Perakitan tanaman transgenik berkembang pesat setelah
adanya laporan pertama kali tentang perakitan tanaman transgenik pada tahun
1984 (Horsch et al. 1984:26). Perakitan tanaman transgenik tahan hama
merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian besar dalam perbaikan tanaman.
Perakitan tanaman transgenik tahan hama umumnya mempergunakan gen dari Bacillus
thuringiensis (Bt). Pada tahun 1995, tanaman transgenik pertama
mulai tersedia bagi petani di Amerika Serikat, yaitu jagung hibrida yang
mengandung gen cry IA(b), Maximizer, yang dibuat oleh Novartis, tanaman
kapas yang mengandung gen cry IA(c), Bollgard, dan kentang yang mengandung
gen cry 3A, Newleaf, yang dibuat oleh Monsanto. Pada tahun 1996, luas
area pertanaman jagung transgenik hanya 158 ha, namun pada tahun 1997 dan 1998
luas area ini meningkat masing-masing menjadi 1,20−1,60 juta hektar dan 6,70
juta hektar (Matten 1998:36). Sampai dengan tahun 1998, lebih dari 10 jenis tanaman
telah berhasil ditransformasi untuk mendapatkan tanaman transgenik tahan hama.
Tanaman tersebut meliputi tembakau, tomat, kentang, kapas, padi, jagung, popular,
whitespruce, kacang garden pea, kacang hijau, stroberi, dan kanola
(Schuler et al. 1998:102).
Penanaman tanaman transgenik tahan hama yang
mengandung gen Bt dapat mengurangi penggunaan pestisida secara nyata. Di
Amerika Serikat penggunaan insektisida mencapai US$8,11 miliar per tahun, 30%
di antaranya diaplikasikan pada tanaman sayuran dan buah-buahan, 23% pada
kapas, dan 15% pada padi. Dari US$8,11 miliar ini, sekitar US$2,69 miliar dapat
dihemat dengan penggunaan tanaman transgenik Bt. Di Asia, biaya yang digunakan
untuk pengendalian hama padi mencapai US$1 miliar, dan pada kapas sekitar
US$1,90 miliar per tahun. Dengan aplikasi teknologi tanaman transgenik, biaya
yang dapat dihemat mencapai US$1,20 miliar pada kapas. Pada tanaman padi diperkirakan
sekitar US$400 juta biaya insektisida untuk penggerek batang dapat dihemat dengan
penggunaan tanaman transgenik Bt (Krattiger 1997:155).
Meskipun ada pro dan kontra terhadap tanaman
transgenik, area tanaman transgenik meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2000, area tanaman transgenik mencapai 8,30 juta hektar (James 2002a; 200).
Tanaman transgenik tahan hama ini tidak hanya ditanam di negara-negara maju,
namun juga di beberapa negara berkembang seperti Argentina, Cina, Meksiko, dan
Indonesia. Untuk kapas Bt, luas pertanaman secaraglobal meningkat dari 3,70
juta hektar pada tahun 1999 menjadi 5,30 juta hektar pada tahun 2000 (James 2002a:205).
Di Amerika Serikat, keuntungan yang diperoleh petani kapas dengan menanam kapas
Bt mencapai US$70/ha pada tahun 1997 (Krattiger 1997:160). Di
Indonesia, pada tahun 2000 telah dicoba menanam kapas transgenik Bollgard di
Sulawesi Selatan seluas 5.000 ha. Menurut Makkarasang (2001:43), keuntungan
yang diperoleh petani kapas di Sulawesi Selatan mencapai Rp3− 4 juta/ha/musim
tanam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar