Status dari anggota organisasi yang melakukan kecurangan atau
tindakan ilegal juga mempengaruhi kecenderungan untuk melakukan
whistleblowing. Kecurangan yang dilakukan oleh anggota organisasi
yang pangkatnya lebih tinggi, seperti top manajemen, tidak mudah
untuk dihentikan melalui pemecatan (Near & Miceli, 1990). Jika si
pembuat kecurangan berada pada level yang tinggi dalam organisasi,
dia mempunyai kekuasaan untuk menindas atau menekan si
whistleblower.
Kecil kemungkinan bagi seseorang untuk melaporkan kecurangan
yang dibuat oleh atasannya karena beberapa alasan: 1) takut akan
pembalasan dendam dari si pembuat kecurangan, 2) kelangsungan perusahaan bergantung pada si pembuat kecurangan, 3) akibat negatif
yang siginifikan karena melaporkan si pembuat kecurangan.
Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah kecurangan yang
dipimpin oleh seseorang yang levelnya tinggi mungkin dilakukan
hanya untuk tujuan strategis belaka (Rehg, Miceli, Near, & Van
Scotter, 2008). Seperti kecurangan yang dibutuhkan untuk
memungkinkan organisasi menjadi kompetitif. Hal ini konsisten
dengan pendapat Brief dan Motowidlo (1986) bahwa keyakinan
anggota organisasi tentang apakah organisasi sebagai penerima
manfaat atau sebagai korban dari kecurangan akan mempengaruhi
reaksi mereka terhadap whistleblower.
5. Intensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar