Senin, 05 Desember 2016

Metode Pembelajaran dengan Teknik Probing Prompting (skripsi dan tesis)


Pengertian probing menurut bahasa adalah penyelidikan. Probing berupa pertanyaan yang bersifat menggali, merupakan pertanyaan berkelanjutan yang akan mendorong siswa untuk mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya. Pendapat lain mengenai probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan satu seri pertanyaan untuk membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya agar dapat membangunnya sendiri menjadi pengetahuan baru (Sudarti, 2008:13). Bila siswa tidak dapat menjawab atau mengalami kebuntuan jawaban, maka tugas guru adalah membimbing siswa melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan ke jawaban yang benar.
Probing question atau pertanyaan menggali menurut Marno dan Idris (Rosdiana, 2010:10) yaitu pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari murid guna mengembangkan kualitas jawaban yang pertama, sehingga yang berikutnya lebih jelas, akurat, serta lebih beralasan.
Contoh:
Guru: Setelah kemarin kita belajar tentang mencari Himpunan Penyelesaian dari Persamaan Linear Dua Variabel, coba Nadia, 11 bagaimana cara mencari Himpunan Penyelesaian dari 2x + y = 10 dan 3x – y = 5.
Nadia: Dengan cara subtitusi, Pak!
Guru: Boleh, coba tuliskan prosesnya hingga mendapatkan Himpunan
                                 Penyelesaian!
Langkah pertama pada pembelajaran dengan teknik probing ini adalah menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengandung teka-teki (masalah). Ketika siswa berada dalam situasi ini, siswa akan mengalami pertentangan dengan latar belakang pengetahuannya, sehingga siswa akan berpikir dan berusaha memecahkan masalah yang diberikan, secara langsung maupun tidak langsung hal ini akan mengasah kemampuan pemecahan masalah siswa.
Prompting question atau dengan bahasa lain pertanyaan mengarahkan atau menuntun menurut Marno dan Idris (Rosdiana, 2010:11) merupakan pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya. Hal ini dilakukan apabila guru menghendaki agar siswa memperhatikan dengan seksama bagian tertentu atau inti pelajaran yang dianggap penting. Dari segi yang lain, apabila siswa tidak dapat menjawab atau salah menjawab, guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau menuntun proses berpikir siswa, sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.
Menurut Jacobsen, Eggen, & Kauchak (Rosdiana, 2010:12) prompting question diajukan untuk menghadapi jawaban-jawaban yang salah atau benar namun tidak cukup kuat dengan cara yang informatif dan humanis. Sedangkan 12 prompting question menurut Marno dan Idris (Rosdiana, 2010:12) dapat digunakan sebagai teknik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban siswa. Pertanyaan ini bermaksud untuk menuntun siswa agar dapat menemukan jawaban yang benar.
Contoh:
Guru: Pada pertemuan yang lalu kita telah belajar tentang KPK dan FPB. Coba Nadia, berapa FPB dan KPK dari 15 dan 21?
Nadia: (Menunjukkan ekspresi berpikir?)
Guru: Silahkan cari dengan diagram pohon!
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa probingprompting question adalah pertanyaan yang diajukan untuk mengarahkan siswa ke pemahaman konsep dan pertanyaan yang diajukan untuk pendalaman konsep. Pada awalnya diajukan beberapa pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami konsep yang dimaksud, bila dirasa sudah paham, maka pertanyaan yang diberikan lebih menekankan pada penyelidikan, mendalami konsep yang telah dipahami.
Teknik Probing Prompting merupakan suatu teknik pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Peranan teknik ini adalah menjadi jalan alternatif untuk mempermudah siswa melakukan akomodasi dan membangun pengetahuannya sendiri. Siswa mengkonstruksi sendiri konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru.
Menurut Wijaya (Rosdiana, 2010:12) aktivitas siswa yang diharapkan dalam pembelajaran dengan teknik ini adalah dengan melakukan observasi (dengan cara mengamati, mengukur, atau mencatat data), menjawab pertanyaan, dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan.
Dalam teknik Probing Prompting di kelas terdapat dua aktivitas yang saling berhubungan, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan fisik yang berusaha membangun pengetahuanya dan aktivitas guru yang berusaha membimbing siswanya. Aktivitas siswa yang diharapkan dalam pembelajaran dengan teknik ini menurut Wijaya (Rosdiana, 2010:12) adalah dengan melakukan observasi (dengan cara mengamati, mengukur, dan mencatat data), menjawab pertanyaan, dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan.
Berikut ini merupakan tahap-tahap pembelajaran matematika dengan teknik Probing Prompting yang diadaptasi dari Development Model, Joce & Weil (Rosdiana, 2010:13):
Gambar 2.1
Tahap-tahap Pembelajaran Matematika dengan Teknik Probing Prompting
Keterangan:
1)      Tahap I, menghadapkan siswa pada situasi baru (berupa penyajian masalah), misalnya dengan memperhatikan gambar, alat, menunjuk gambar, atau situasi lainnya yang mengandung teka-teki.
2)      Tahap II, menunggu beberapa saat (1-3 menit) untuk memberikan kesempatan kepada siswa memahami masalah.
3)      Tahap III, mengajukan pertanyaan sesuai dengan indikator kepada seluruh siswa.
4)      Tahap IV, menunggu beberapa saat (1-3 menit) untuk memberikan kesempatan kepada siswa merumuskan jawabannya.
5)      Tahap V, meminta salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut.
6)      Tahap VI, dari respon pertama siswa itu, apabila jawabannya relevan dan benar, maka mintalah tanggapan dari siswa yang lainnya untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung, dan berilah pujian atas jawaban yang benar. Namun apabila jawabannya tidak relevan, maka ajukanlah beberapa pertanyaan susulan yang berhubungan dengan respon pertama tersebut dimulai dari pertanyaan yang bersifat observasional, lalu diajukan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi sampai siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang diajukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam satu kegiatan Probing Prompting.
7)      Tahap VII, mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa.
Sujarwo (Kurniati, 2006:57) mengemukakan, pola umum dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik Probing Prompting melalui tiga tahapan:
1)      Kegiatan awal
Guru mengenali pengetahuan prasyarat yang sudah dimiliki siswa dengan menggunakan teknik probing. Hal ini berfungsi untuk introduksi, revisi, dan motivasi.
2)      Kegiatan inti
Proses pembelajaran dengan menggunakan teknik probingprompting, dimulai dari pengembangan dan penerapan-penerapan materi.
3)      Kegiatan akhir
Membuat suatu rangkuman sebagai kesimpulan dari proses belajar mengajar dan diberikan PR untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajarnya setelah selesai melakukan kegiatan ini.
Bila dalam suatu pembelajaran dengan menggunakan teknik probingprompting tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan, menurut Rooijakkers (Kurniati, 2006:57) ”Bukan berarti tidak ada yang perlu ditanyakan. Mungkin mereka tidak berani mengajukannya”. Hal ini dapat dipancing dengan membentuk kelompok berbisik (buzz group) terdiri dari tiga sampai empat orang yang berdekatan untuk merundingkan dan menyusun satu atau lebih pertanyaan dalam waktu kurang dari 5 menit untuk diajukan secara tertulis maupun lisan.

Tidak ada komentar: