Tampilkan postingan dengan label Judul Bimbingan dan Konseling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Judul Bimbingan dan Konseling. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 Agustus 2019

Pengertian Assertive Training (skripsi dan tesis)

 Assertive training merupakan salah satu teknik dalam terapi behavioral. Menurut Willis (2004) terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan skinerian dari B.F Skinner. Mula-mula terapi ini dikemabangkan oleh Wolpe untuk menanggulangi neurosis. Neurosis dapat dijelaskan dengan mempelajari perilaku yang tidak adaptif melalui proses belajar. Dengan kata lain perilaku yang menyimpang bersumber dari hasil belajar di lingkungan. Willis (2004) menjelaskan bahwa assertive training merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya. Assertive Training adalah suatu teknik untuk membantu klien dalam hal-hal berikut: a. Tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelannya; b. Mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan padanya; c. Mereka yang mengalami kesulitan berkata “tidak”; d. Mereka yang sukar menyatakan cinta dan respon positif lainnya; e. Mereka yang merasakan tidak punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikirannya. Selain itu Gunarsih (2007) dalam bukunya Konseling dan Psikoterapi menjelaskan pengertian latihan asertif yaitu prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap, harapan, pendapat, dan haknya. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa assertive training atau latihan asertif adalah prosedur latihan yang diberikan 21 untuk membantu peningkatan kepercayaan diri dalam mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain

Pendekatan Behavioral (skripsi dan tesis)

Pendekatan konseling behavioral adalah pendekatan yang berfokus pada tingkah laku klien yang luas cakupannya. Sering kali seseorang mengalami kesulitan karena tingkah laku yang kurang atau berlebihan dari kelaziman. Konselor yang mengambil pendekatan tingkah laku berupaya membantu klien mempelajari cara bertindak yang baru dan tepat, atau membantunya mengubah atau menghilangkan tindakan yang berlebihan. Cormier dkk (dalam Gladding, 2012), mengungkapkan bahwa pendekatan behavioral juga berguna dalam menangani kesulitan yang berhubungan dengan kegelisahan, stres, kepercayaan diri, hubungan dengan orang tua, dan interaksi sosial. James & Gilliland (dalam Gladding. 2012) menjelaskan bahwa Pada dasarnya, pendekatan behavioral diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Seorang konselor dapat mengambil beberapa peranan, bergantung pada orientasi tingkah lakunya dan tujuan klien. Bagaimanapun juga umumnya konselor yang menggunakan pendekatan behavioral, aktif di dalam sesi konseling. Sebagai hasilnya, klien belajar, tidak belajar, atau mempelajari ulang cara 19 berperilaku yang spesifik. Dalam proses itu, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, penasihat, fasilitator, dan pendukung. Konselor behavioral memberikan instruksi atau memberikan tenaga pendukung di lingkungan klien yang membantu proses perubahan. Konselor behavioral yang efektif bekerja dari suatu perspektif yang luas dan melibatkan klien di dalam setiap tahapan konseling. Pada dasarnya konselor ingin membantu klien untuk menyesuaikan diri dengan baik terhadap kondisi kehidupannya, dan mencapai tujuan pribadi dan profesionalnya. Langkah besar dalam pendekatan behavioral adalah bahwa konselor dan klien mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Satu aspek yang penting dari peran klien dalam pendekatan behavioral adalah klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru dengan maksud memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya. Dalam terpi, klien dibantu untuk menggeneralisasikan dan mentransfer belajar yang diperoleh di dalam situasi konseling ke dalam situasi di luar konseling. konseling ini belum lengkap apabila verbalisasi-verbalisasi tidak atau belum diikuti oleh tindakan-tindakan. Klien harus berbuat lebih dari sekedar memperoleh pemahaman-pemahaman, sebab dalam pendekatan ini klien harus bersedia mengambil resiko. Masalah-masalah dalam kehidupan nyata harus dipecahkan dengan tingkah laku baru di luar konseling,berarti fase tindakan merupakan hal yang esensial. Keberhasilan dan kegagalan usahausaha menjalankan tingkah laku baru adalah bagian yang vital dari perjalanan konseling

Pengertian bimbingan dan konseling (skripsi dan tesis)

 Menurut Prayitno (1995) menyatakan bahwa Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dan Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuankemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. Jadi, dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang profesional dalam hal ini adalah seorang konselor kepada seorang konseli atau lebih, dimana bimbingan dan konseling ini adalah untuk memandirikan konseli 18 dalam menyelesaikan masalahnya serta dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Ada dua macam pemberian bantuan yang diberikan jika dilihat dari jumlah konseli yang diberi bantuan, yaitu konseling perseorangan dan bimbingankonseling kelompok. Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan bimbingan kelompok dalam praktek aplikasi penelitian