Jumat, 07 Desember 2012

Judul Skripsi Psikologi; Batasan Usia Dewasa Awal

Manusia memiliki beberapa tahap dalam kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa awal. Menurut Santrock (2002) masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tigapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga dan mengasuh anak-anak. Hurlock (dalam Mappiare, 1997) memberi  batasan usia dewasa awal terbentang sejak tercapainya kematangan secara hukum sampai kira-kira usia empat puluh tahun. Masa tersebut dialami seseorang sekitar dua puluh tahun sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang yang berusia 20 tahunan telah memasuki masa dewasa awal.
Di Indonesia, usia 21 tahun dianggap sebagai batas kedewasaan. Batas tadi timbul secara historis dan tidak mutlak. Usia ini adalah usia seseorang mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara, dengan begitu ia dapat melakukan kewajiban-kewajiban tertentu dan tidak tergantung pada orang tuanya seperti misalnya hal memilih, kewajiban bertanggung jawab secara hukum dan kawin tanpa ijin orang tuanya. Seorang dewasa awal juga sudah harus bertanggung jawab secara hukum dan kawin tanpa ijin orangtuanya. Seorang dewasa juga sudah harus bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Ia sudah dapat dikenai sanksi-sanksi pidana tertentu apabila ia melanggar peraturan hukum yang ada. Dengan begitu, istilah kedewasaan lebih menunjuk pada suatu pengertian sosiologis daripada perkembangan psikologisnya. Perkembangan psikologis berbicara mengenai tugas-tugas perkembangan. Seseorang yang memasuki masa dewasa awal akan menghadapi tugas penemuan intimasi atau akan menghadapi isolasi (Erikson dalam Monks, Knoers dan Haditono, 2002). Erikson (dalam Santrock, 2002) mengungkapkan bahwa tugas perkembangan pada masa awal dewasa adalah pembentukan relasi intim dengan orang lain. Keintiman digambarkan sebagai penemuan diri sendiri pada diri orang lain. Saat seorang dewasa awal mampu membentuk relasi akrab yang intim dengan orang lain, ia akan mencapai keintiman. Dan bila tidak, isolasi akan terjadi. Bagi masyarakat Amerika, usia 21 tahun disebut awal masa dewasa. Mereka sering pula menghitung sejak 7 atau 8 tahun setelah seseorang mencapai kematangan seksual atau sejak mulainya masa pubertas.
.0pR� sa�o0 ��) style='mso-bidi-font-size:10.0pt;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:SV'> Op    =  Oo
  Ip          Io
� Id��) �=='line-height:200%'> 
2.      Safety and Security Needs / Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Setelah kebutuhan fisiologis terpuaskan, maka akan muncul kebutuhan keamanan dan keselamatan, terdiri dari keinginan akan adanya keamanan, kestabilan, ketergantungan, perlindungan,  bebas dari rasa takut dan cemas, serta kebutuhan akan adanya struktur, keteraturan , dan perlindungan hukum.
3.      Social Needs / Kebutuhan Sosial.
Merupakan kebutuhan akan adanya perasaan dicintai, persahabatan, dan hubungan baik dengan manusia lainnya, terutama dengan pasangan hidup, keluarga, anak-anak, dan teman.
4.      Ego and Esteem / Ego dan Kebanggaan Diri.
Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk menghormati diri sendiri, kebanggaan diri, serta kebanggaan atas orang lain. Ada dua sumber kebutuhan tersebut, yaitu internal dan eksternal. Yang bersumberkan secara internal antara lain keinginan untuk meraih kekuasaan, kekuatan, prestasi, keberhasilan, ketidaktergantungan, percaya diri, serta kebebasan. Sedangkan yang bersumberkan eksternal antara lain keinginan untuk memperoleh  reputasi atau gengsi, status, ketenaran, pengaruh, pengakuan, perhatian  dan penghargaan.
5.      Self-actualization / Aktualisasi Diri .
Kebutuhan ini adalah tingkatan yang tertinggi, merupakan kebutuhan akan realisasi diri, pengembangan diri yang terus menerus, serta merupakan sebuah proses untuk menggali kemampuan maksimal yang dimiliki oleh seseorang.
Kelima kebutuhan tersebut tersusun dalam tingkatan kepentingan  yang disebut dengan prepotency ( Steer & Lyman, 1991). Kebutuhan tingkat tinggi tidak begitu penting dan hanya akan muncul apabila kebutuhan di tingkat yang lebih rendah sudah terpenuhi. Pada saat suatu kebutuhan tingkat rendah terpenuhi, maka munculah kebutuhan yang tingkatannya lebih tinggi. Kebutuhan ini selanjutnya mempengaruhi perilaku seseorang. Namun demikian tingkatan kebutuhan tersebut tidak harus selalu berjenjang melainkan dapat saja tumpang tindih (overlap). Hal ini memungkinkan munculnya kebutuhan tingkat tinggi pada saat kebutuhan tingkat rendah belum dapat terpenuhi. Tetapi pada umumnya kebutuhan tingkat rendah lebih mudah untuk dipenuhi daripada kebutuhan tingkat tinggi.

Tidak ada komentar: