Menurut Abudin
Nata, secara esensial pendidikan Islam setidaknya terdiri
dari tiga unsur pokok; yakni pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan.
Ketiga unsur ini akan membentuk suatu triangle, jika hilang salah satu komponen
tersebut, maka hilanglah hakikat dari pendidikan Islam. Oleh karena dalam
memberikan pendidikan dari guru kepada murid atau dari pendidik kepada peserta
didik memerlukan sebuah materi untuk mencapai tujuan, maka menurut penulis
materi juga merupakan komponen inti dalam pendidikan Islam.
Sedangkan menurut Ya’qub mengatakan bahwa
ada dua faktor utama yang mempengaruhi etika, akhlak, atau moral yaitu faktor
intern dan faktor ekstren.
1.
Faktor Intern
Yang dimaksud faktor intern adalah
faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang merupakan
bakat bawaan sejak lahir dan mengandung pengertian tentnag kesucian anak yang
lahir dari pengaruh-pengaruh luar sebagaimana firman Allah:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (Allah): (tetapalah atas) fitrah Allah yang telah mencipatakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Ruum: 30).
Dengan demikian setiap anak yang
lahir ke dunia ini telah memiliki naluri keagamaan yang nantinya akan
mempengaruhi dirinya, seperti unsur-unsur yang ada dalam dirinya turut
membentuk etika, akhlak atau moral, antara lain:
a. Instik dan akal
b.
Adat istiadat
c. Kepercayaan
d. Keinginan-keinginan
e. Hawa nafsu
f. Hati nurani
2.
Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi
kelakuan atau perbuatan manusia yang meliputi:
a.
Pengaruh keluarga
Setelah anak lahir, maka akan
terlihat dengan jelas fungsi keluarga dalam pendidikan, yaitu memberikan
pengalaman kepada anak, baik melalui pemeliharaan, pembinaan dan pengarahan
yang menuju pada bentuknya tigkah laku yang diinginkan oleh orang tua. Orang tua
(keluarga) merupakan pusat kegiatan rohani bagi anak yang pertama, baik itu
tentang sikap, cara berbuat, cara berfikir itu akan kelihatan.
Keluargapun sebagai pelaksana
pendidikan Islam yang akan mempengaruhi dalam pembentukan etika atau akhlak
yang mulia.
b.
Pengaruh sekolah
Sekolah merupakan lingkungan
pendidikan yang kedua setelah pendidikan keluarga, disana dapat mempengaruhi
etika atau akhlak anak. Yunus, (1987: 37), mengatakan bahwa: “Di dalam sekolah
berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan pada umumnya,
yaitu pembentukan sika-sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang wajar, perangsang
dari potensi-potensi anak, perkembangan dari kecakapan pada umumnya belajar
kerjasama dengan kawan sekelompok, melaksanakan tuntunan dan contoh-contoh yang
baik, belajar menahan diri demi kepentingan orang lain”.
c.
Pengaruh masyarakat
Masyarakat dalam pengertian yang
sederhana adalah kumpulan individu dalam kelompok yang diikat dalam ketentuan
negara kebudayaan dan agama. Yunus, (1978: 33), mengungkapkan: “Lingkungan dan
alam sekitar mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk etika
lingkungan yang baik akan menarik anak-anak untuk beretika baik. Jika
lingkungan jahat maka akan menarik anak untuk beretika jahat atau buruk. oleh
karena itu haruslah pendidik memperhatikan lingkungan yang berhubungan dengan
anak-anak di luar rumah tangga. Mereka akan mencontoh etika yang disekitar
mereka dan ditirunya perkataan dan oerbuatan mereka dengan tiada disadarinya.”
Dengan demikian pembentukan etika yang baik dan mulia membutuhkan pendidikan,
baik dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan 50 masyarakat dengan
ditetapkannya kebiasaan-kebiasaan, latihan-latihan serta contoh-contoh yang
baik sehingga abak dapat memahami dan mengetahui berbagai corak kegiatan tingkah
laku lebih-lebih dalam pembentukan etika yang baik atau akhlak yang mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar