Senin, 05 Desember 2016

Metode Pembelajaran Dengan Teknik Guided Discovery Learning (skripsi dan tesis)


Menurut Ruseffendi (1998 : 329) metode (mengajar) penemuan (Discovery) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Kemudian, menurut Asmani (2009:154) metode Discovery Learning merupakan suatu metode untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri. Selain itu, dengan metode penemuan, anak juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Ruseffendi (1988) juga menyatakan bahwa belajar penemuan itu penting, sebab matematika adalah bahasa yang abstrak : konsep dan lain-lainnya itu akan lebih melekat bila melalui penemuan dan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Sejalan dengan pernyataan tersebut Ernest (1991) mengungkapkan bahwa belajar matematika adalah pertama dan paling utama adalah aktif, dengan siswa belajar melalui permainan, kegiatan, penyelidikan, proyek, diskusi, eksplorasi, dan penemuan.
Dalam metode Discovery Learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier (Widdiharto, 2004) yang menyebut metode Discovery Learning dengan ‘heuristik’. Ia menyatakan bahwa dalam metode ini, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata-mata ditentukan oleh siswa sendiri.
Discovery Learning berbeda dengan pembelajaran di kelas tradisional. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bicknell-Holmes dan Hoffman (Castronova, 2002: 2) tiga ciri utama Discovery Learning sebagai berikut:
1)        Through exploration and problem solving students create, integrate, and generalize knowledge
2)        Student driven, interest-based activities which the student determines the sequence and frequency
3)        Activities to encourage integration of new knowledge into the learner’s existing knowledge base
Pernyataan di atas dapat diartikan sebagai berikut:
1)      Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.
2)      Berpusat pada siswa.
3)      Kegiatannya untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Pada pembelajaran penemuan struktur pembelajarannya adalah induktif, yaitu menekankan aktivitas untuk menemukan pola-pola, aturan, prinsip dan struktur matematika melalui eksplorasi contoh-contoh. Sebagaimana dikemukakan Taba (Trisnadi, 2006:21) bahwa pembelajaran penemuan melibatkan suatu urutan induktif, urutan ini dimulai tidak dengan penjelasan sebuah prinsip umum tetapi dengan menghadapkan siswa kepada beberapa contoh konkret dari prinsip umum, dimana mereka dapat menganalisis, memanipulasi dan bereksperimen.
Belajar melalui Discovery berpusatkan pada siswa. Belajar Discovery menyebabkan siswa berkembang potensi intelektualnya. Dengan menemukan hubungan dan keteraturan dari materi yang sedang dipelajari, siswa menjadi lebih mudah mengerti struktur materi yang dipelajari. Siswa lebih mudah mengingat konsep, struktur atau rumus yang telah ditemukan.
Keuntungan Discovery Learning menurut Suherman (Iriana, 2008:18) adalah sebagai berikut:
a.       Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
b.      Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.
c.       Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong siswa ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
d.      Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
e.       Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Pembelajaran dengan metode Discovery Learning selain memiliki beberapa kelebihan tetapi juga memiliki beberapa kekurangan. Menurut Suherman (Iriani, 2008: 19) yaitu:
a.       Belajar penemuan memerlukan waktu yang banyak.
b.      Tidak semua guru mempunyai keahlian dan kemampuan dengan cara penemuan.
c.       Tidak semua anak mampu melakukan penemuan.
d.      Metode ini tidak dapat digunakan untuk setiap topik matematika.
e.       Kelas tidak bisa terlalu besar, karena memerlukan perhatian guru terhadap semua siswa.
Melihat kelemahan dari pembelajaran Discovery Learning, maka diperlukan kombinasi dalam pembelajarannya, yaitu guru tidak sepenuhnya melepas siswa untuk menemukan konsep, prosedur dan prinsip sendiri melainkan siswa diarahkan berkolaborasi dengan teman. Hal ini dapat menciptakan suasana kelas yang dinamis karena ada kerjasama antar siswa dalam kelompoknya. Kemudian, guru harus secara matang merancang proses pembelajaran agar sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia, serta pandai memilih materi yang sesuai dengan penerapan metode Discovery. Selain itu, guru juga harus melihat kesiapan siswa untuk sampai kepada konsep yang harus ditemukan.
Selanjutnya, menurut Hudoyo (Trisnadi, 2006:22) metode penemuan yang mungkin dilaksanakan adalah metode penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning), di mana beberapa petunjuk atau instruksi perlu diberikan kepada siswa, hal ini disebabkan siswa masih memerlukan pertolongan pengajar sebelum menjadi penemu murni. Peran guru dalam Guided Discovery Learning selain sebagai perancang proses belajar juga sebagai pembimbing (guide), fasilitator, dan motivator siswa.
Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, membantu siswa agar mempergunakan konsep, idea-idea dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Bimbingan ini merupakan pengarahan yang dapat berbentuk pertanyaan-pertanyaan baik secara lisan ataupun tulisan yang dituangkan dalam LKS. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas dan siswa ‘menemukan’ pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama jika siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan mengonstruksi konsep atau prinsip pengetahuan tersebut.
Dengan metode Guided Discovery Learning, siswa didorong untuk berpikir kritis, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep atau prinsip umum berdasarkan bahan/data yang telah disediakan oleh guru. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Guided Discovery Learning ini, siswa leluasa untuk menyelidiki dan menarik kesimpulan, siswa juga dianjurkan untuk melakukan terkaan, mengira-ngira, dan mencoba-coba (trial dan error) sesuai pengalamannya untuk sampai kepada proses yang harus ditemukannya itu.
Kegiatan pembelajaran Guided Discovery Learning menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui kegiatan penyelidikan, menemukan konsep dan kemudian menerapkan konsep yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kegiatan belajar yang berorientasi pada keterampilan proses menekankan pada pengalaman belajar langsung, keterlibatan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, Guided Discovery Learning dengan keterampilan proses ada hubungan yang erat sebab kegiatan penyelidikan, menemukan konsep harus melalui keterampilan proses. Hal ini didukung oleh Carin (1993b: 105), “Guided Discovery incorporates the best of what is known about science processes and  product.”
Langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh guru dalam Guided Discovery Learning agar pelaksanaannya berjalan efektif sesuai yang disampaikan oleh Markaban (2006:16) adalah sebagai berikut:
1)       Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
2.       Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau Lembar Kerja Siswa (LKS).
2)       Siswa menyusun konjektur (perkiraan) dari hasil analisis yang dilakukan.
3)       Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran perkiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
4)       Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusun.
5)       Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran Discovery Learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode Guided Discovery Learning, yaitu suatu metode pembelajaran yang mendorong siswa berpikir kritis dalam menganalisis suatu data, menyusun konjektur (perkiraan dari hasil analisis data), kemudian setelah diperoleh kebenaran konjektur tersebut siswa dapat menemukan konsep atau prinsip umum berdasarkan data yang telah diberikan oleh guru.

Tidak ada komentar: