Pengertian probing menurut
bahasa adalah penyelidikan. Probing berupa pertanyaan yang bersifat menggali,
merupakan pertanyaan berkelanjutan yang akan mendorong siswa untuk mendalami
jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya. Pendapat lain mengenai probing adalah
suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan satu seri pertanyaan
untuk membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya agar
dapat membangunnya sendiri menjadi pengetahuan baru (Sudarti, 2008:13). Bila
siswa tidak dapat menjawab atau mengalami kebuntuan jawaban, maka tugas guru
adalah membimbing siswa melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mengarahkan ke jawaban yang benar.
Probing question atau
pertanyaan menggali menurut Marno dan Idris (Rosdiana, 2010:10) yaitu
pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari
murid guna mengembangkan kualitas jawaban yang pertama, sehingga yang berikutnya
lebih jelas, akurat, serta lebih beralasan.
Contoh:
Guru: Setelah kemarin kita
belajar tentang mencari Himpunan Penyelesaian dari Persamaan Linear Dua
Variabel, coba Nadia, 11 bagaimana cara mencari Himpunan Penyelesaian dari 2x +
y = 10 dan 3x – y = 5.
Nadia: Dengan cara
subtitusi, Pak!
Guru: Boleh, coba tuliskan
prosesnya hingga mendapatkan Himpunan
Penyelesaian!
Langkah pertama pada
pembelajaran dengan teknik probing ini adalah menghadapkan siswa pada situasi
baru yang mengandung teka-teki (masalah). Ketika siswa berada dalam situasi
ini, siswa akan mengalami pertentangan dengan latar belakang pengetahuannya,
sehingga siswa akan berpikir dan berusaha memecahkan masalah yang diberikan,
secara langsung maupun tidak langsung hal ini akan mengasah kemampuan pemecahan
masalah siswa.
Prompting question atau
dengan bahasa lain pertanyaan mengarahkan atau menuntun menurut Marno dan Idris
(Rosdiana, 2010:11) merupakan pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah
kepada murid dalam proses berpikirnya. Hal ini dilakukan apabila guru
menghendaki agar siswa memperhatikan dengan seksama bagian tertentu atau inti
pelajaran yang dianggap penting. Dari segi yang lain, apabila siswa tidak dapat
menjawab atau salah menjawab, guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan
atau menuntun proses berpikir siswa, sehingga pada akhirnya siswa dapat
menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.
Menurut Jacobsen, Eggen,
& Kauchak (Rosdiana, 2010:12) prompting question diajukan untuk menghadapi
jawaban-jawaban yang salah atau benar namun tidak cukup kuat dengan cara yang
informatif dan humanis. Sedangkan 12 prompting question menurut Marno dan Idris
(Rosdiana, 2010:12) dapat digunakan sebagai teknik untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas jawaban siswa. Pertanyaan ini bermaksud untuk menuntun siswa agar
dapat menemukan jawaban yang benar.
Contoh:
Guru: Pada pertemuan yang
lalu kita telah belajar tentang KPK dan FPB. Coba Nadia, berapa FPB dan KPK
dari 15 dan 21?
Nadia: (Menunjukkan ekspresi
berpikir?)
Guru: Silahkan cari dengan
diagram pohon!
Berdasarkan pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa probingprompting question adalah pertanyaan yang
diajukan untuk mengarahkan siswa ke pemahaman konsep dan pertanyaan yang
diajukan untuk pendalaman konsep. Pada awalnya diajukan beberapa pertanyaan
yang mengarahkan siswa untuk memahami konsep yang dimaksud, bila dirasa sudah
paham, maka pertanyaan yang diberikan lebih menekankan pada penyelidikan,
mendalami konsep yang telah dipahami.
Teknik Probing Prompting merupakan suatu teknik pembelajaran dengan cara
guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali
sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan
pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Peranan teknik ini adalah
menjadi jalan alternatif untuk mempermudah siswa melakukan akomodasi dan
membangun pengetahuannya sendiri. Siswa mengkonstruksi sendiri
konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru.
Menurut Wijaya (Rosdiana,
2010:12) aktivitas siswa yang diharapkan dalam pembelajaran dengan teknik ini
adalah dengan melakukan observasi (dengan cara mengamati, mengukur, atau mencatat
data), menjawab pertanyaan, dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan.
Dalam teknik Probing Prompting di kelas terdapat dua
aktivitas yang saling berhubungan, yaitu aktivitas siswa yang meliputi
aktivitas berpikir dan fisik yang berusaha membangun pengetahuanya dan
aktivitas guru yang berusaha membimbing siswanya. Aktivitas siswa yang
diharapkan dalam pembelajaran dengan teknik ini menurut Wijaya (Rosdiana,
2010:12) adalah dengan melakukan observasi (dengan cara mengamati, mengukur,
dan mencatat data), menjawab pertanyaan, dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan.
Berikut ini merupakan
tahap-tahap pembelajaran matematika dengan teknik Probing Prompting yang diadaptasi dari Development Model, Joce
& Weil (Rosdiana, 2010:13):
Gambar 2.1
Tahap-tahap Pembelajaran
Matematika dengan Teknik Probing
Prompting
Keterangan:
1)
Tahap I,
menghadapkan siswa pada situasi baru (berupa penyajian masalah), misalnya
dengan memperhatikan gambar, alat, menunjuk gambar, atau situasi lainnya yang
mengandung teka-teki.
2)
Tahap II, menunggu
beberapa saat (1-3 menit) untuk memberikan kesempatan kepada siswa memahami
masalah.
3)
Tahap III,
mengajukan pertanyaan sesuai dengan indikator kepada seluruh siswa.
4)
Tahap IV,
menunggu beberapa saat (1-3 menit) untuk memberikan kesempatan kepada siswa
merumuskan jawabannya.
5)
Tahap V,
meminta salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut.
6)
Tahap VI,
dari respon pertama siswa itu, apabila jawabannya relevan dan benar, maka
mintalah tanggapan dari siswa yang lainnya untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa
terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung, dan berilah pujian atas
jawaban yang benar. Namun apabila jawabannya tidak relevan, maka ajukanlah
beberapa pertanyaan susulan yang berhubungan dengan respon pertama tersebut
dimulai dari pertanyaan yang bersifat observasional, lalu diajukan dengan
pertanyaan yang menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi sampai
siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang diajukan pada langkah
keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh
siswa terlibat dalam satu kegiatan Probing
Prompting.
7)
Tahap VII,
mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan
bahwa indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa.
Sujarwo (Kurniati, 2006:57)
mengemukakan, pola umum dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik
Probing Prompting melalui tiga
tahapan:
1)
Kegiatan
awal
Guru mengenali pengetahuan
prasyarat yang sudah dimiliki siswa dengan menggunakan teknik probing. Hal ini
berfungsi untuk introduksi, revisi, dan motivasi.
2)
Kegiatan
inti
Proses pembelajaran dengan
menggunakan teknik probingprompting, dimulai dari pengembangan dan
penerapan-penerapan materi.
3)
Kegiatan
akhir
Membuat suatu rangkuman
sebagai kesimpulan dari proses belajar mengajar dan diberikan PR untuk
mengetahui keberhasilan siswa dalam belajarnya setelah selesai melakukan
kegiatan ini.
Bila dalam suatu
pembelajaran dengan menggunakan teknik probingprompting tidak ada siswa yang
mengajukan pertanyaan, menurut Rooijakkers (Kurniati, 2006:57) ”Bukan berarti
tidak ada yang perlu ditanyakan. Mungkin mereka tidak berani mengajukannya”.
Hal ini dapat dipancing dengan membentuk kelompok berbisik (buzz group) terdiri
dari tiga sampai empat orang yang berdekatan untuk merundingkan dan menyusun
satu atau lebih pertanyaan dalam waktu kurang dari 5 menit untuk diajukan
secara tertulis maupun lisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar