peluang yang ada sehingga akan mudah putus asa. Orang yang memiliki tipikal ini tidak mau menghadapi, cenderung mengabaikan bahkan akan lari dari masalah yang ada. Karyawan dengan tipe ini akan menghindari permasalahan yang terjadi diorganisasi karena merasa beban yang dirasakan terlalu berat. Akibatnya, berbagai permasalahan psikologis seringkali mengjangkiti karyawan tipe ini sehingga menurunkan produktivitas kerjanya.
b.      Tipe Campers, yakni orang dengan tipe yang sudah berusaha menghadapi persoalan dan permasalahan yang ada, namun karena permasalahan itu selalu menerjang, orang tersebut merasa “perjalanannya cukup sampai di sini”. Karyawan dengan tipe ini bersedia menghadapi permasalahan yang terjadi dalam organisasi. Namun, karena permasalahan yang ditimbulkan tidak kunjung selesai, karyawan lebih memilih berdiam diri dan menerima kondisi yang ada sebagai konsekuensi dari kondisi organisasi. Karyawan dengan tipe ini mungkin menemukan kepuasan, namun potensi yang dimiliki tidak sepenuhnya keluar kaena memutuskan berhenti sebelum permasalahan benar-benar teratasi.
c.       Tipe Climbers, yakni orang yang selalu berjuang menghadapi permasalahan yang ada meskipun masalah itu selalu muncul dan menerjang. Orang tersebut tidak akan berhenti untuk mencapai puncak meskipun harus melewati terjalnya pegunungan ataupun badai di tengah perjalanan. Karyawan dengan tipe climbers akan selalu berusaha melewati masalah yang terjadi apalagi masalah yang terjadi dalam organisasi merupakan permasalahan jangka panjang. Karyawan seperti ini tidak akan lari dari permasalan yang ada meskipun masalahnya membuat kondisi psikologisnya sangat terbebani. Karyawan akan segera beradaptasi dengan kondisi menekan tersebut kemudian memikirkan alternatif solusi pemecahan permasalahan organisasi. Hambatan dan keterbatasan dijadikan kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi sehingga produktivitas kerjanya semakin maksimal. 

Tidak ada komentar: