Menurut Soekanto dalam Abdulsyani, 2007:39 menyatakan hal yang
terpenting didalam sebuah hubungan antara manusia satu dengan manusia
lainnya adalah munculnya reaksi yang akan timbul sebagai akibat dari adanya
hubungan tersebut. Reaksi ini kemudian menyebabkan tindakan seseorang
akan bertambah luas dan akan menimbulkan keserasian (menyelaraskan)
dengan tindakan-tindakan orang lain. hal ini terjadi karena manusia sejak
dilahirkan telah memiliki hasrat keinginan untuk menjadi satu dengan
manusia lain di sekelilingnya yaitu kelompok dan masyarakat. Menurut
Ogburn dan Nimkoff dalam teori teori proses asimilasi, mengatakan bahwa
(Ogburn dan Nimkoff dalam Abdulsyani, 2007:39) : “The process where by
individuals or groups once dissimilar become similar, that is, become
identified in their interests and outlook”
Dimana dalam sebuah asimilasi atau proses individu maupun
kelompok mengalami sebuah penyatuan (pengintegrasian) sekaligus proses
penyesuaian terhadap berbagai peraturan yang merupakan pedoman. Dalam
proses ini toleransi menjadi indikator dari terciptanya integrasi dalam
kelompok dan proses penyesuaian sehingga terjadi integrasi. Jadi integrasi
12
yang terjalin dalam sebuah kelompok ditentukan oleh adanya interaksi sosial
yang terdapat dalam kelompok tersebut.
Sebuah kelompok sosial pasti terjadi interaksi sosial sebagai syarat
utama terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubunganhubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orangorang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia (Gillin dan Gillin dalam Soekanto,
2010: 55). Sebuah kelompok sosial yang erat pertemuan orang dengan orang
dengan bertatap muka saja namun tidak saling berkomunikasi satu sama lain
telah dikatakan berkomunikasi. Hal ini dikarenakan adanya kesadaran pada
kedua belah pihak bahwa adanya pihak lain yang mempengaruhi terjadinya
perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syarat-syarat orang yang
bersangkutan (Soekanto, 2010: 55).
Coleman membedakan dua jenis pelaku yang terlibat dalam
hubungan-hubungan itu: pelaku kelompok dan pelaku orang (Coleman, 2010:
741). Situasi konkret yang melibatkan agen pelaku kelompok, terkadang
harus dibuat keputusan-keputusan yang menunjukkan perbedaan jelas antara
pelaku personal dan pelaku kelompok. Secara analitis jelas bahwa setiap
orang dalam situasi seperti itu mempunyai dua perangkat sarana: sarana
miliknya sendiri, yaitu miliknya sebagai seorang pelaku personal; dan sarana
milik pelaku kelompok yang diwakilinya sebagai agennya orang (Coleman,
2010: 741). Muncullah gambaran komunitas yang relasi utama di dalamnya
adalah relasi di antara orang-orang. Hampir semua orang saling mengenal
13
sebagai orang, bukan pemegang posisi. Komunitas itu tampaknya jauh lebih
dipersatukan dengan relasi di antara orang ketimbang relasi antarpelaku
kelompok atau antara pelaku kelompok dengan orang (Coleman, 2010: 745) .
Keberadaan individu dalam sebuah kelompok sebagai unsur struktural
pada sebuah sistem sosial akan turut menciptakan tipe-tipe interaksi yang
memiliki ciri-ciri khusus istimewa, diantaranya (Coleman, 2010: 745):
a. tipe orang dengan orang,
b. orang dengan pelaku kelompok,
c. pelaku kelompok dengan pelaku kelompok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar