Manusia memiliki beberapa tahap dalam
kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa awal. Menurut Santrock (2002)
masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang
bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang
berakhir pada usia tigapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian
pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa
pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai
keluarga dan mengasuh anak-anak. Hurlock (dalam Mappiare, 1997) memberi batasan usia dewasa awal terbentang sejak
tercapainya kematangan secara hukum sampai kira-kira usia empat puluh tahun.
Masa tersebut dialami seseorang sekitar dua puluh tahun sehingga dapat
dikatakan bahwa seseorang yang berusia 20 tahunan telah memasuki masa dewasa
awal.
Di Indonesia, usia 21 tahun dianggap
sebagai batas kedewasaan. Batas tadi timbul secara historis dan tidak mutlak.
Usia ini adalah usia seseorang mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara,
dengan begitu ia dapat melakukan kewajiban-kewajiban tertentu dan tidak
tergantung pada orang tuanya seperti misalnya hal memilih, kewajiban
bertanggung jawab secara hukum dan kawin tanpa ijin orang tuanya. Seorang dewasa
awal juga sudah harus bertanggung jawab secara hukum dan kawin tanpa ijin
orangtuanya. Seorang dewasa juga sudah harus bertanggung jawab terhadap
perbuatannya. Ia sudah dapat dikenai sanksi-sanksi pidana tertentu apabila ia
melanggar peraturan hukum yang ada. Dengan begitu, istilah kedewasaan lebih
menunjuk pada suatu pengertian sosiologis daripada perkembangan psikologisnya.
Perkembangan psikologis berbicara mengenai tugas-tugas perkembangan. Seseorang
yang memasuki masa dewasa awal akan menghadapi tugas penemuan intimasi atau
akan menghadapi isolasi (Erikson dalam Monks, Knoers dan Haditono, 2002).
Erikson (dalam Santrock, 2002) mengungkapkan bahwa tugas perkembangan pada masa
awal dewasa adalah pembentukan relasi intim dengan orang lain. Keintiman digambarkan
sebagai penemuan diri sendiri pada diri orang lain. Saat seorang dewasa awal
mampu membentuk relasi akrab yang intim dengan orang lain, ia akan mencapai
keintiman. Dan bila tidak, isolasi akan terjadi. Bagi masyarakat Amerika, usia
21 tahun disebut awal masa dewasa. Mereka sering pula menghitung sejak 7 atau 8
tahun setelah seseorang mencapai kematangan seksual atau sejak mulainya masa
pubertas.
.0pR�sa�o0 ��)
style='mso-bidi-font-size:10.0pt;font-family:"Times New Roman","serif";
mso-ansi-language:SV'> Op = Oo
Ip Io
�Id��) �=='line-height:200%'>
2.
Safety
and Security Needs / Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Setelah kebutuhan fisiologis terpuaskan, maka akan
muncul kebutuhan keamanan dan keselamatan, terdiri dari keinginan akan adanya
keamanan, kestabilan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut dan cemas, serta
kebutuhan akan adanya struktur, keteraturan , dan perlindungan hukum.
3.
Social
Needs / Kebutuhan Sosial.
Merupakan kebutuhan akan adanya perasaan dicintai,
persahabatan, dan hubungan baik dengan manusia lainnya, terutama dengan
pasangan hidup, keluarga, anak-anak, dan teman.
4.
Ego
and Esteem / Ego dan Kebanggaan Diri.
Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk menghormati diri sendiri,
kebanggaan diri, serta kebanggaan atas orang lain. Ada dua sumber kebutuhan tersebut, yaitu
internal dan eksternal. Yang bersumberkan secara internal antara lain keinginan
untuk meraih kekuasaan, kekuatan, prestasi, keberhasilan, ketidaktergantungan,
percaya diri, serta kebebasan. Sedangkan yang bersumberkan eksternal antara
lain keinginan untuk memperoleh reputasi
atau gengsi, status, ketenaran, pengaruh, pengakuan, perhatian dan penghargaan.
5.
Self-actualization
/ Aktualisasi Diri .
Kebutuhan ini adalah tingkatan yang tertinggi, merupakan kebutuhan akan
realisasi diri, pengembangan diri yang terus menerus, serta merupakan sebuah
proses untuk menggali kemampuan maksimal yang dimiliki oleh seseorang.
Kelima kebutuhan tersebut tersusun dalam tingkatan
kepentingan yang disebut dengan prepotency
( Steer & Lyman, 1991). Kebutuhan tingkat tinggi tidak begitu penting dan
hanya akan muncul apabila kebutuhan di tingkat yang lebih rendah sudah
terpenuhi. Pada saat suatu kebutuhan tingkat rendah terpenuhi, maka munculah
kebutuhan yang tingkatannya lebih tinggi. Kebutuhan ini selanjutnya
mempengaruhi perilaku seseorang. Namun demikian tingkatan kebutuhan tersebut tidak
harus selalu berjenjang melainkan dapat saja tumpang tindih (overlap). Hal ini memungkinkan munculnya
kebutuhan tingkat tinggi pada saat kebutuhan tingkat rendah belum dapat
terpenuhi. Tetapi pada umumnya kebutuhan tingkat rendah lebih mudah untuk dipenuhi
daripada kebutuhan tingkat tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar