Kamis, 01 Desember 2016

Metode Pembelajaran dengan SAVI (Somatik, Auditori, Visual dan Inventori) (Skripsi dan Tesis)


Pendekatan  SAVI adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari  somatik, auditori, visual, dan intelektual. Somatik  memiliki  makna gerakan tubuh (aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan.  Auditori bermakna bahwa belajar melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan  pendapat, dan menanggapi. Visual  artinya belajar haruslah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Sedangkan intelektual bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir, belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
Menurut Meier (2000:91) pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan Aktifitas Intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Pendekatan SAVI merupakan hasil pemikiran Meier yang menitik beratkan pembelajaran pada keterlibatan siswa secara utuh dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa siswa tidak hanya hadir saja, namun siswa hendaknya turut berperan aktif menggunakan setiap modalitas yang dimilikinya yang meliputi modalitas somatik, auditori, visual, dan intelektual guna mengkontruksi pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran yang dipelajarinya. Berdasarkan pemikiran Meier tersebut, belajar adalah sarana untuk mengkombinasikan antara gerakan fisik serta intelektual guna mencapai suatu hasil pembelajaran yang optimal.
Menurut Meier (2000:91) pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Unsur-unsur SAVI, yaitu:
a) Belajar Somatis
”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma. Menurut Meier (2000:92), belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
Namun, dalam pembelajaran di sekolah terdapat pemisahan antara tubuh dan pikiran, sehingga yang berlakuu adalah ”duduk manis, jangan bergerak, dan tutup mulut”, karena menurutnya belajar hanya melibatkan otak saja. Kini, pemisahan tubuh dan pikiran dalam belajar mengalami tantangan serius, karena penelitian neurologi menemukan bahwa ”Pikiran tersebar di seluruh tubuh” atau pada intinya, tubuh adalah pikiran, dan pikiran adalah tubuh. (Meier,2000:93). Jadi, dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar, kita menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya.
b) Belajar Auditori
Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif.
Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam pikiran pmbelajar, dapat dilakukan dengan cara mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Guru dapat menyuruh siswa menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara, membaca dengan keras atau secara dramatis jika mereka mau, ajak mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.
c) Belajar Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. (Meier,2000:97). Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar. Dan kadang-kadang mereka dapat belajar lebih baik lagi jika mereka menciptakan peta gagasan, diagram, ikon, dan citra mereka sendiri dari hal yang sedang dipelajari. Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang, terutama orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat, adalah meminta mereka mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang dicontohkan.
d) Belajar Intelektual
Intelektual bukan saja mengenai pendekatan belajar yang tanpa emosi, tidak berhubungan, rasionalitas, akademis, dan terkotak-kotak. (Meier,2000:99). Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagaian dari yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran; sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar.
Dengan demikian, belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI dalam satu peristiwa pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I). Atau, mereka dapat memecahakan masalah (I) jika mereka secara simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk menghasilkan pictogram atau pajangan tiga dimensi (V) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan.

Tidak ada komentar: