Raths, Harmin & Simon (1978: 28)
mengklasifikasikan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran VCT kedalam
tujuh tahap yang dibagi menjadi 3 tingkat. Langkah-langkahnya dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1.
Sub Proses VCT
Choosing
|
1
|
Choosing
freely
|
2
|
Choosing
from alternatives
|
|
3
|
Choosing
thoughtful consideration of the consequences of each alternative
|
|
Prizing
|
4
|
Prizings
and Cherishing
|
5
|
Affirming
|
|
Acting
|
6
|
Acting
upon choice
|
7
|
Repeating
|
(Sumber:
Raths, Harmin & Simon: 1978: 28)
Adapun maksud dan tujuan dari
langkah-langkah VCT adalah sebagai berikut Choosing
freely artinya memilih sesuai dengan keinginan, tanpa ada tekanan atau paksaan.
Peserta didik harus menentukan pilihan yang menurutnya baik karena nilai yang
dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh. Nilai yang sesungguhnya adalah
nilai yang dipilih secara bebas. Semakin seseorang merasa bahwa nilai yang dipilih
secara bebas tanpa ada pengaruh dari luar, semakin cenderung bahwa itu adalah
nilainya sendiri. Memilih secara bebas menurut Kirschenbaum (2013: 21) bertujuan
untuk membantu peserta didik membuat pilihan yang sesuai dengan kondisinya,
sehingga peserta didik memiliki tanggungjawab atas pilihannya. Memilih secara
bebas lebih baik daripada hanya menyerah atau pilihan yang berasal dari tekanan
orang lain (Ling & Stephenson, 2005:9).
Choosing
from alternatives adalah langkah menentukan pilihan
dari beberapa alternatif pilihan secara bebas. Alternatif pilihan
mengindikasikan adanya kebebasan untuk memilih, tidak dipaksaan. Dengan kata
lain, jika tidak ada pilihan yang lain (alternatif pilihan) maka peserta didik
tidak diberi kebebasan memilih. Pada tahap ini seseorang mempertimbangkan atau
melihat pilihan dari sudut pandang yang berbeda (Kirschenbaum, 2013).
Langkah yang ketiga adalah Choosing thoughtful consideration of the
consequences of each alternative. Setelah peserta didik memilih, berarti
sudah menentukan konsekuensi yang harus diterima dari pilihannya dengan
menimbang dampak positif dan negatifnya. Apabila peserta didik tidak mengetahui
akibat yang ditimbulkan dari pilihannya sama halnya dengan tidak bisa memilih.
Kunci dari tahap ketiga ini adalah pemahaman, jika peserta didik mengetahui
akibat-akibat dari alternatif yang ada maka ia dapat memilih dengan tepat.
Semakin mengerti tentang konsekuensi metiap alternatif, maka peserta didik semakin
sadar tentang nilainya. Pada tahap ini menurut pandangan Cooper (2005: 182),
berpotensi untuk menjadikan peserta didik lebih kritis dalam memahami
nilai-nilai mereka sendiri.
Tahapan kedua atau langkah keempat
adalah Prizings and Cherishing. Nilai
didefinisikan sebagai sesuatu yang positif, dihormati, dihargai, di junjung
tinggi, dipelihara dan sebagainya. Seseorang dalam memilih nilai harus didasari
dengan rasa senang, sadar dengan pilihannya dan menganggapnya sebagai sesuatu
yang berharga. Sebaliknya, jika orang tersebut menjadi murung, kecewa dengan
pilihannya, dapat dikatakan diu keliru dalam menentukan pilihan. Pada langkah
ini harus muncul perasaan senang dan bangga dengan nilai yang dipilih, karena
nilai tersebut akan menjadi bagian dari dirinya.
Setelah melewati tahap memilih secara
bebas, memilih dari berbagai alternatif dengan pertimbangan serta bangga dengan
pilihan selanjutnya adalah mengakui Artinya, jika peserta didik ditanya tentang
pilihannya maka akan dengan tegas memberitahukan orang lain tentang nilai yang
dipilih (affirming). Sederhananya
affirming adalah berani mengakui dan menyatakan kepada orang lain.
Acting
upon choice. Nilai yang telah dipilih, sudah
sewajarnya muncul dalam aspek kehidupan yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Nilai tersebut harus muncul dalam sikap tingkah laku sehari hari. Jika
seseorang belum menunjukan tingkah laku sesuai dengan pilihannya maka nilai
tersebut belum bisa dikatakan nilai yang sesungguhnya, masih sebatas impian
atau keinginan yang belum terealisasikan, Pada tahap enam ini, sescorang akan
dibantu untuk membedakan apa yang dilakukan dan apa yang diinginkan. Menutup
kesenjangan apa yang mereka katakan dengan yang telah diyakini (Kirschenbaum, 1976).
Langkah VCT yang terakhir adalah Repeating. Nilai yang sesungguhnya
adalah nilai yang dilakukan tanpa ada paksaan dan dilakukan secara
berulang-ulang sehingga menjadi sebuah pola kehidupan. Artinya mengulangi
perilaku sesuai dengan nilai pilihannya, nilai yang menjadi pilihan itu harus
tercermin dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam tahapan ini nilai bukan yang
dipahami, dimengerti (kognitif), diyakini kebebarannya (afektif), tetapi
diwujudkan psikomotorik) dalam tindakan (Sutarjo Adi Susilo, 2011: 150).
Menurut Kirschenbaum (1976:
112) repeating digunakan
untuk menetapkan pola dalam perilaku. Artinya, sesuatu yang dilakukan secara
berulang-ulang, teratur, akan mewakili nilai seseorang. Tahap ini membantu
untuk menemukan pola perilaku yang tunggal dan konsisten.
Tujuh proses tersebut sebenarnya saling
terkait dan harus ada agar sesuatu benar-benar merupakan nilai bagi seseorang.
Jika ada yang kurang maka belum bisa dikatakan sebagai nilai yang sesungguhnya,
masih sebatas indikator nilai. Oleh karena itu pada masing-masing tahap yang
terdiri dari tujuh langkah tersebut harus benar-benar dilaksanakan supaya nilai
benar-benar muncul pada diri siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas
dijelaskan bahwa VCT dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan, dengan keseluruhan
tahapan berjumlah 7 (tujuh) tahap. Tiga tingkatan tersebut antara lain : (1)
menghargai keyakinan dan perilaku diri; (2) memilih berdasarkan keyakinan dan
perilaku diri; (3) bertindak berdasarkan keyakinan diri.
Senada dengan pendapat dari Kirschenbaum
(2000: 19) menjelaskan bahwa
terdapat 7 proses dalam pelaksanaan model VCT yang masuk ke dalam 3 tingkatan
tersebut. Adapun langkahnya sebagai berikut.
1)
Prizing
(Menghargai)
a) Menghargai.
Merasa bangga terhadap sesuatu yang telah dipilih.
b) Menegaskan
dan mengomunikasikan. Berkeinginan kuat untuk menegaskan pilihannya pada orang
lain dengan cara mengomunikasikannya.
2) Choosing
(Memilih)
a) Mempertimbangkan
alternatif. Memperhitungkan beberapa alternatif dari berbagai sudut pandang
untuk menyelesaikan permasalahan dan mengambil tindakan.
b) Mempertimbangkan
resiko. Memperhitungkan segala kemungkinan yang akan/dapat terjadi.
c) Memilih
secara bebas.
3) Acting
(Berbuat)
a) Berbuat.
b) Berbuat
secara konsisten dengan sebuah pola. Mengambil tindakan berdasarkan proses
klarifikasi dengan memerikasa dan menetapkan prinsip.
Berdasarkan tiga pendapat ahli di atas,
maka langkah-langkah VCT yang akan digunakan dalam penelitian ini mngacu pada
pendapat dari Kirschenbaum. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan langkah yang
disebutkan merupakan hasil kajian terbaru dan mencakup keseluruhan aspek yang
dibutuhkan dala pembelajaran model VCT. Secara garis besar, langkah-langkah
model VCT yang dijelaskan oleh Kirschenbaum meliputi prizing (menghargai), choosing
(memilih), acting (berbuat).
Secara garis besar, pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan VCT di awali dengan perwakilan kelompok memilih
permasalahan yang ingin dipecahkan oleh kelompoknya (menghargai); selanjutnya
masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan yang sudah mereka pilih dan
selain itu juga mencari alternatif lain solusi untuk menyelesaikan masalah
tersebut (memilih); dan terakhir menuliskan solusi untuk permasalahan yang ada
pada kartu keyakinan yang sudah dipilihnya. Selain itu, perwakilan kelompok
harus menyampaikan pendapat kelompoknya di depan kelas guna mempertanggung
jawabkan hasil diskusinya.
Dalam pelaksanaanya, seorang guru harus
mempunyai keyakinan penuh pada siswanya, agar kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan menggunakan model VCT dapat mencapai terget pembelajaran yang
diharapkan secara maksimal. Adapun dasar-dasar pemikiran yang harus dimiliki
oleh guru menurut Thoresen (1984: 138) meliputi: (a) siswa memiliki kemampuan
intelektual yang sama; (b) semua siswa mampu bersikap jujur; (c) semua siswa
memiliki minat yang sama; (d) siswa memiliki kesediaan untuk perbubahan; dan
(e) siswa memiliki keinginan untuk menyelesaikan permasalahn yang tengah
dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar