Proses pembelajaran di kelas dapat
dipandang sebagai tiga bagian kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal
(pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian,
strategi pembelajaran aktif dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang
mengaktifkan siswa pada setiap bagian kegiatan secara terurut. Prosedur tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)
Prosedur Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada Awal
Pembelajaran
Dimensi pertama dalam peristiwa belajar matematika
adalah membangun sikap dan persepsi positif terhadap belajar dan matematika
sebagai obyek belajar. Kesiapan mental untuk terlibat dalam pembelajaran mutlak
dicapai dalam mengaktifkan siswa belajar matematika, oleh karenanya kegiatan
membangunkan sikap dan persepsi positif siswa harus dilakukan sejak awal
dimulainya pembelajaran. Hal yang harus dilakukan guru pada awal pembelajaran
adalah membangunkan minat, membangunkan rasa ingin tahu, dan merangsang siswa
untuk berfikir. Bila minat siswa, rasa ingin tahu siswa telah bangkit,
serta siswa telah terangsang untuk
berfikir ini berarti siswa telah siap secara mental untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran matematika, dan bila
terjadi sebaliknya berarti secara mental siswa belum siap terlibat dalam
pembelajaran.
Dengan memodifikasi strategi berbagi pengetahuan secara
aktif, Silberman (2006:100-102),
mengawali kegiatan pembelajaran aktif dengan prosedur sebagai berikut:
a)
Tentukan rentang waktu yang
pasti untuk kegiatan awal pembelajaran.
b) Ucapkan salam pembuka yang menghangatkan
siswa.
c)
Sediakan
daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran matematika yang akan
diajarkan. Misalnya:
(1)
kata-kata untuk didefinisikan,
(2)
soal-soal sederhana dari
aplikasi rumus yang telah dikenal,
(3)
pertanyaan tentang aplikasi
matematika sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
b)
Perintahkan siswa untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa dan dalam waktu yang
telah ditentukan.
c)
Perintahkan siswa untuk
menyebar di kelas, menanyakan kepada temannya jawaban pertanyaan yang dia
sendiri tidak tahu jawabannya, Doronglah siswa untuk saling membantu.
d)
Perintahkan untuk kembali ke
tempat semula dan gunakan teknik tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka
dapatkan.
e)
Gunakan pertanyaan-pertanyaan
arahan sebagai upaya merangsang berfikir siswa menjawab pertanyaan yang tak
satupun siswa bisa menjawab.
f)
Gunakan informasi-informasi
yang diperoleh dalam kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkenalkan
topik-topik penting materi pelajaran dalam kegiatan inti.
Secara umum, manusia tidak
menyukai suatu kegiatan yang kurang bervariasi. Oleh karenanya perlu dipilih
kegiatan lain sebagai variasi kegiatan di atas. Berikut ini dapat menjadi
alternatif pilihan.
(1)
Daftar pertanyaan dapat diganti
dengan menyediakan kartu indeks dan perintahkan siswa untuk menuliskan satu
informasi yang menurut siswa akurat tentang materi yang akan diajarkan.
(2)
Kegiatan menyebar dapat diganti
dengan merotasi pertukaran pendapat antar kelompok belajar di kelas.
2)
Prosedur Mengaktifkan Siswa Belajar
Matematika Pada Kegiatan Inti Pembelajaran
Telah dikemukakan di atas
bahwa pendidikan matematika di segala jenjang dimaksudkan untuk membangun
pengetahuan, keterampilan dan sikap terkait dengan matematika. Pembelajaran
aktif dalam pendidikan matematika dapat berlangsung dalam proses penyelidikan
atau proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan
sekedar menerima (reaktif). Kondisi ini terjadi jika siswa dilibatkan dalam
tugas dan kegiatan yang secara halus mendesak mereka untuk berfikir, bekerja,
dan merasakan.
Berdasarkan pendapat di atas,
upaya yang harus dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar matematika
adalah: (1) mengkondisikan situasi belajar matematika menjadi kegiatan siswa
mengupayakan pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan,
baik masalah atau pertanyaan yang diajukan guru maupun siswa; (2) mendorong
ketertarikan siswa untuk mendapatkan informasi atau menguasai keterampilan
melalui pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan; (3) mendesak
siswa secara halus untuk bergerak mengkaji atau menilai suatu jawaban
pertanyaan, suatu pendapat (gagasan),
atau suatu penyelesaian masalah. Guru dapat menggunakan berbagai
strategi dengan berbagai teknik untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan inti.
Dengan memodifikasi pendapat Silberman (2006:117-206), strategi berikut ini
dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa belajar matematika:
a)
Menstimulir rasa ingin tahu siswa
Prosedur
(1) Ajukan pertanyaan/masalah yang kompleks
(njelimet) atau yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban untuk menstimulasi
keingintahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan.
Pertanyaan yang disajikan
haruslah merupakan pertanyaan yang menurut guru ada beberapa siswa yang
mengetahui jawabannya atau bagian dari jawaban. Pertanyaan dapat berupa
pertanyaan sehari-hari, cara melakukan sesuatu, definisi, cara kerja
(prosedur).
(2) Doronglah siswa untuk berfikir, membuat
skema atau diagram, dan membuat dugaan umum.
Gunakan frase semisal “ coba
tebak” atau “coba jawab”
(3) Jangan buru-buru memberikan tanggapan.
Tampung semua dugaan siswa. Ciptakan rasa penasaran tentang jawaban yang
sesungguhnya.
Sebagai variasi, buatlah siswa
berpasangan dan membuat dugaan secara kolektif.
(4) Gunakan pertanyaan itu untuk mengarahkan
siswa kepada apa yang hendak diajarkan. Anda perlu memastikan bahwa siswa lebih
menaruh perhatian terhadap pelajaran dibanding biasanya.
b)
Menstimulir siswa untuk belajar mandiri
Prosedur
(1) Bagikan kepada siswa bahan ajar, disertai
beberapa pertanyaan/masalah yang terurut dari yang sederhana sampai yang
kompleks.
(2) Perintahkan siswa untuk mempelajari bahan
ajar secara mandiri atau berpasangan.
(3) Perintahkan siswa untuk membubuhkan tanda
tanya pada materi yang belum mereka pahami. Anjurkan untuk menyisipkan tanda
tanya sebanyak mungkin. Perintahkan siswa untuk menyusun pertanyaan sebanyak
mungkin terkait dengan tanda tanya yang mereka bubuhkan
(4) Perintahkan siswa untuk mengemukakan
pertanyaan secara tertulis. Beri kesempatan siswa lain untuk menanggapinya.
Lakukan seterusnya sehingga semua pertanyaan siswa dibahas.
(5) Berikan penjelasan sebagai sarana
pemantapan dari jawaban atas pertanyaan siswa.
(6) Perintahkan siswa menyelesaikan masalah
dalam bahan ajar secara mandiri atau berpasangan.
(7) Perintahkan siswa untuk mengemukakan
jawaban masalah. Berikan kesempatan siswa lain memberikan komentar atau
mengemukakan kemungkinan jawaban lain.
(8)
Berikan pemantapan jawaban atas
pertanyaaan
Jika guru merasa bahwa siswa akan
mengalami kesulitan mempelajari sendiri bahan ajar, berikan sejumlah informasi
yang mengarahkan mereka.
c)
Menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok.
Prosedur
(1)
Perintahkan siswa secara
mandiri mempelajari bahan ajar
(2) Perintahkan untuk menuliskan hal yang
belum diketahui dalam bentuk pertanyaan.
(3) Perintahkan untuk membentuk kelompok.
Perintahkan masing-masing kelompok memberi nama kelompok dengan nama dalam
matematika, misalnya: kelompok aljabar, kelompok Phytagoras dan sebagainya.
(4) Diskusikan pertanyaan-pertanyaan dari
masing-masing anggota kelompok.
(5) Berikan tugas memecahkan masalah, dengan
petunjuk yang jelas. misalnya: tuliskan rumus, gambarkan, buat skema atau
diagram yang kamu gunakan untuk menjawab.
(6) Berikan peran pada anggota kelompok.
Misalnya: fasilitator, pencatat, juru bicara, pengatur waktu.
(7) Berikan kesempatan masing-masing kelompok
untuk menyajikan hasil diskusi di depan kelas.
(8) Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi
semula dan lakukan salah salah satu berikut:
(a)
Membahas materi secara bersama
(b)
Dapatkan pertanyaan dari siswa
(c)
Beri siswa pertanyaan kuis
(d)
Sediakan latihan penerapan atau
kuis bagi siwa untuk menguji pemahaman mereka.
d) Belajar berpasangan
Prosedur:
(1)
Berikan kepada siswa, satu atau
beberapa permasalahan yang memerlukan perenungan dan pemikiran.
(2)
Perintahkan siswa untuk
menyelesaikan masalah secara perseorangan.
(3)
Setelah semua siswa
menyelesaikan masalah, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka
untuk berbagi jawaban satu sama lain.
(4)
Perintahkan pasangan untuk
membuat jawaban baru bagi tiap masalah, memperbaiki tiap jawaban perseorangan
(5)
Bila semua pasangan telah
menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan
lain di dalam kelas.
(6)
Perintahkan seluruh siswa untuk
memilih jawaban yang tepat untuk tiap pertanyaan.
Untuk menghemat waktu, bagilah seluruh
siswa dalam 4 kelompok besar berilah nama kelompok. Berikan permasalahan yang
berbeda pada masing-masing kelompok Pada akhir sesi, perintahkan masing-masing
kelompok untuk menyajikan jawaban terbaiknya. Berikan hadiah pada jawaban
terbaik.
e)
Turnamen belajar
Prosedur:
(1)
Bagilah siswa menjadi sejumlah
tim beranggotakan 2 hingga 8 siswa. Pastikan bahwa tim memiliki jumlah anggota
yang sama. Perintahkan untuk memberi nama kelompok masing-masing.
(2)
Berikan bahan ajar kepada tim
untuk dipelajari bersama.
(3) Buat beberapa pertanyaan yang dapat menguji aspek ingatan dan
pemahaman terhadap materi yang diberikan. Gunakan format yang memudahkan
penilaian sendiri. Misalnya:
pilihan ganda, melengkapi, benar-salah, atau definisi istilah, menyatakan rumus
atau teorema.
(4) Perintahkan siswa untuk menjawab secara
perseorangan. Pastikan hal ini dilakukan oleh masing-masing siswa.
(5) Setelah semua siswa menyelesaikan jawaban
mereka, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi
jawaban satu sama lain.
(6) Lakukan diskusi kelas untuk menentukan
jawab pertanyaan.
(7) Perintahkan siswa untuk menghitung jumlah
pertanyaan yang mereka jawab dengan benar, dan mintalah mereka untuk memberikan
skor.
(8)
Perintahkan
siswa untuk menyatukan skor mereka dengan anggota tim mereka untuk mendapatkan
skor tim. Umumkan skor dari tiap tim. Berikan hadiah atau berilah tepuk tangan
pada tim yang memperoleh skor tertinggi. Sebutlah ini
sebagai “ronde satu”.
(9)
Perintahkan mereka untuk
belajar lagi untuk ronde ke dua dalam turnamen.
Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari “ronde kedua”. Perintahkan
siswa dengan prosedur seperti ronde satu.
Turnamen ini dapat dilakukan dengan jumlah
ronde bervariasi dan waktu tiap ronde
dapat dilakukan bervariasi, namun pastikan bahwa setiap ronde siswa menjalani
sesi belajar. Dengan kesepakatan siswa, guru dapat memberikan penalti (hukuman)
kepada siswa yang memberikan jawaban salah dengan pengurangan nilai (misal -1
atau -2) dan memberikan nilai 0 pada siswa yang tidak menjawab.
f)
Menstimulir pembelajaran antar siswa
Prosedur
(1)
Bentuklah
kelompok dengan jumlah kelompok sesuai dengan topik (sub pokok bahasan) yang
akan dipelajari siswa. Topik dipilih yang saling
terkait.
(2)
Beri setiap kelompok sejumlah
informasi, konsep, atau keterampilan untuk diajarkan kepada siswa lain.
(3)
Perintahkan setiap kelompok
untuk menyusun cara dalam menyajikan atau mengajarkan topik mereka kepada siswa
lain. Sarankan mereka untuk menghindari cara ceramah atau semacam pembacaan
laporan. Doronglah mereka untuk menjadikan pengalaman belajar sebagai
pengalaman yang aktif bagi siswa
(4) Kemukakan beberapa saran berikut ini:
(a)
sediakan media visual
(b)
berikan kesempatan temanmu
untuk membaca materi terlebih dahulu.
(c)
gunakan contoh atau analogi
untuk menyajikan poin-poin pengajaran
(d)
libatkan temanmu dalam diskusi
atau tanya jawab.
(e) berikan kesempatan pada temanmu untuk
bertanya
(f) Berikan waktu yang cukup untuk
merencanakan dan mempersiapkan (baik di dalam maupun di luar kelas). Kemudian
perintahkan tiap kelompok untuk menyajikan pelajaran mereka. Beri tepuk tangan
atas usaha mereka.
Sebagai alternatif dari
pengajaran model ini adalah perintahkan siswa untuk mengajarkan atau memberi
bimbingan kepada siswa lain secara individual atau dalam kelompok kecil.
3)
Strategi menutup pembelajaran matematika
Pada kegiatan menutup
pembelajaran dapat dimanfaatkan guru untuk:
a)
memberikan kesempatan bagi
siswa merangkum atau membuat ikhtisar dari pelajaran pada hari itu,
b)
memotivasi siswa untuk
mempelajari ulang bahan ajar dan atau menyelesaikan tugas rumah secara mandiri
atau kelompok,
c) memberikan informasi bahan ajar pertemuan
berikutnya,
d) mendapatkan penilaian dari siswa guna
perbaikan proses pembelajaran, dan
e)
memberikan salam penutup.
Cara yang baik untuk membelajarkan membuat ikhtisar
bahan ajar adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat ikhtisar dan
menyajikan ikhtisar kepada siswa lain. Strategi berikut dapat digunakan guru:
Prosedur
a)
Jelaskan kepada siswa bahwa
bila guru yang membuat ikhtisar pelajaran, itu bertentangan dengan prinsip
belajar aktif.
b) Bagilah siswa menjadi kelompok
beranggotakan dua hingga 4 orang.
c)
Perintahkan
setiap kelompok untuk membuat ikhtisar pelajaran pada hari itu. Doronglah
setiap kelompok untuk membuat uraian singkat guna disampaikan pada kelompok
lain. Gunakan pertanyaan panduan, misalnya:
(1)
Apa judul materi yang baru saja
dipelajari?
(2) Tuliskan definisi atau rumus yang baru
saja dipelajari secara terurut!
(3) Digunakan dalam masalah apa saja rumus
yang baru di pelajari?
3
Pembelajaran Efektif.
Dalam proses
belajar mengajar agar didapatkan suatu hasil yang maksimal maka diperlukan
suatu teknik pembelajaran yang efisien dan afektif sehingga tidak mengahabiskan
waktu yang lama dan bertele-tele yang kadang hasilnya kurang memuaskan, apalagi
untuk siswa didik yang mengikuti program akselerasi yang waktu belajarnya
relatif lebih cepat dibanding dengan siswa didik yang duduk di kelas reguler .
Menurut Daniel Muijs dan David Reynolds (2008 : 65 – 66) Suatu pengajaran
klasikal agar efektif maka harus jauh dari sekedar menyampaikan isi pelajaran
dengan gaya ceramah kepada murid. Hampir semua peneliti sepakat tentang
pentingnya interaksi antara guru dan siswa.
Didalam
studinya terhadap siswa sekolah dasar di Inggris ( Daniel Muijs , 1999)
menemukan efek - efek positif dari
seringnya menggunkaan tanya jawab , komunikasi dengan kelas dan menggunakan
petanyaan dan pernyataan tingkat tinggi selain itu perlu pentingnya interaksi
untuk pengajaran yang efektif.
Peneliti –
peneliti di Amerika telah menunjukkan
pentingnya interaksi, di dalam penelitian – penelitian mereka sebelum studi –
studi yang dilakukan di eropa. Rosenshine dan Furst ( 1973 ) menemukan
penggunaan beragam pertanyaan sebagai sebuah faktor krusial di dalam penelitian
mereka yang dimulai tahun 1960 sampai dengan 1970.
Karena
pentingnya interaksi dan tanya jawab sebagai elemen yang paling luas diteliti
dalam peneltian tentang mengajar. Oleh karena itu perlu diketahui dalam tanya
jawab yang efektif dan interaksi yang
efektif dalam pembelajaran.
Tanya jawab
dapat digunakan untuk memeriksa pemahaman siswa untuk memberikan dasar pada
pembelajaran siswa, untuk membantu siswa dalam mengklarifikasikan dan
memverbalisasikan pikiran mereka, dan membantu siswa mengembangkan sense of
mastery ( perasaan menguasai sesuatu ). Tanya jawab yang efektif dapat terjadi bila penguasaan diri yang solid
tentang strategi – strategi mana yang paling efektif.
Di dalam pembelajaran yang
mengunakan pembelajaran langsung , berbagai pertanyaan perlu dilontarkan pada
awal pelajaran , ketika topik dari pelajaran sebelumnya diulas. Agar tanya
jawab efektif tercapai maka seorang pengajar perlu mencampur pertanyaan tingkat
tinggi dan tingkat rendah mencakup produk dan proses serta pertanyaan terbuka
dan tertutup , namun seorang pengajar harus memastikan bahwa ada cukup banyak
pertanyaan proses tingkat tinggi dan terbuka.
Dalam tanya jawab yang efektif
dalam pembelajaran langsung bila siswa
menjawab benar diberikan respon positif namun impersonal dan bila
seorang siswa memberikan jaaban yang kurang sepenuhnya benar , maka pengajar
poerlu memberikan prompt kepadanya untuk menemukan jawaban yang benar.
Bentuk interaksi lain yang
efektif dalam pembelajaran adalah diskusi kelas, namun suatu diskusi agar
efektif perlu disiapkan dengan seksama. Pengajar perlu memberikan pedoman yang
jelas kepada siswa tentang apa yang didiskusikan. Selama diskusi siswa perlu
dipastikan untuk tetap pada tugasnya, dan guru perlu menuliskan poin – poin
utama yang muncul selama diskusi. Setelah diskusi poin-poin utama ( produk
diskusi ) ini dapat dirangkum dan siswa diminta untuk meberikan komentar
tentang seberapa baik diskusi itu tersebut berjalan ( proses diskusi ).
Agar pembelajaran afektif guru
juga harus memastikan bahwa siswa – siswa yang pemalu yang mungkin kurang
aktif untuk diberikan kesempatan dalam
keterlibatannya dalam proses belajar mengajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar